NovelToon NovelToon
Istri Muda Paman

Istri Muda Paman

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Mala, membuat gadis itu menjadi rebutan para saudara yang ingin menjadi orang tua asuhnya. Apa lagi yang mereka incar selain harta Pak Subagja? Salah satunya Erina, saudara dari ayahnya yang akhirnya berhasil menjadi orang tua asuh gadis itu. Dibalik sikap lembutnya, Erina tentu punya rencana jahat untuk menguasai seluruh harta peninggalan orang tua Mala. Namun keputusannya untuk membawa Mala bersamanya adalah kesalahan besar. Dan pada akhirnya, ia sendiri yang kehilangan harta paling berharga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERANG DI MULAI

Erina mondar-mandir di ruang tamu seperti macan kelaparan. Wajahnya tegang, rambutnya dibiarkan berantakan, dan matanya menatap tajam ke arah jam dinding yang terasa bergerak terlalu lambat.

Setiap detik menambah sesak di dadanya.

Bukan hanya gagal mendapatkan uang dari Kemala, tapi juga harga dirinya diinjak-injak di rumahnya sendiri.

"Touring? Serius?! Anak kampung kayak dia bisa gaya

begitu sekarang? Astaga, gimana caranya aku dapat uang?

Belum apa-apa, si Kemala udah ambil alih keuangan sendiri," desis Erina dengan penuh kebencian.

Ponselnya berbunyi. Nama Yudha berkedip di layar.

Erina langsung panik. Ia tahu lelaki itu tidak suka ditunda, apalagi jika soal uang. Ia mengangkat panggilan itu dengan suara setenang mungkin.

"Halo, Sayang..."

"Aku tunggu dari pagi, Rin. Katanya hari ini cair?"

Suara Yudha terdengar dingin.

"Iya... iya, tadi aku udah coba minta. Tapi... keponakan aku itu... kurang ajar banget! Dia tolak mentah-mentah! Banyaklah pokoknya alasannya."

Yudha mendengus di ujung sana. "Katamu kamu bisa

Atur semuanya? Jangan sampai aku sendiri yang turun tangan, ya."

Deg.

"Jangan! Jangan, Sayang. Aku cuma butuh waktu sedikit lagi. Besok aku coba cari cara lain. Ehm, memangnya uang hasil penjualan mobilku minggu lalu udah habis, Yank?"

Yudha mendesah pelan. "Sudahlah, Beib. Mobilmu itu mobil lama, cuman laku 80 juta, abis lah kita pake check in dan shopping waktu itu. Pokoknya gak mau tahu, kamu harus dapat uang itu secepatnya. Rentenir sudah kejar-kejar aku terus!"

Erina mengigit bibir bawahnya. Ia pusing memikirkan hutang pacarnya itu. Namun ia kadung cinta, Yudha benar-benar telah membutakannya.

"Oke, oke, sabar ya, mungkin aku gadaikan surat rumah ini aja ya," ucapnya pelan.

"Terserah kamu, Rin. Yang penting minggu ini harus cair. Kalau enggak, kamu tahu konsekuensinya. Kita putus kalau kamu gak bisa memberikan uang yang aku minta," ancam Yudha sebelum menutup telepon tanpa pamit.

Erina terduduk. Napasnya memburu.

Ia meremas roknya kuat-kuat. Dalam hati, kekesalannya pada Kemala semakin membara.

Di tempat lain, sore itu, Kemala baru saja selesai dengan kelas jam terakhir. Ia juga sudah memberi kabar pada tantenya bahwa hari ini akan pulang telat.

Sebenarnya ia bertemu seseorang.

itu. Siapa lagi kalau bukan Tama. Om-nya yang tampan

Tama baru saja memarkir mobilnya di ujung taman kampus. Ia langsung menghampiri Kemala yang berdiri di samping mobilnya.

"Tadi pagi kamu telat? Maaf ya, Om duluan karena harus belanja bahan yang habis pagi-pagi sekali," ujar Tama, memperhatikan Kemala dari ujung kepala hingga kaki.

Kemala mengangkat alis, sedikit tersenyum. "Tante Erina sempat bikin drama lagi pagi-pagi sekali."

"Oh?" Tama menyipitkan mata. "Urusan uang lagi?"

"Seperti biasa. Tapi kali ini makin keterlaluan. Tante minta dua puluh juta buat bayar arisan. Padahal aku tahu itu bohong. Pasti buat selingkuhannya," jawab Kemala santai sambil melangkah menuju bangku taman.

Tama mengekor di belakangnya.

"Erina benar-benar memalukan. Dia punya suami, tapi berani sekali minta uang sama kamu. Padahal beberapa hari yang lalu, Om sudah memberinya uang lho."

Kemala menoleh, menatap Tama dengan tatapan yang cukup menggoda. "Ke aku Om gak pernah ngasih uang

Tuh. Gak adil," ucapnya manja.

Tama mengulum senyumnya, tangannya mengacak gemas pucuk kepala Kemala. "Gadis konglomerat sepertimu, masih aja mau uang receh dari Om, Heum? Memangnya kamu mau apa?"

Kemala mengetuk-ngetuk dagunya, pura-pura berpikir. "Ice cream," jawabnya.

Tama makin tersenyum geli. "Om belikan sama yang jualannya, mau?"

"Ih, apaan sih Om ini. Masa sama yang jualannya.

Nanti Om dikemanain dong?" tanyanya dengan menggoda.

"Kesini." Tama menunjuk dadanya sendiri.

Menegaskan jika dirinya ingin ditempatkan di hati Kemala, membuat pipi gadis itu langsung merona karena tersipu.

Tama meraih tangan Kemala secara spontan, namun Kemala menariknya pelan.

"Mas, belum waktunya."

Tama menatapnya dalam.

"Lalu kapan?"

Kemala tersenyum tipis. "Jangan disini."

"Dimana dong?" tanya Tama seraya mencondongkan tubuhnya.

Kemala melirik sekelilingnya. Sepi. Suasana sore itu

Benar-benar sepi. Para mahasiswa sudah pulang. Hanya tersisa beberapa mobil dan motor yang berjajar.

Gemas melihat wajah gadis kampung yang kini begitu modis dan sangat cantik itu, Tama pun tiba-tiba menarik tangan Kemala lalu mendaratkan ciu-mannya.

Dan di kejauhan, dari balik mobil yang parkir, seseorang memotret mereka dengan kamera ponsel. Suara klik kecil terdengar, dan gambar itu segera terkirim ke satu kontak bernama: Calon Ipar.

Malam itu, hujan turun rintik-rintik. Udara lembab merambat masuk lewat celah jendela kamar Erina. Lampu tidur menyala redup, menerangi foto dirinya dan Tama yang masih terpajang dengan manis. Namun ironis, suaminya itu kini malah ada main dengan keponakan istrinya sendiri.

Erina duduk dengan segelas wine murah dan ponselnya di tangan. Ia menatap layar ponsel dengan penuh kebencian. Foto itu-Tama dan Kemala yang terlihat begitu dekat bahkan berci-uman di taman kampus -telah menjadi senjatanya.

Meskipun marah, namun Erina pikir ia bisa memanfaatkan foto itu untuk mengancam dan memeras Kemala.

"Bagus, kamu berhasil," bisik Erina pada dirinya sendiri.

[Tepati janjimu, Mbak. Aku ingin bisa dekat dengan Kemala]

Erina tersenyum sinis membaca pesan itu. Ia pun kemudian mengetik pesan balasan. [Itu gampang. Asal kau terus memberiku informasi, aku akan tepati janji. Besok, datang saja ke rumah].

Erina tersenyum menyeringai. Jemarinya mulai menari di layar.

Keesokan paginya, suasana rumah terasa menegangkan. Erina sengaja menyiapkan sarapan lebih awal. Nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan kerupuk udang-menu kesukaan Tama. Suaminya itu masih mandi saat perdebatan dirinya dengan keponakannya terjadi.

Saat Kemala keluar dari kamar dengan sweater santai dan rambut dikuncir seadanya, aroma makanan menyergap hidungnya.

"Wah, Tante rajin banget hari ini," ucap Kemala dingin, menarik kursi tanpa basa-basi. "Kayaknya enak."

Erina menoleh, senyum dibuat semanis mungkin. "Iya dong. Tante kan istri yang sempurna, cantik pandai masak lagi. Dan sarapan spesial ini supaya rumah tangga Tante harmonis lagi," ucapnya penuh sindiran.

Kemala tertawa kecil. "Bukankah saat ini juga harmonis? Memangnya Tante sama Om marahan, Heum?"

Tanya Kemala pura-pura.

Erina memiringkan kepala. "Marahan sih enggak, tapi Tama berubah. Ya sejak ada seseorang yang suka menggoda suami orang."

Deg.

Kemala menoleh cepat. Matanya menyipit. "Maksud Tante?"

Erina membuka ponselnya, menunjukkan layar pada Kemala.

Satu foto. Jelas. Ia dan Tama di taman kampus. Jarak mereka terlalu dekat dan ciu-man itu tidak bisa disebut sebagai 'hubungan biasa.'

"Jangan pikir Tante gak tahu, Sayang. Mau Tante kirim ke grup keluarga?" ancam Erina dengan suara pelan namun tajam. "Tante sih sebenarnya gak masalah, Tante bisa aja maafin kamu. Yah, tapi semua gak gratis, Sayang," ucap Erina seraya menyeringai.

Erina pikir Kemala akan takut, tapi ternyata dia salah. Gadis itu bangkit kemudian tersenyum miring dan meraih tas nya tanpa menyentuh sarapan sedikit pun.

"Kirimin aja, Tante. Kirimin ke semua orang. Aku sih gak masalah. Tante lupa, aku siapa, Heum? Memviarkan aku, sama saja cari mati. Dan asal Tante tahu, aku punya banyak bukti lho untuk viralin Tante juga. Gimana, mau adu skill?" tanya Kemala yang kini sudah terang-terangan, tidak menyangkal hubungannya dengan Tama.

Tidak peduli mau dibilang pelakor, namun ia cukup puas bisa membuat tantenya meradang sepagi ini.

Erina terdiam sesaat. Tidak menyangka Kemala bisa begitu berani.

"Kamu pikir kamu siapa, hah?! Bukti apa yang kamu punya?"

Kemala tersenyum miring. "Banyak. Nanti aku kirim ya ke Tante," ucapnya dengan nada remeh.

Erina mengepalkan tangannya hingga buku-buku itu memutih. "Kamu berubah, Mala. Tante membawamu kemari supaya kamu tidak sedih lagi di sana. Tapi ini balasan kamu sama Tante? Kamu pikir kamu siapa, Hah?!"

Suara Erina bergetar. Nampak sudut matanya berair, matanya berkaca-kaca. Namun bukan tangis kesedihan, melainkan tangis karena amarah dan kecewa rencananya tidak berjalan dengan mulus.

"Aku adalah seseorang yang akan membuat Tante jatuh dengan cara yang elegan. Aku tidak perlu menutupi hubunganku lagi, aku dan Om memang pacaran. Kalau Tante mau usir aku, ya silahkan aja."

Degh.

Nafas Erina memburu, darahnya mendidih. Ia benar-benar murka. "Dasar anak gak tahu malu! Kamu benar-benar murahan, Kemala?"

Kemala kembali tersenyum sinis."Murahan? Oh iya?

Aku kan belajar dari Tante. Gimana dong? Tante

Selingkuh sama Om tato itu, kenapa Om Tama gak bisa selingkuh sama aku? Inpas kan?" bisik Kemala sambil menyeringai, lalu berjalan pergi meninggalkan ruang makan, meninggalkan Erina yang kini tak lagi bisa menahan amarahnya.

Kemala benar-benar sudah menyalakan api, dia sudah melayangkan genderang perang.

Siang itu, Erina menemui seseorang. Seorang pria muda, adik dari Yudha.

"Gimana, Vin? Kamu bisa bantu kan? Tolong ya..."

Vino, adik Yudha yang juga satu kelas dengan kemala dan diam-diam menyukai gadis kampung yang kini sudah banyak berubah itu. Vino juga yang kemarin memata-matai Kemala dan memotretnya diam-diam.

Vino memang menyukai Kemala, namun tak berani mendekatinya. Kemala satu geng dengan Yola-gadis bar-bar yang tak segan menghajar siapapun yang mengganggu teman-temannya.

"Apa yang harus aku lakukan, Mbak?" tanya Vino.

"Buat skandal tentang Kemala di kampus. Buat semua orang membencinya. Buat dia viral, dengan begitu Tama akan membenci dia juga," ucap Erina.

Vano terdiam, nampak ragu. "Kenapa harus sampai segitunya, Mbak? Mbak sama Mas Yudha kan juga pacaran. Kalau Kemala dan Mas Tama punya hubungan, ya kalian masing-masing saja. Aku emang suka sama Kemala, tapi aku ragu kalau harus bikin skandal."

"Kenapa? Kamu takut?" tanya Erina sinis.

"Bu-bukan begitu. Tapi..."

"Buatlah dia tidur denganmu dan sebarkan foto-foto asusila itu. Dengan begitu, dia akan jadi milikku, Vino!"

"Tapi aku bisa di DO." Vino menggelengkan kepalanya. Ia memang menginginkan Kemala, namun ia tak ingin sampai kuliahnya hancur.

"Kamu blur saja wajah kamu, Vin. Dengan begitu kamu aman sementara Kemala, pasti di do. Dan setelahnya dia pasti minta pertanggungjawaban. Kamu bakal beruntung jika bertanggung jawab padanya, dia seorang pewaris yang akan menjamin hidupmu."

Vino terdiam sejenak, kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. Meskipun ide ini terlalu beresiko, namun sepertinya boleh juga. Ia juga tidak bisa menahan diri lagi, Kemala benar-benar cantik dan mempesona. Ia ingin memiliki gadis itu seutuhnya.

"Oke, aku setuju."

Erina tersenyum lebar. "Bagus. Kalau begitu besok malam, kamu datang saja ke rumah. Aku akan membawa Tama pergi, dan kamu bisa melancarkan aksimu," ucap Erina, senyumnya licik.

Sementara itu, Tama berdiri mematung ruang kerjanya. Suara Erina yang tersadap oleh alat pelacak dan

Perekam suara yang disembunyikan diam-diam di tas wanita itu, terdengar dengan jelas. Bahkan Tama kini mengetahui rencana jahat istrinya.

BRAKKK.

Tama memukul meja kerjanya, matanya melotot marah. Ia tak menyangka jika istrinya benar-benar akan senekat itu pada keponakannya sendiri.

"Breng-sek!! Dia benar-benar jahat. Aku tidak akan membiarkan Kemala diganggu oleh siapapun. Jika ada yang berani ingin membuatnya celaka atau menjebaknya, sama saja dia cari mati!" tegas Tama dengan kemarahan berapi-api.

"Sebelum orang lain, aku yang akan lebih dulu menyentuhnya! Kamala adalah milikku!"

Hari itu juga, Tama langsung bergerak cepat. Ia mengambil kunci mobilnya, sebelum pergi meninggalkan cafe, ia lebih dulu mengetik pesan pada Kemala.

[Om berangkat ke puncak sekarang. Kamu nanti nyusul ya. Om tunggu di rumah peninggalan orang tuamu]

Kemala yang sedang ada di kelasnya itu langsung membaca pesan yang membuatnya terheran-heran. "Ke puncak? Mau ngapain?"

Langit senja mulai memerah saat mobil Kemala melaju perlahan memasuki kawasan Puncak yang sejuk.

Angin berhembus lembut melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Di dalam mobil, suasana semarak dengan celoteh tiga sahabatnya yang riang.

"Fix! Gak kaleng-kaleng emang temen kita ini. Bukan cuma juragan sapi, tapi juga juragan kebun teh!" seru Yola sambil mengemudi, membelokkan mobil menuju jalan menanjak yang menuju rumah besar peninggalan orang tua Kemala.

Kiren tertawa. "Kemala, ngaku deh... jangan-jangan kamu simpanin rahasia selama ini. Udah punya pangeran Puncak ya?"

Sintya ikut menggoda, "Hush, jangan ngaco deh. Pangerannya kan Om Tama," ledek Jessica.

Kemala hanya tersenyum tipis, menatap keluar jendela. Ketiga teman barunya itu memang sudah mengetahui hubungannya dengan Tama. Yang membuat Kemala nyaman berteman dengan mereka, ketiga wanita itu tidak pernah menghakimi. Mereka sudah tahu cerita yang sebenarnya dari Yola yang tempo hari menemani Kemala memata-matai tantenya.

Sebenarnya hatinya tak setenang yang tampak.

Panggilan dari Tama siang tadi masih membekas. "Temui Om di rumah Puncak. Penting."

Itu saja. Tanpa penjelasan. Tanpa basa-basi.

Saat mobil mereka melintasi pagar kayu jati yang

Tinggi dan mulai menyusuri jalan setapak menuju rumah besar bergaya kolonial itu, aroma masa lalu menyergap. Kenangan tentang almarhum ayahnya, Pak Subagja dan mendiang ibu kandungnya, Indira kembali berputar-putar dalam benaknya.

"Eh, ada orang tuh di depan," ucap Kiren, menunjuk ke arah beranda rumah.

Yola memperlambat laju mobil.

"Teh Asih... dan Mang Asep," ucap Kemala.

Benar saja. Di depan rumah, Teh Asih-pelayan setia pak Subagja melambai menyambut, di sampingnya berdiri Mang Asep-ajudan setia ayah Kemala. Kemala turun lebih dulu, disusul ketiga temannya. Namun langkah mereka terhenti begitu menyadari ada beberapa sosok lain yang tak asing di gazebo depan halaman luas itu.

"Mang Sukardi?" gumam Kemala pelan, ia mencium punggung tangan pria itu penuh hormat.

Pria itu tersenyum, berjalan mendekat. Ia tampak jauh lebih rapi dan segar dari terakhir kali Kemala melihatnya. Tak ada lagi kantung mata tebal, bau alkohol, atau pakaian lusuh. Di belakangnya, berdiri seorang lelaki berserban putih-Ustadz Haidar, pengisi pengajian yang dulu sering datang saat tahlilan ayahnya.

Namun yang paling mengejutkan adalah sosok Tama yang berdiri di sisi teras, memandangnya penuh kesungguhan.

"Ada apa ini, Om? Kenapa semua orang berkumpul di sini?" tanya Kemala, suaranya pelan namun bergetar.

Sukardi menarik napas panjang. "Amang udah tahu semuanya, Neng. Udah lama curiga sama si Erina. Dia bersikukuh menginginkan hak asuh kamu ternyata karena ada niat busuk di baliknya. Dia mau menguasai harta peninggalan orang tuamu," ujarnya. "Tama sudah menceritakan semuanya tadi."

Kemala menatapnya tak percaya. Ia sudah tahu hal itu, tapi haruskah Om-nya itu menceritakan semuanya pada keluarganya yang lain?"

"Dulu Amang mungkin urakan, tukang mabuk, tukang judi. Tapi Amang gak sebodoh itu, Neng. Tama udah ceritain semuanya. Tama bahkan mengatakan jika diam-diam kalian menjalin hubungan. Memang pada dasarnya tidak bisa dibenarkan, tapi niat Tama yang ingin melindungimu dengan cara yang halal, itu menjadi pertimbangan Mamang untuk datang kemari dan menjadi wali kamu," tuturnya dengan nada ramah.

Kemala makin Kebingungan. Ia tak mengerti, mengapa Tama bertindak secepat ini, datang ke puncak dan mengatakan hubungan mereka pada adik kandung dari ayahnya.

Tama maju selangkah, nadanya tegas namun lembut. "Om tahu kamu pasti marah. Atau kecewa. Tapi ini demi keselamatan kamu. Kamu dijebak, Kemala. Erina punya rencana jahat untuk bisa merusak hidupmu, masa

Depanmu. Tapi Om gak akan biarkan itu terjadi."

Kemala mengerjap. Pikirannya masih dipenuhi dengan kebingungan.

Lalu Tama menatapnya lurus. "Dan karena itu, Om putuskan untuk menikahimu secara siri malam ini. Kardi setuju untuk menjadi wali, Om akan melindungimu dari tantemu sendiri. Dan setelah ini, kita bisa mengusirnya. Erina akan Om ceraikan segera!"

DEGH.

Kemala dan tiga temannya refleks menutup mulut mereka. Kaget, tentu saja. Tama ingin menikahi Kemala. Dan dia terlihat bersungguh-sungguh.

"A-a-apa?" gumam Kemala nyaris tak terdengar.

Tama melangkah mendekat. "Kita butuh pengikat yang sah. Mungkin tidak di mata hukum negara, tapi di mata agama. Supaya kamu bisa terlindungi. Karena dengan status itu, tak ada yang bisa mengusik hubungan kita. Dan Om janji akan segera meresmikan pernikahan kita di KUA setelah proses perceraian Om dan Erina selesai."

Kemala nampak syok, ia mundur setapak, menahan napas. "Om... Om sadar apa yang Om ucapkan barusan? I-ini serius?"

"Lebih serius dari apapun dalam hidupku."

Kemala menatap Tama dalam-dalam. "Om yakin? Ini bukan karena kasihan? Bukan karena ingin membalas

Tante Erina? Aku takut Om cuman..."

Tama menggeleng, mata tajamnya tak berkedip. "Om gak pernah main-main dalam hidup. Dan untuk pertama kalinya, Om tahu apa yang Om inginkan. Kamu."

Ustadz Haidar melangkah maju. "Saya di sini hanya menjalankan amanah. Jika pihak wanita dan wali setuju, ijab kabul bisa dilangsungkan malam ini juga."

Sore itu di rumah peninggalan ayahnya, di bawah langit Puncak yang dingin dan sunyi, Kemala masih berdiri dengan penuh kebimbangan.

Haruskah setuju untuk dinikahi oleh Om-nya? Atau menolaknya?

***

1
Towa_sama
Wah, cerita ini seru banget, bikin ketagihan!
✨HUEVITOSDEITACHI✨🍳
Ngakak banget!
im_soHaPpy
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!