Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Kael baru saja memberikan perintah kepada Sam untuk menyebarkan informasi tentang fungsi inti kristal ke seluruh Enklave. Setelah itu, ia bergegas kembali ke vila untuk mengurus Lana.
Lana masih tertidur pulas, wajahnya terlihat lelah. Aku benar-benar keterlaluan tadi malam, pikir Kael, sentuhan rasa bersalah muncul di matanya.
"Bangun, Sayang. Waktunya makan, lalu kau boleh tidur lagi," bisik Kael, mencium lembut pipi Lana.
Lana bangun dengan mata setengah terbuka, di mana Kael segera menggendongnya ke kamar mandi untuk membantunya mandi dan menyikat gigi. Setelah itu, Kael menggendongnya turun ke lantai bawah. Ia menempatkan Lana di pangkuannya di sofa, lalu dengan sabar menyuapinya bubur gandum dan sup yang ia buat.
Setelah Lana puas, Kael membereskan sisa makanan dan membawanya kembali ke kamar. Kael berbaring di samping Lana sepanjang sore, memijat pinggang dan bahu gadis itu.
Menjelang pukul lima sore, Lana bangun sepenuhnya, energinya pulih total.
"Sudah baikan, Sayang?" tanya Kael, mencium bibir Lana.
Lana menggeleng, mengisyaratkan ia sudah pulih. Ia teringat akan makanan. "Aku ingin... bubur seafood. Yang kuah kaldunya kental dan segar."
Kael terkekeh. Ia sungguh menyukai permintaan aneh Lana yang menginginkan kemewahan dunia lama.
"Baik, aku akan ke suplai militer di markas. Mungkin ada beberapa udang kering yang bisa kupakai," ujar Kael, bersiap untuk pergi.
"Tunggu, Kakak!" Lana menahan lengannya. "Tidak perlu repot-repot ke sana."
Lana bangkit, berjalan ke dapur, dan dengan gerakan cepat dari dimensinya, ia mengisi penuh lemari es dan freezer dengan kemasan vakum daging sapi prime, sayuran segar, salmon, dan, yang paling penting, udang dan kepiting segar yang masih beku sempurna.
Kael melihat pemandangan itu, matanya dipenuhi kejutan. Dia punya semuanya. Bukan hanya barang kering. Ia menyadari bahwa Lana tidak hanya memiliki ruang penyimpanan, tetapi juga semacam stasis waktu yang menjaga kesegaran.
"Sepertinya aku tidak perlu bergantung pada militer, ya?" goda Kael. "Aku akan mengandalkan kekayaanmu, Sayang."
Wajah Lana merona karena malu. "Aku kaya hanya untukmu, Kakak."
"Pergi ke ruang tamu. Aku akan membuatnya cepat," perintah Kael, lengan bajunya sudah digulung.
Lana pergi ke ruang tamu. Ia meraih sekaleng yogurt asam yang dingin dari dimensinya dan memakannya. Saat Kael memotong sayuran, Lana kembali.
Ia menyendok sedikit yogurt, menyodorkannya ke bibir Kael. "Mau coba?"
Kael mencondongkan tubuh, tetapi ia tidak menggigit sendok itu. Ia justru menjilat sisa yogurt yang menempel di sudut bibir Lana, matanya yang gelap menatap Lana dengan penuh hasrat.
"Aku tidak butuh sendok," Kael bergumam.
Lalu, ia mencium Lana, ciuman yang segera berubah dari manis menjadi buas dan menuntut. Kael melumat bibir Lana, menyedot setiap napasnya, mengklaimnya sebagai miliknya.
Ketika ciuman itu mereda, Lana bersandar di meja dapur, seluruh tubuhnya lemas. Kael memeluknya erat, suaranya parau karena hasrat yang mengamuk.
"Jangan pernah coba memancingku lagi, Lana. Aku tidak tahan," Kael mengangkat Lana dan meletakkannya di atas meja dapur. Ia mencium Lana dengan berat sekali lagi.
"Duduklah di sini. Jangan bergerak. Simpan energimu. Malam ini kita punya urusan yang panjang, mengerti?" Kael menyeringai, pandangan matanya penuh janji mengerikan yang membuat Lana menggigil.
Tak lama kemudian, Kael membawa mangkuk bubur seafood yang mengepul. Aroma kaldu yang kaya dan rasa umami dari kepiting segar membuat Lana hampir menangis.
"Enak! Sangat enak!" seru Lana, segera menyantapnya dengan lahap.
Kael tersenyum puas melihat Lana makan. "Bagus. Makan yang banyak."
Saat Lana selesai makan, ia belum sempat berucap terima kasih. Kael segera menggendongnya, mengabaikan protes Lana yang bingung.
"Kau mau ke mana?" tanya Lana, otaknya masih lamban.
"Makan penutup," jawab Kael singkat, matanya dipenuhi kilatan yang tak terhindarkan.
Lana tahu apa yang dimaksud. Ia tidak sempat berjuang sebelum Kael menguncinya di kamar, dan sekali lagi, ia kehilangan kendali. Kael begitu dominan dan berhasrat, memimpin mereka melalui gelombang demi gelombang kenikmatan. Lana hanya bisa berteriak pelan, semua indranya memudar hingga akhirnya ia benar-benar pingsan karena kelelahan.
Kael menatap Lana yang tertidur pulas karena kelelahan, wajahnya dihiasi rona merah, dan tanda-tanda kepemilikan. Ia menghela napas panjang, memeluk tubuh mungil itu dengan lembut.
"Kau yang membuatku gila, Lana," gumam Kael, mencium puncak kepala gadisnya. Ia mengakui, di hadapan Lana, semua kendali dirinya benar-benar runtuh.
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu