Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 Rencana Poligami
"Naldy aku tidak bisa hidup tanpa kamu! Aku mohon kamu tidak boleh menghukumku seperti ini," Tasya tidak henti-hentinya meminta maaf kepada Naldy.
Keduanya kembali bertemu yang tidak jauh dari rumah sakit dengan keduanya berada di taman. Tasya sejak tadi menangis di hadapan Naldy.
"Kamu seharusnya tidak pergi begitu saja Tasya, aku sudah melarangmu untuk tidak pergi ke Luar Negeri dan kamu tetap pergi dan kenyataannya kamu tidak pulang tepat waktu," ucap Naldy masih mengungkapkan rasa kekecewaannya.
"Naldy, kamu sangat memahami bagaimana posisiku, aku masih terlalu muda untuk menghadapi pernikahan ini. Kamu tahu sendiri butuh banyak perjuangan dan kamu juga tidak mencoba untuk meyakinkanku. Aku tidak bermaksud untuk membatalkan pernikahan kita," jelas Tasya.
"Aku mungkin bisa memaklumi semua itu Karena aku mengenalmu, tetapi keluargaku dan juga orang tuaku tidak harus menanggung semuanya dan cara satu-satunya dengan aku menikah anggota dari keluargamu," jawab Naldy.
"Dan semua itu adalah rencana Zahra. Kamu harus tahu jika Zahra sejak awal sudah menyukai kamu, Zahra membujuk Papa untuk mengambil keputusan menikah dengan kamu untuk menggantikanku. Zahra sejak awal tidak menyukai aku bahagia dan dia selalu menginginkan apa yang aku miliki,"
"Naldy kamu harus sadar, jika Zahra hanya ingin dekat dengan kamu dan semuanya dimulai dari dia coast di rumah sakit kamu praktek, semua itu sudah direncanakan olehnya agar bisa dekat dengan kamu dan mencari perhatian kamu!"
"Wanita sok alim, bercadar dan seakan-akan wanita yang paling suci, dia tidak sesuci itu, dia wanita picik dengan penuh rencana dan aku harus menjadi korban!"
"Aku mohon Naldy. Kamu harus berpisah darinya," pinta Tasya dengan air matanya tidak berhenti mengalir.
"Apa jika aku berpisah dari Zahra dan mau ke kamu akan melanjutkan pernikahan kita?" tanya Naldy.
Tasya terdiam tidak langsung menjawab dan sepertinya memang dari ekspresi wajahnya tidak ada niat ingin menikah dan hanya ingin main-main saja.
"Kamu bahkan tidak bisa menjawab," ucap Naldy untuk kecewa kedua kali bagaimana wanita yang dihadapannya itu tidak tegas dalam hubungan mereka.
"Naldy aku akan menikah dengan kamu," Tasya kemudian menjawab dengan cepat.
Tasya memegang kedua tangan Naldy.
"Aku sangat mencintai kamu dan aku tahu kamu sangat menderita dengan pernikahan kamu dan juga Zahra. Aura jahat yang dipancarkan wanita itu, membuat kamu tidak nyaman. Aku sangat yakin jika kamu tidak mungkin jatuh hati dan tidak ingin pernikahan ini berlanjut," ucap Tasya.
"Jadi mari bersama-sama menjalani kehidupan kita seperti mimpi-mimpi kita, aku siap menjadi istri kamu dan juga Ibu dari anak-anak kamu," Tasya berusaha untuk membujuk pria di hadapannya itu yang sekarang dalam kebimbangan.
Ketika pernikahan itu sudah berjalan dan Tasya baru kembali dengan memutar balikan fakta seolah-olah dia menjadi korban.
****
"Kamu mengatakan aku barusan?" tanya Mila ketika putranya berbicara serius dan suaminya juga berada disebelahnya.
"Aku sudah berusaha untuk pernikahanku dan Zahra dan tetap saja aku tidak bisa melanjutkannya," ucap Naldy.
"Apa yang kamu usahakan Naldy. Kamu bersikap dingin kepada istri kamu dan bagaimana mungkin ada kenyamanan di antara kalian berdua jika kamu tidak pernah memulai segala sesuatu," sahut Sastra.
"Ini masalah perasaan. Pa, perasaan tidak bisa dipaksa begitu saja. Aku mencoba untuk ikhlas menerima takdirku dan Zahra sebagai istriku, tetapi tetap saja di hati paling dalam ada rasa kekesalan. Aku merasa hidupku benar-benar menikah dengan dia, dan mungkin ini juga dirasakan oleh Zahra," ucap Naldy mencoba untuk menjelaskan kepada kedua orang tuanya.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Mila.
"Kami harus berpisah," jawab Naldy tanpa ragu sama sekali.
"Lalu kamu akan kembali menikah dengan Tasya!" tebak Mila.
"Aku sangat mengenal bagaimana Tasya, hubungan kami bukan sebentar dan masih ada kesempatan untuk hubungan kami," jawab Naldy sepertinya termakan omongan Tasya sampai ingin menceraikan istri.
"Kamu jangan gila Naldy. Keluarga kita keluarga terpandang dan dari nenek moyang tidak ada perceraian dalam rumah tangga. Mama dan Papa jika kamu bercerai dengan Zahra!" tegas Mila.
"Lalu Mama akan tetap memaksakan hubungan kami? Bagaimana jika Zahra juga pada akhirnya menyerah dalam hubungan ini dan mengakhiri segalanya?" tanya Naldy.
"Mama lihat sampai detik ini dia masih berusaha untuk menjadi seorang istri dan tidak ada gelagat ingin mengakhiri hubungan. Kamu yang punya pikiran semua itu tanpa berusaha. Jadi jangan kamu pikir Mama akan setuju begitu saja kamu bercerai dengan Zahra hanya karena kamu ingin kembali menikah dengan Tasya," tegas Mila.
"Kalau begitu aku akan tetap menikahi Tasya," ucap Naldy benar-benar mengejutkan kedua orang tuanya.
"Apa maksud kamu? Kamu ingin memiliki dua istri?" tanya Wildan.
"Aku hanya ingin melanjutkan hidup, jika memang tidak ada perpisahan dan maka aku akan tetap menikah dengan Tasya. Zahra juga tidak akan keberatan, karena dia juga tidak menginginkan pernikahan ini!" tegas Naldy.
"Naldy, kamu...." Mila sampai tidak bisa berkata-kata atas keputusan yang diambil putranya.
Ternyata Zahra yang berada di balik tembok mendengarkan semua pembicaraan anak dan kedua orang tuanya itu membuat air mata Zahra jatuh.
"Mungkin ini sudah menjadi yang terbaik dan ini sudah menjadi takdirku. Pernikahan sama-sama tidak diinginkan dan sebuah paksaan, memang lebih baik untuk mengakhirinya," batin Zahra ikhlas dengan pernikahannya harus kembali dikorbankan.
****
Zahra duduk di pinggir ranjang dan Naldy baru saja memasuki kamar.
"Kamu akan menikah lagi?" Zahra langsung to the point bertanya langsung kepada suaminya tanpa menunggu Naldy memberitahu kepadanya.
"Kamu mendengar pembicaraanku dengan kedua orang tuaku?" tanya Naldy.
"Jawab saja kamu akan menikah lagi atau tidak?" tanya Zahra hanya butuh jawaban pasti dan tidak suka bertele-tele.
"Benar! Aku sangat mencintai Tasya dan bukan seharusnya orang yang saling mencintai harus menikah," jawab Naldy tanpa ragu memberitahu kepada istrinya.
"Kalau begitu selesaikan hubungan kita," Zahra masih memiliki harga diri dan lebih baik mengakhiri pernikahan itu daripada harus berpoligami oleh suaminya.
Iya kalau suaminya adil, perlakuan suaminya saja tidak beres kepadanya dan bahkan tidak profesional saat berada di rumah sakit dan apalagi ketika memiliki dua. Zahra semakin tidak akan dianggap dan hanya dijadikan sebagai pajangan yang tidak disentuh sama sekali.
"Aku akan melakukan itu," jawab Naldy tanpa ragu sama sekali.
Zahra mengepal tangannya benar-benar marah, tetapi rasa marahnya tidak bisa diungkapkan begitu saja. Laki-laki di hadapannya itu memang tidak pernah menghargai Zahra. Zahra harus menahan air matanya agar tidak keluar dan tidak ingin semakin dianggap rendahnya Naldy.
"Zahra jangan kau pikir aku tidak bisa melakukannya dan sampaikan menantangku, menunggu dan melihat sampai mana bertahan, suka tidak suka aku tetap akan dan aku juga tidak pernah meminta izin denganmu. Karena pernikahan kita sejak awal tidak ada apa-apanya, tidak peduli kepadamu dan terserah kamu ingin melakukan apapun,"
"Itu adalah resiko di saat kamu menerima pernikahan ini tanpa berpikir panjang dan jangan salahkan aku jika pada akhirnya semua ini terjadi!" tegas Naldy dan Zahra sejak tadi hanya diam saja memendam rasa sakit hati yang begitu besar.
"Kenapa? Kau takut ketika berpisah dengan ku, maka tidak ada laki-laki yang akan menikah denganmu, karena memang hanya aku laki-laki yang bodoh yang setuju menikah denganku tanpa berpikir panjang," lanjut Naldy dengan sesuka hatinya mengeluarkan semua kata-kata itu.
Bersambung.....