Seberapa tega orang tua kamu?
Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMANDANGAN MERINDING
Setelah diberitahu Adrian soal pacar Pak Wicaksono, Nou jadi notice pada bosnya itu, ruangan tier satu dengan bos memang satu lantai sehingga Nou sering bertemu dengan Pak Wicaksono, dan sampai sekarang pacar bos itu belum pernah muncul, kata Adrian lagi sih karena seorang model jadi sering ke luar kota bahkan luar negeri.
"Kamu kok tahu banget sama Pak Bos? Jangan bilang naksir sama beliau?" bisik Nou pada Adrian setelah Pak Bos datang dan menyapa para karyawan di tier 1.
Adrian yang merasa tersindir langsung menonyor Nou, "Enak saja gue masih normal. Andai gue seiman sama lo, lo bakal gue gebet jadi pacar," omel Adrian membuat Nou tertawa ngakak.
Keasyikan kerja, mereka teralihkan dengan suara heels yang mengetuk lantai secara tiba-tiba siluet perempuan bertubuh tinggi langsing dan pakaiannya yang masyAllah membuat semua terpana. Tanpa menyapa, perempuan itu langsung menuju ruangan Wicaksono, Mbak Yesi sekertaris Pak Wicaksono langsung berdiri dan membukakan pintu wanita cantik itu.
"Itu dia pacar Pak Wicaksono," bisik Adrian pada Nou.
"Cantik tapi menor banget. Begitu seleranya Pak Wi ya."
"Sumpah kamu panggil Pak Bos dengan sebutan Pak Wi serasa ingat penjual soto depan trotoar kantor coba, Soto Pak Wi!" keduanya cekikikan dan dilihat oleh beberapa karyawan lain.
"Wanginya model terkenal memang beda ya, gak hilang-hilang," ucap Tyas, salah satu tim keuangan yang nimbrung di depan meja Nou.
"Mahal lah pastinya parfum si nona!" ujar Adrian asyik mengetik.
"Cuma minusnya pakaiannya yang tak tahu tempat, masuk kantor sepaha begitu mana tanpa lengan lagi. Sebagai penggemar berat pak bos sedikit tak terima lah, Pak Bos super ganteng, aura cowok baik-baik kental sekali, dapatnya kok perempuan terbuka," komen Elsa, rekan kerja bagian keuangan lain yang ikut nimbrung di meja Nou, apalagi masih ada basreng jeruk purut pemersatu budak corporat.
"Julidnya kawan kita satu ini, suka-suka Pak Bos lah," Mbak Yesi ikut nimbrung, sudah curiga sih kalau ada kelompok yang lagi bisik-bisik pasti membicarakan pacar Pak Bos.
"Gitu di dalam ngapain ya, Mbak Yes?" pertanyaan Nou membuat mereka tersedak bumbu basreng, sumpah gak enak banget di tenggorokan. Adrian tertawa ngakak. Sedangkan yang lain buru-buru ke meja masing-masing mengambil tumbler air.
"Nou, kamu ya benar-benar!" protes Elsa setelah meredakan batuknya. Mbak Yesi kembali ke meja, masih batuk dan Tyas pun begitu. Nou tersenyum sungkan, sudah membuat gaduh.
"Mereka pernah gini," jawab Adrian sembari mempraktikan gerakan dua tangan yang mengindikasikan mereka ciuman.
"Wajar sih, hot begitu yakin banget Pak Wi merinding disko," Adrian tertawa mendengar istilah Nou. Dia pikir gadis berjilbab ini polos ternyata nyambung juga soal hubungan lawan jenis.
Mereka pun kembali bekerja, tak peduli dengan urusan Pak Wi, yang jelas ruangan bos masih tertutup rapat. Sedangkan di dalam ruangan Wicaksono, Audrey duduk di pangkuan Wicaksono, katanya kangen, setelah hampir tiga minggu tak bertemu karena kesibukannya di luar kota. Lelaki tampan itu abai saja dengan gerakan sensual Audrey, Wicaksono sudah biasa, dan tahan saja. Kerjaannya lebih penting, meski di pangkuannya, Wicaksono masih fokus dengan laptop.
"Mas, udah lama aku gak main ke apart kamu!"
"Mau ngapain? Kamu ke sana juga karena aku sakit dulu."
"Ya kan bisa kissing lama." Wicaksono hanya tersenyum, kemudian mengecup bibir manis wanita kesayangannya itu.
"Di sini saja bisa kan ciuman juga, ngapain di apart. Nanti aku kebablasan malah bahaya."
"Gak mau nyoba?" pancing Audrey sembari mencium leher sang kekasih. Wicaksono memejamkan mata, menikmati sensasi bibir sang kekasih. Sebenarnya sebagai laki-laki dewasa Wicaksono paham gelagat Audrey begini, menandakan kalau dia sudah tidak gadis lagi. Itulah mengapa Wicaksono tidak mau sembarangan main dengan perempuan, sampai saat ini dia masih perjaka, belum pernah meniduri perempuan. Sang mama selalu mewanti-wanti soal hubungan dengan perempuan, alkohol, dan narkoboy. Wicak masih memegang aturan sang mama, meski godaan sang kekasih begitu hebat.
"Udah setahun kita berhubungan sayang, masa' iya kamu belum sentuh aku."
Wicak tersenyum simpul. Kemudian memeluk Audrey. "Aku takut ketagihan. Maunya kalau main ya sama istri saja. Kamu mau aku nikahin sekarang?"
"Candaan kamu gak lucu. Aku masih ingin berkarir Sayang."
"Ya sudah, jangan minta main sama aku."
"Sayang, aku kepengen banget merasakan main sama kamu."
"Kenapa sih ngebet banget begitu? Udah lama gak ganti oli? Terakhir sama siapa memang?" tanya Wicaksono, ia tak akan marah kalau Audrey sudah tak gadis lagi, profesi sang kekasih sangat rentan akan se* di luar nikah, jadi kemungkinan Audrey pun sudah pernah melakukan entah sama siapa. Hanya saja Wicak berharap melakukannya tidak di saat mereka pacaran.
Ditanya begitu Audrey gelagapan sendiri. Mau jujur jelas tak berani, ia pun pura-pura mengambil air saja. Wicaksono hanya tersenyum. Pintu ruangan diketuk, Yesi pelakunya.
"Iya, Yes?" tanya Wicaksono pada sang sekertarisnya itu. Tampak Yesi sungkan masuk karena ada Audrey. "Masuk saja!" ucap Wicaksono, toh Audrey sedang duduk di sofa, anteng dengan ponselnya.
"Hem, Bapak ada rapat dengan tim analyst 10 menit lagi," Wicaksono mengangguk, dan menyuruh tim analyst rapat di ruang meeting saja.
"Kenapa gak meeting di sini saja Sayang, aku kamu tinggal dong?" protes Audrey, Yesi diam saja, sebenarnya ingin memaki, ya lo pulang aja kali, ini masih jam kerja kok.
"Ya udah, Yes. Rapat di ruangan saya saja!" Yesi melongo, bisa-bisanya bos ganteng menuruti permintaan si menor. Sumpah, bos bisa luluh begitu, yakin sudah dikasih tubuh sexinya.
Tim analyst yang terdiri dari Nou, Adrian, dan Pak Hendra masuk ke ruangan dan sedikit kikuk karena ada Audrey yang duduk dengan angkuh menatap tim itu. Audrey tak suka dengan Nou, ia memicingkan mata dan menatap pegawai sang kekasih dengan tajam. Nou sih merasa kalau ditatap oleh perempuan itu, hanya saja tak peduli, gak ada urusannya dengan pacar pak bos.
Wicaksono sangat profesional dia mendengar laporan tim analyst dengan seksama, bahkan ia juga minta data 3 tahun ke belakang agar bisa mengambil keputusan terbaik untuk ekspansi produk terbaru.
"Data terakhir menunjukkan bahwa permintaan konsumen meningkat pada produk sabun cair dengan varian lemon," ujar Nou membaca grafik yang diminta Wicaksono. Perusahan Wicaksono bergerak di bidang kebutuhan rumah tangga, dan produknya memang paling diminati konsumen target utama memang kalangan menengah ke bawah, tapi tidak menutup kemungkinan juga merambah ke kalangan atas. Intinya produk rumah tangga di pabrik Wicaksono merakyat dan ramah di kantong serta limbahnya aman untuk lingkungan.
"Jadi lebih baik sabun cair?" tanya Wicaksono dan diangguki oleh tim analyst untuk desain produk pengembangan selanjutnya.
persaingan pengusaha muda vs dokter anak semakin kocak 🤣🤣
weh Weh emang bosmu gendeng cembukur dia
stop udah jangan di kirim lagi keterusan ga mandiri