NovelToon NovelToon
Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Tubuhku, Takhta Sang Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti / Romansa Fantasi / Fantasi
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cencenz

Satu tubuh, dua jiwa. Satu manusia biasa… dan satu roh dewa yang terkurung selama ribuan tahun.

Saat Yanzhi hanya menjalankan tugas dari tetua klannya untuk mencari tanaman langka, ia tak sengaja memicu takdir yang tak pernah ia bayangkan.
Sebuah segel kuno yang seharusnya tak pernah disentuh, terbuka di hadapannya. Dalam sekejap, roh seorang dewa yang telah tertidur selama berabad-abad memasuki tubuhnya. Hidupnya pun tak lagi sama.

Suara asing mulai bergema di pikirannya. Kekuatan yang bukan miliknya perlahan bangkit. Dan batas antara dirinya dan sang dewa mulai mengabur.

Di tengah konflik antar sekte, rahasia masa lalu, dan perasaan yang tumbuh antara manusia dan dewa… mampukah Yanzhi mempertahankan jiwanya sendiri?
Atau justru… ia akan menjadi bagian dari sang dewa selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cencenz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Rencana Gelap

Fajar belum sepenuhnya naik ketika gong darurat dipukul tiga kali dari aula barat. Suaranya memantul di antara pilar-pilar batu, memecah keheningan pagi yang belum benar-benar lahir. Para murid keluar dari kamar masing-masing dengan wajah bingung, gong ini hanya dibunyikan bila terjadi hal serius.

Yanzhi duduk di sudut ruang pengawasan timur, kedua tangan bertumpu pada lutut, napasnya teratur tapi matanya sembab kelelahan. Ia tidak tidur semalaman. Setiap kali ia memejamkan mata, suara roh di dalam tubuhnya bergetar samar, seakan ada sesuatu yang memanggil dari kejauhan.

Pintu ruang pengawasan tiba-tiba terbuka kasar.

Dua murid penjaga masuk tergesa, wajah tegang, mata penuh kecurigaan.

"Yanzhi," ujar salah satu dari mereka, suaranya kaku. "Kau harus ikut ke aula. Ada keputusan baru dari para tetua."

Yanzhi tidak bergerak. "Apa yang terjadi sekarang?"

"Kau akan dengar sendiri."

Nada itu… bukan nada seorang penjaga yang netral. Itu nada seseorang yang sudah memutuskan siapa yang salah bahkan sebelum mendengar kebenaran.

Yanzhi berdiri perlahan. "Baik."

......................

Udara di aula barat seperti dipenuhi jarum halus. Para tetua duduk di kursi mereka masing-masing, wajah tegang, tidak seperti biasanya. Bahkan Tetua Bao yang selama ini paling cerewet pun diam.

Yang paling mencolok adalah kursi Tetua Fan kosong.

Dan di tempat yang seharusnya menjadi miliknya, tergeletak jubah luar milik Tetua Fan, sobek di bagian bahu seakan diremas oleh sesuatu yang tidak memiliki bentuk manusia.

Lu Ming berdiri di dekat meja tengah, murkanya jelas, tapi ia mencoba menahannya.

Ketika Yanzhi digiring masuk, bisik-bisik langsung memenuhi ruangan. Tatapan murid dan tetua muda menusuk seperti duri.

Tetua Zhong, yang kurus dan berwajah cekung, membuka suara lebih dulu.

"Yanzhi," katanya dengan nada dingin, "kami memanggilmu untuk satu hal. Tetua Fan… menghilang semalam."

Yanzhi mengangkat alis. "Menghilang?"

Wei Ren maju selangkah dari barisan murid elit, wajahnya dibuat-buat pucat dan prihatin.

"Kami… menemukan jejak energi di dekat kamar Tetua Fan." Ia menunduk, namun suaranya cukup keras untuk seluruh aula. "Jejak itu sama dengan energi yang pernah keluar dari tubuhmu waktu di lembah. Aura asing itu, mirip sekali."

Bisik-bisik berubah menjadi riuh kecil.

Lu Ming mengetuk meja. "Wei Ren, jangan sembarangan bicara tanpa bukti!"

Wei Ren tetap tenang. Bahkan tersenyum tipis. "Tetua, saya hanya melaporkan apa yang saya lihat. Lagipula… saya bukan satu-satunya saksi."

Ia menoleh pada dua murid penjaga, yang langsung menunduk dan berkata:

"Kami… merasakan aura serupa. Dari arah aula pengawasan juga."

Yanzhi menatap mereka, tidak marah, yang ia rasakan hanyalah kelelahan yang menyedihkan.

"Tetua Fan hilang bukan karena aku."

Tetua Zhong membanting tongkatnya. "Kalau bukan kau, siapa? Jejak energi itu identik. Kau sendiri yang mengatakan tubuhmu berubah sejak kejadian di lembah!"

"Dan apakah kebetulan…," sela Wei Ren, suaranya menusuk, "bahwa Tetua Fan adalah orang yang paling ingin menyegelpengaruh roh dalam dirimu?"

Seketika ruangan hening.

Lu Ming melangkah maju. "Ini fitnah! Tidak ada bukti nyata bahwa—"

Tetua Nian mengangkat tangan. Semua suara terhenti.

"Kita tidak akan memutuskan bersalah atau tidaknya Yanzhi hari ini."

Ia menatap Yanzhi dalam-dalam. "Namun sampai bukti ditemukan, kau tidak boleh meninggalkan aula pengawasan. Kau akan dijaga tiga lapis."

Wei Ren tersenyum kecil, seolah itu kemenangan kecil yang ia nantikan.

Lu Ming hampir meledak. "Tetua Nian! Ini penghinaan terhadap murid sendiri!"

"Diam, Lu Ming," katanya lembut, tapi tegas. "Ini bukan hukuman. Ini pencegahan."

Namun semua orang tahu, itu jelas hukuman.

Dan itu baru permulaan.

......................

Setelah rapat bubar, Yanzhi berjalan keluar aula, diiringi dua penjaga baru. Namun di ujung koridor, ada sosok yang menunggu.

Yi.

Murid perempuan bermarga Yi yang kemarin menemukan jejak energi asing. Wajahnya pucat, rambutnya agak berantakan, seakan ia lari seharian.

Ketika Yanzhi lewat, Yi tiba-tiba menarik lengan bajunya, membuat para penjaga berhenti.

"Kita perlu bicara," bisiknya cepat.

Yanzhi menatapnya, alis terangkat. "Sekarang bukan saatnya—"

"Ini tentang Tetua Fan," ujar Yi, suara gemetar. "Dan tentang apa yang kukenali dari energi asing itu."

Para penjaga hendak menghalangi, tapi Yi menatap mereka tajam.

"Aku dari Divisi Pelacak Spirit. Kalau kutemukan bukti baru, para tetua wajib mendengarnya."

Mereka terdiam, tidak bisa menyangkal.

Yi menarik napas cepat dan berbisik di dekat telinga Yanzhi:

"Aura di ruang bawah tanah semalam… bukan hanya aura asing."

Ia menelan ludah, matanya membesar.

"Itu aura yang sama… yang kubaca di catatan kuno tentang Pengumpul dari barat."

Yanzhi membeku.

"Kau yakin?"

Yi mengangguk kuat-kuat. "Aku hampir mati. Ada… seseorang yang mengejarku. Murid… tapi bukan murid."

Yanzhi mengerutkan kening. "Maksudmu—"

"Dia memakai wajah manusia, tapi auranya seperti kabut iblis yang terbelah. Dan matanya… ungu gelap."

Yi memegang dadanya, napasnya goyah.

"Dia menyuruhku ‘diam’… kalau tidak mau menyusul Tetua Fan."

Darah di wajah Yanzhi hilang.

Roh di tubuhnya tiba-tiba menggeram pelan, terdengar hanya oleh dirinya:

"Itu mereka. Mereka mencariku… melalui tubuhmu."

Yi lanjut bicara, suara semakin rendah:

"Jejak energi yang mereka tinggalkan, mirip dengan aura di tubuhmu. Itu sebabnya orang mengira kau pelakunya."

Yanzhi mengepalkan tangan.

"Jadi mereka menggunakan aku sebagai kambing hitam…"

Yi mengangguk.

"Dan Wei Ren," lanjutnya dengan suara penuh ketakutan, "seolah sudah tahu apa yang akan terjadi. Seolah dia menunggu momen ini."

Dia memegang lengan Yanzhi kuat.

"Yanzhi… kita harus menemukan bukti bahwa mereka sudah menyusup ke sekte. Kalau tidak, para tetua akan menyegelmu."

Yi tahu seorang murid yang mungkin punya akses pada ruang bawah tanah. Ia memimpin Yanzhi menuju bagian utara sekte, tempat tempat penyimpanan formasi lama.

Mereka menunggu sampai penjaga berganti.

Yanzhi memandang pintu kayu itu. "Apa ini benar?"

Yi mengangguk. "Aku melihat Tetua Fan terakhir kali menuju sini dua hari lalu."

Yanzhi menyentuh gagang pintu, panas.

"Formasi penghalang?" gumamnya.

Ia meletakkan telapak tangannya.

Roh di dalam tubuhnya ikut berbisik:

"Ini bukan formasi sektemu… Ini formasi dari era lamaku."

Yanzhi menelan ludah, membuka pintu perlahan.

Di dalam ruangan, hawa dingin menusuk tulang.

Rak-rak kayu berserakan. Gulungan formasi kuno berserakan, beberapa terbakar sebagian. Tanah penuh coretan simbol yang tidak dipahami murid biasa.

Yi berlutut, mengamati salah satu simbol retak.

"Kau lihat ini?" Ia menunjuk pola spiral bergerigi. "Ini teknik penanda jejak. Bila disentuh seseorang dengan energi tertentu… simbol ini meninggalkan bayangan aura."

Yanzhi berjongkok di sampingnya.

"Dan?"

Yi menempelkan telapak tangannya ke tanah.

Cahaya tipis muncul—

Ungu gelap.

Aura yang sama dengan mata orang yang menculik Tetua Fan.

Yi mendesah ngeri. "Ini… bukti penyusup. Ini… bukan auramu."

Yanzhi menutup mata.

Untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, ada sedikit rasa lega.

Walau tetap bercampur ketakutan.

Yi berdiri, menatapnya serius.

"Kau tidak sendiri dalam masalah ini. Dan aku… tidak akan membiarkan mereka menyegelpengaruh di tubuhmu hanya karena ketakutan."

Tepat saat itu—

langkah kaki terdengar dari lorong luar.

Yi memucat. "Ada orang datang!"

Yanzhi menarik Yi ke balik rak kayu yang rubuh.

Seseorang membuka pintu.

Langkah tenang. Teratur.

Yanzhi mengintip.

Sosok itu masuk ke ruangan…

Wei Ren.

Ia menatap ruangan itu, tersenyum tipis.

"Sial. Tetua Fan benar-benar ceroboh. Untung sudah disingkirkan."

Yi menutup mulutnya, hampir kehilangan suara.

Wei Ren melanjutkan, suaranya sangat pelan, tapi cukup jelas:

"Kalau para tetua menyalahkan Yanzhi, rencana kita beres separuh."

Ia menoleh ke pintu, seakan berbicara pada seseorang yang tidak terlihat.

"Aku sudah lakukan bagianku. Sekarang giliran kalian. Jangan sampai ketahuan."

Yi merinding. "Dia… bekerja sama dengan mereka…"

Yanzhi mengepalkan tangan, darah mendidih.

Namun roh dalam tubuhnya berbisik tajam:

"Jangan sekarang. Dia punya pelindung."

Wei Ren kemudian meninggalkan ruangan.

Ketika ia hilang dari pandangan, Yi dan Yanzhi keluar dari persembunyian.

Wajah Yi pucat dan gemetar.

"Yanzhi… kita baru saja mendengar sesuatu yang jauh lebih besar dari dugaan."

Yanzhi menarik napas panjang, suaranya serak.

"Aku tahu."

Ia menatap pintu tempat Wei Ren keluar.

"Aku tidak akan membiarkan mereka menyeretku sendirian dalam ini."

Yanzhi mengepalkan tangan, aura asing bergetar samar.

"Jika mereka ingin menghancurkan sekte… maka aku yang akan menghentikan mereka."

Yi menatapnya.

"Kau benar-benar berubah… tapi tidak seperti yang mereka takutkan."

Yanzhi menoleh, matanya tajam.

"Ini bukan soal perubahan, Yi. Ini soal mereka yang akan datang."

Ia berjalan keluar ruangan.

"Dan aku harus siap."

...****************...

1
dewi roisah
lanjut lagi seru serunya..
Zhenzhen: Siap! Makasih banyak, senang banget kamu menikmati ceritanya /Heart//Heart/
total 1 replies
Nanik S
Lembah Angin
Nanik S
Kepala baru memang sangat bodoh
Nanik S
Pasti Yanzhi adalah sasaran Lu Ming
Nanik S
mereka seperti teman tapi yang sat keras kepala yg satu Usil 🤣🤣🤣
Nanik S
💪💪💪👍👍👍
Nanik S
Lanjutkan Tor
Zhenzhen: Lanjut terus dong! Makasih sudah ngikutin ceritanya/Joyful//Determined/
total 1 replies
Nanik S
Benar sekali untuk apa ramah pada merdeka yang merendahkan kita
Nanik S
Keras kepala bener Yanzhi
Zhenzhen: Hehe iya, Yanzhi memang keras kepala banget, tapi itu yang bakal bikin perkembangan karakternya menarik/Scream/
total 1 replies
Nanik S
Yanzhi... lemah tapi keras kepala
Zhenzhen: Betul sekali! Dia masih lemah di awal, tapi tekadnya yang keras bakal jadi pondasi pertumbuhannya nanti./Determined/
total 1 replies
Nanik S
Cerita awal yang menarik
Zhenzhen: Senang banget kalau awal ceritanya terasa menarik! Semoga bab-bab selanjutnya juga bikin penasaran ya. Terima kasih sudah membaca/Pray/
total 1 replies
Nanik S
Hadir
Zhenzhen: Terima kasih sudah hadir dan mulai baca dari Bab 1! Semoga ceritanya bisa menemani harimu. /Determined//Determined/
total 1 replies
k
Ternyata seru banget!/Angry/ceritanya ringan tapi tetap bikin penasaran. Cocok buat kalian yang suka fantasi tapi tetep mudah diikuti. Rekomen banget!/Kiss//Kiss/
Zhenzhen: Terima kasih banyak untuk ulasannya!/Heart/
Senang banget tahu kalian enjoy sama ceritanya.
Aku bakal terus usaha biar makin seru ke depannya /Determined//Determined/
total 1 replies
Aji Pangestu
waw sangat bagus
Zhenzhen: Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan meninggalkan ulasan seindah ini /Kiss/
Aku benar-benar senang ceritanya bisa sampai ke hati pembaca /Heart//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!