NovelToon NovelToon
Sistem Game Uang Gratis

Sistem Game Uang Gratis

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Kebangkitan pecundang / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Alvan hanyalah seorang anak petani yang baru lulus kuliah.

Hidup sederhana di desa, membantu orang tuanya di sawah sambil mencari arah hidup yang belum pasti.

Satu kalimat dari gurunya dulu selalu terngiang:

“Nak, ibu sarankan kamu lanjut kuliah"

Namun dunia Alvan berubah bukan karena gelar tinggi, melainkan karena satu tindakan kecil, menolong seorang anak yang terjatuh di sawah.

Ding!

[Sistem berhasil terikat]

Sejak hari itu, kehidupannya tak lagi sama.
Setiap kebaikan kecil memberinya “misi,” setiap tindakan membawa “hadiah”
dan setiap bibit yang ia tanam… bisa muncul nyata di hadapannya.

Namun, seiring waktu berjalan, Alvan menyadari sesuatu, bahwa selain hal-hal baik yang ia dapatkan, hal-hal buruk pun perlahan mulai menghampiri dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Misi Baru

Alvan menatap langit-langit sebentar, tersenyum kecil, lalu memejamkan mata, tertidur lelap...

Suara ayam berkokok dari luar rumah membuat Alvan perlahan membuka mata.

Ia menguap sebentar, lalu menoleh ke bawah, tempat adiknya masih terlelap.

“Dik… adik… segera bangun gih. Sekolah tuh, tinggal empat puluh lima menit lagi. Nanti Kakak anterin,” ucap Alvan sambil menggoyangkan kasurnya.

Alviani bergumam pelan, setengah sadar.

“Iya, iya… bentar lagi kak…”

Alvan menyipitkan mata pura-pura kesal.

“Kalau nggak mau bangun, UANG yang semalam Kakak ambil lagi, ya!” Ucapnya sambil menekankan kata Uang.

Sekejap saja, Alviani langsung bangun tegap.

“Eh, iya-iya! Langsung bangun ini!” katanya cepat, lalu buru-buru menuju kamar mandi sambil membawa handuk.

Alvan terkekeh pelan melihat tingkah adiknya.

“Begitu aja langsung siuman,” gumamnya sambil tersenyum kecil.

Alvan yang masih mengantuk turun dari kasur tanpa sempat mandi, Ia langsung menuju ruang makan, tapi tak lupa mengambil ponselnya di kamar.

Di dapur, aroma nasi goreng sudah memenuhi ruangan.

Ibu sedang menata empat piring di meja makan, masing-masing lengkap dengan satu kerupuk. Pas untuk empat orang.

“Pagi, Van. Basuh muka dulu sana, baru makan kita,” ucap ibunya sambil tersenyum.

Alvan mengangguk kecil. “Iya, Bu,” jawabnya pelan sambil berjalan ke arah baskom di bawah keran. Ia memutar tuasnya pelan.

Byur...

Suara air yang mengalir memenuhi keheningan pagi itu.

Ia menunduk, menampung air dengan kedua telapak tangan, lalu membasuh wajahnya perlahan.

Dingin air membuatnya sedikit tersadar dari kantuk, sementara aroma nasi hangat dari dapur mulai tercium lembut di udara.

Ayahnya tidak ikut makan, karena masih menunggu Alviani yang belum keluar dari kamar mandi.

Baru satu suapan masuk ke mulut, hp Alvan berbunyi.

Ding!

[Misi Utama Selanjutnya akan segera dirilis!]

Alvan menatap layar itu dengan wajah datar. Ia mengunyah perlahan, lalu mendesah kecil.

“Game semalam aja belum kumainin… udah ada yang lain,” gumamnya setengah malas sambil melanjutkan suapan berikutnya.

Ibunya yang duduk di seberang meja menatap sekilas.

 “Ngomong sama siapa, Van?” Tanya Ibunya.

Alvan cepat-cepat menekan tombol power di ponselnya.

 “Enggak, Bu… cuma kesel aja lihat berita di internet,” jawabnya cepat, mencoba tersenyum tipis.

Ibunya hanya mengangguk kecil, lalu kembali menyendok nasi.

Setelah beberapa saat, adiknya keluar dari kamar dengan seragam sekolah sudah rapi dan tas di punggung.

 “Kak, nanti anterin ya,” ucap Alviani sambil merapikan kerahnya dan duduk di sebelah kakaknya Alvan.

 “Iya, Dek…” jawab Alvan santai, melanjutkan suapan terakhir nasi goreng nya.

Lima menit kemudian, keduanya sudah selesai makan.

Alviani makan dengan tergesa, takut terlambat, sementara Alvan berdiri perlahan, mengambil kunci motor dari gantungan dekat pintu.

Di teras, ia menghidupkan motor tua milik ayahnya.

Bret… bret… bet!

Suara khas mesin lawas itu terdengar serak namun penuh tenaga.

Mereka berdua menyalami ibu mereka sebelum berangkat.

 “Hati-hati di jalan, ya, nak” pesan ibunya.

 “Iya, Bu!” sahut Alviani cepat, lalu naik ke motor di belakang kakaknya.

Alvan mengangguk kecil. Ayah mereka masih di kamar mandi jadi Alvan yang mengantar, terdengar suara air mengalir dari dalam.

"Bret… tet… tet…"

Motor itu melaju di jalanan yang mulai ramai. Angin pagi menerpa wajah mereka.

Setelah 25 menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di gerbang sekolah. Untung saja belum terlambat.

 “Makasih, Kak!” seru Alviani sambil berlari kecil masuk ke sekolah.

Dibalas anggukan ringan oleh Alvan.

Alvan menatap punggung adiknya yang menjauh sebentar.

Dan langsung hendak menghidupkan motor untuk pulang ketika ponselnya berbunyi.

[Ding!]

Layar menampilkan notifikasi baru dengan latar merah menyala:

[Misi Utama Dirilis]

[Tingkat Misi: E++]

[Reward: Hadiah seluruh Misi meningkat 2x lipat]

[Kegagalan: Hadiah seluruh Misi menurun ½ kali lipat]

Alvan menatap layar lama, bibirnya menipis.

“E++…? Serius nih, kenapa tiba-tiba dari F+ ke E++ bukannya harus ke E biasa dulu?…” gumamnya pelan, antara penasaran dan sedikit was-was.

Tiba-tiba, tulisan baru muncul di layar.

Kali ini berlatar merah dengan garis tepi jingga terang menyala, berkedip pelan seperti alarm dalam diam.

Ding!

[Misi Utama: "Mata Adalah Anugrah"]

[Selamatkan Seorang Gadis Dari Kecelakaan]

[Kondisi Kegagalan: Kematian Seorang Gadis]

[Waktu Kejadian: 30 menit dari sekarang!]

[Clue : Mata]

Alvan menelan ludah. Jantungnya berdentum lebih kencang. 30 menit… bukan waktu yang cukup lama untuk misi penyelamatan ini.

Ia menatap jalanan di depan, mata tetap fokus, jari-jarinya hampir mengepal.

Sekali lagi, sistem mengingatkannya tidak ada ruang untuk kesalahan karena ini adalah nyawa seseorang sebagai taruhannya dan hadiah misi akan berkurang setengah.

 “Baik… aku serius…” gumamnya, lalu memasukkan ponsel ke saku jaket dan menyalakan motor tua ayahnya.

Bret… bret… tet…

Dengan napas teratur, ia melaju menuju titik misi yang ditandai di peta.

Alvan memasukkan ponsel ke saku jaket, menyalakan motor tuanya.

Bret… bret… tet…

Ding! [Waktu Kejadian: 02.12 menit]

Alvan sudah berhenti tepat di titik lokasi. Napasnya masih terengah - engah karena jauh dari lokasi sekolah adik nya.

Titik ini tepat di depan zebra cross, tempat penyebrangan yang ramai.

Ia terus mengawasi layar hp, sesekali melirik zebra cross, menunggu momen yang tepat.

Alvan masih bingung siapa yang disuruh sistem untuk di selamatin, di detik ke 30 karena melihat dari kejauhan tidak ada orang yg menyebrang maka alvan berinisiatif pergi ke sisi sebrangnya..

Mata Alvan terpaku pada gadis di sisi sebrang main hp mahalnya sambil mengenakan earphone.

"Ini pasti orang yang dibilang sistem buat di selamatin" Pikir Alvan.

Di Detik ke 10.

Lampu lalu lintas berubah merah. Gadis SMA itu masih saja menunduk, matanya terpaku pada layar hp, jari-jarinya bergerak cepat tanpa menyadari ada bahaya yang melintas.

Dunia seolah bergerak lebih lambat di sekelilingnya. Mobil-mobil melintas, deru mesin terdengar seperti gemuruh jauh, tapi di telinganya hanya dentingan hp yang di ketiknya.

Alvan melihat sebentar, dan terlihat mobil tanpa rem dari jauh dan refleksnya melampaui pikirannya sendiri. Tanpa menunggu, ia berlari dan melompat.

Tangan Alvan menjangkau gadis itu.

Waktu terasa hening saat jari-jarinya menyentuh lengannya, mendorong nya menjauh.

Dunia di sekitar mereka seperti blur deru mobil, klakson, orang-orang terkejut melihat penyelamatan yang refleks agak gila!

Semuanya tertinggal di belakang seperti latar. Hanya ada mereka berdua, dalam momen kritis yang menegangkan.

Alvan dan gadis itu berhasil keluar dari jalur mobil tepat beberapa meter sebelum tabrakan. Napas mereka terdengar terengah - engah

“Hup… hah… hah…”

Alvan dan gadis itu berhasil menghindari tabrakan, tetapi.. Posisi mereka agak canggung,

Alvan terlentang sedikit di atas gadis itu satu tangan menopang punggung nya, tangan lain menahan kepala gadis agar tidak terbentur trotoar.

Gadis itu merona, wajahnya panas, matanya terbuka lebar, napasnya masih tersengal.

Ia menyadari betapa dekatnya mereka baru saja berada.

Panik dan malu bercampur jadi satu, membuat pipinya merah padam.

Alvan, sama sekali tidak bereaksi dan menyadari.

Matanya fokus pada gadis itu, memastikan ia aman.

Napasnya masih terengah-engah karena adrenalin, tapi pikirannya murni tertuju pada keselamatan gadis itu.

Ia bahkan tidak menyadari sedikit pun kontak bibir yang terjadi baginya, itu hanyalah bagian dari momen menyelamatkan seseorang, tidak lebih.

“Untung saja tidak kenapa-kenapa…” ucap Alvan sambil perlahan menyingkirkan rambut gadis itu memastikan tidak ada luka di kepala.

1
Syahrian
👍😍
black
lanjutkan thor, jangan berhenti di tengah jalan, ceritanya menarik,
ALAN: iya bener tuh Thor 👍
total 2 replies
ALAN
lanjut Thor 💪😍
ALAN
hadir Thor 😍👍
Aryanti endah
ET buset, Mak bapak adek JD transparan 🤣🤣🤣🤣
ALAN: iya, alvan tak ada malu - malu nya dengan mertua 🤣
total 1 replies
Syahrian
👍💪😍
ALAN
Bagus, lumayan
ALAN
lanjut Thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪
Lala Kusumah
sepertinya bakal seru nih, lanjutkan 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!