Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan pertama, dua gugur
"Kenanga, tidak, tidak mungkin itu Kenanga, Kenanga sudah mati" ucap Juned
"Siapapun kamu, keluar atau kami akan buat kamu bernasib seperti Kenanga, apa kamu tidak takut dengan juragan Wisnu!" teriak Rusli
"Sstt... Jangan keras keras nanti ada yang dengar, orang itu pasti melihat kejadian saat Kenanga dan Dirga kita habisi, sebaiknya kita tangkap dia" bisik Juned
"Hihihi... Kamu mau menangkap ku Juned, bisa apa juragan Wisnu selain memerintah" ucap suara di samping mereka.
Keduanya menoleh ke samping, dan terlihat wajah pucat Kenanga dengan bibirnya yang robek sedang menyeringai ke arah mereka, matanya mengeluarkan air mata darah dan kakinya mengambang di tanah.
"Hihihihi...."
"Ha..hantu!" pekik Rusli dan Juned
"Hahahaha... Kalian begitu menikmati saat bersamaku kan, menginginkan aku lagi kan, ayo kemarilah" bujuk Kenanga
"Pergi.. Juned, lakukan sesuatu! Paman kamu itu seorang dukun kan, dia pasti memberikan penangkal hantu pada kamu!" ucap Rusli terus mundur
Sosok Kenanga terus mendekat ke arah mereka dengan rambut tergerai basah, dan kebaya yang sudah robek di mana mana, bahkan tubuhnya yang penuh luka juga tidak berhenti mengeluarkan darah.
"Kamu, apa benar kamu Kenanga?" tanya Juned dengan tubuh gemetar ketakutan.
"Kamu pikir aku siapa? Seharusnya aku bahagia dengan suamiku saat ini, tapi aku... aku... aku mati sia sia karena ulah kalian" jawabnya datar
"Ampuni kami, katakan apa maumu kami akan berikan, tapi aku mohon ampuni kami" lirih Rusli
"Ampun... Hiks... Ampun, aku juga memohon itu saat kalian terus menodaiku, aku mohon pada kalian untuk berhenti tapi kalian tidak berhenti, sekarang... Aku ingin di temani, di sana terlalu dingin..." jawabnya
"Tidak, kamu sudah mati, pergilah ke tempatmu! Jangan ganggu kami!" ucap Juned mengeluarkan kalung hitam yang di berikan pamannya untuk berjaga-jaga dari hantu.
Kalung itu langsung di pakai Juned, Rusli juga terus berada di belakang Juned, berharap kalung itu bisa melindungi mereka dari hantu Kenanga. Tapi harapan mereka pupus setelah Kenanga justru tak terlihat takut sama sekali
"Ned, kenapa tidak berhasil?" bisik Rusli
"Aku juga tidak tahu, mungkin hantu Kenanga itu penuh dendam pada kita" jawab Juned
"Ayo, temani aku di tempat dingin itu"
"Tidak... Pergi sana!"
Juned melempar semua barang yang ada di pos itu, mereka bahkan turun untuk berlari tapi kabut putih yang pekat itu menutupi jarak pandang mereka yang akhirnya kembali berhadapan dengan hantu Kenanga.
"Kenanga, ampuni kami, kami mohon kasihanilah kami" lirih Juned
Srak. Stak.
"Hhhkkkk,. Ke.. Na.. Nga"
Tiba tiba saja dua buah tali tambang menjerat leher keduanya yang mulai terangkat ke atas pohon kecapi tepat di belakang pos penjagaan rumah Wisnu.
"T... Hkkk.to... long"
Keduanya terus meronta-ronta di atas pohon itu dengan tubuh yang mulai menegang dan nafas yang mulai habis, hingga beberapa saat kemudian, mata mereka terbelalak dengan lidah terjulur, mereka mati dan jadi korban pertama balas dendam Kenanga.
Blash.
"Dua hilang, lima lagi menyusul"
Kabut putih itu menghilangkan bersamaan dengan sosok Kenanga yang juga menghilang dari sana, masuk ke dalam gelapnya hutan yang ada di belakang batas pekarangan rumah Wisnu.
~~~
"Sigit, kamu sudah mandi nak?" tanya Dasih
"Sudah Bu, memangnya ada apa" tanya Sigit
"Bapak kamu bilang Zainab akan ke sini bersama orang tuanya, jadi kamu bersiap ajak dia jalan jalan ke pasar malam" jawab Dasih
"Iya Bu, nanti Sigit ajak Zainab ke sana, sekalian mau beli martabak untuk...."
Ucapan Sigit terhenti karena dia akan mengatakan beli martabak untuk Kenanga, itu adalah kebiasaannya, dia akan membelikan martabak untuk Kenanga setiap ada pasar malam di kampung itu, bahkan meski Kenanga sudah pulang ke rumahnya, Sigit akan mengantarkan martabak itu dengan alasan sudah telanjur di beli.
"Untuk siapa?" tanya Dasih
"Untuk ibu dan bapak, untuk siapa lagi" jawab Sigit memeluk ibunya itu.
Brak.
"Astaga, Burhan kamu kenapa?" tanya Dasih saat tangan kanan Wisnu yang bernama Burhan membuka pintu dengan kasar
"Itu nyonya, si Juned dan Rusli gantung diri di pohon kecapi pos belakang, saya mau panggil juragan Wisnu" jawab Burhan
"Ya ampun, kenapa mendadak sekali pak? Apa mereka punya masalah di rumah atau di sini?" tanya Sigit
"Setahu saya tidak den, mereka sering bercanda dengan yang lain dan tidak pernah terlihat ada masalah ataupun musuh" jawabnya Burhan
Sigit pergi ke tempat Juned dan Rusli tergantung, Dasih tidak di ijinkan melihat karena takutnya dia akan pingsan melihat kondisi dua anak buah Wisnu yang mengenaskan. Wisnu juga sudah di panggil dan menyusul ke sana, dia terbelalak karena baru tadi pagi kedua anak buahnya itu ijin untuk membawa pacar mereka ke pasar malam.
"Apa ada yang melihat saat mereka memasang tali tambang itu di atas?" tanya Wisnu
"Tidak juragan, setelah kami pulang dari ladang, kami istirahat karena lelah, di tambah hari juga sudah mulai mendung jadi kami mengangkat padi dan juga kopi yang di jemur juragan" jawab salah seorang anak buah Wisnu yang lain.
"Kenapa bisa tidak ada yang tahu ya pak" ucap Sigit agak curiga
"Bapak juga bingung, segera turunkan mereka panggil keluarganya supaya di urus" perintah Wisnu
"Apa tidak akan lapor polisi pak?" tanya Sigit
"Tidak perlu, mereka bunuh diri itu sudah terlihat dari ciri ciri mayat mereka itu, pasti mereka ada masalah keluarga, kita jangan ikut campur, cukup keluarganya yang urus" jawab Wisnu tidak mau pusing.
"Bagaimana kalau keluarganya menuntut kita? Mereka meninggal di tempat kita pak" ucap Sigit
"Mereka tidak akan berani, keluarga mereka itu miskin dan bisa hidup dari bantuan bapak, kamu urus Zainab saja jangan ikut campur urusan bapak" jawab Wisnu.
Sigit tak bisa berkata apapun lagi, kalau Wisnu sudah memutuskan semuanya pasti akan di lakukan, tanpa peduli dengan pendapat Sigit ataupun Dasih. begitulah Wisnu sejak dulu, tidak pernah mendengar siapapun karena baginya apa yang dia pikirkan dan lakukan adalah benar.
"Aku harus mencari dukun terbaik, firasatku, kematian mereka ada campur tangan Kenanga di dalamnya, karena tadi pagi mereka begitu sehat dan semangat karena aku berikan libur satu hari, tidak mungkin mereka bunuh diri" batin Wisnu
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab