Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kang jaewon
Jarum jam menunjuk tepat pukul tiga sore ketika Hyunwoo melirik arlojinya. Tanpa menunggu lama, ia mendekati Soojin yang masih berdiri termangu di ruang tamu apartemen kecil itu.
“Ayo, waktu kita tidak banyak. Kau harus segera bersiap,” ucapnya lembut sambil mengelus puncak kepala Soojin.
Eunhee yang melihat adegan itu hanya bisa melongo. Matanya melebar, lalu ia spontan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
“Hah? Baru kenal tadi malam, tapi… kok perlakuannya kayak udah kenal lama? Woii, lah ngelag nih otak gue,” batinnya kesal campur bingung.
Soojin masih saja diam, seakan menimbang-nimbang sesuatu. Tatapannya kosong, bibirnya terkunci.
“Han Soojin,” suara Hyunwoo kali ini terdengar lebih tegas, penuh penekanan. Ada sedikit nada tidak sabar.
Soojin mendongak pelan, menatap pria di hadapannya. “Hyunwoo…” ucapnya lirih.
Sekilas urat tegang di leher Hyunwoo melonggar. Wajah yang tadi agak keras kini kembali teduh. “Iya?” balasnya lembut.
“Aku mau Eunhee ikut bersama kita,” suara Soojin hampir bergetar. “Dia sahabat baikku… satu-satunya keluarga yang aku punya di dunia ini. Aku mau dia hadir di acara pernikahan itu.”
Ketakutan jelas tergambar di wajah Soojin, seolah takut permintaan kecil itu ditolak.
Namun Hyunwoo hanya tersenyum tipis. Ia mengelus pipi Soojin dengan hati-hati, seolah pipi itu bisa pecah kalau disentuh terlalu keras. “Tentu saja. Aku paham. Karena itu, Eunhee juga akan ikut bersama kita… hanya saja dengan mobil berbeda.”
“Loh? Kenapa harus berbeda mobil?” tanya Soojin bingung.
Belum sempat Hyunwoo menjawab, Eunhee sudah menghampiri mereka sambil tersenyum sinis. “Bodoh, gitu aja nggak bisa mikir,” ucapnya singkat. Ia langsung berjalan mendahului sambil melambaikan tangan.
“Soojin, jangan lupa pintunya ditutup ya!” teriak Eunhee sambil terus melangkah. Ia tahu betul sifat sahabatnya itu yang sering kelupaan hal-hal sepele.
Di dalam hatinya, Eunhee mendengus. “Hmm… pria ini kelihatannya lebih oke daripada Minjae ya. Walaupun lebih tua, tapi umur 27 masih oke lah buat Soojin. Badannya bagus juga. Hyunwoo masih gua pantau, awas aja kalau lebih buruk dari Minjae. Gue tenggelamin lu ke laut!”
Tatapannya lalu melirik Soojin. “Dan Soojin, lu masih punya banyak hutang penjelasan sama gue.”
Eunhee tersenyum tipis, kemudian masuk ke mobil yang sudah disiapkan untuknya.
---
Dari kaca jendela, ia bisa melihat bagaimana Hyunwoo memperlakukan Soojin. Ia membukakan pintu mobil untuknya, menunggu sampai Soojin duduk dengan nyaman, lalu menutup pintu dengan penuh kehati-hatian. Setelah itu, Hyunwoo memutari mobil dan masuk dari sisi satunya.
“Jalan,” ujar Hyunwoo pada sopir, dan mobil mereka pun melaju lebih dulu, diikuti mobil yang ditumpangi Eunhee.
Eunhee menyandarkan kepalanya di kursi, tersenyum kecil. “Boleh juga pria ini… semoga nikah kilat ini benar-benar keputusan yang tepat,” gumamnya lirih.
Tiba-tiba
“Ekhm…”
Eunhee menoleh kaget. Kursi di sebelahnya kini terisi seorang pria muda yang wajahnya tidak kalah tampan dengan Hyunwoo.
“Loh? Siapa dia?” Eunhee menggaruk kepala lagi, makin bingung. “Perasaan tadi kosong deh. Cuma ada gue sama supir. Kapan naiknya orang ini?” gumamnya, cukup keras hingga terdengar oleh pria itu.
Pria itu tersenyum ramah lalu mengulurkan tangan. “ kang Jaewon. Aku sepupu Hyunwoo,” ucapnya lembut.
Eunhee membelalakkan mata. “Eh… Cha Eunhee,” jawabnya cepat sambil menjabat tangan pria itu.
“Ya ampun, kenapa otak gue nge-bug terus sih. Malu banget di depan cowok ganteng lagi,” rutuknya dalam hati.
Jaewon hanya tersenyum. Senyuman hangat itu membuat jantung Eunhee sedikit berdebar. Ia pun membalas dengan senyum tipis, tapi cukup untuk membuat Jaewon menatapnya lebih lama dari seharusnya.
---
Tak lama, mobil mulai melambat. Dari jendela, Eunhee bisa melihat gedung megah tempat acara pernikahan Soojin dan Hyunwoo akan digelar.
Soojin dan Hyunwoo sudah turun lebih dulu. Eunhee yang panik takut tertinggal segera meraih gagang pintu, tapi tiba-tiba sebuah tangan menahan pergelangannya.
“Sebentar,” ucap Jaewon. Tatapannya dalam, penuh harap. “Boleh kita bicara lagi setelah acara ini?”
Eunhee terdiam sesaat, lalu cepat-cepat mengangguk. “Boleh, tentu saja boleh,” jawabnya mantap.
Senyum Jaewon mengembang lega. Namun sebelum ia sempat bicara lebih jauh, Eunhee sudah menyentak tangannya.
“Boleh gue pergi sekarang?” tanya Eunhee dengan nada ketus, berusaha menutupi debaran di dadanya.
“Ah… maaf, tentu saja boleh,” Jaewon buru-buru melepaskannya.
Eunhee langsung keluar, menghampiri Soojin.
---
PROK PROK
Tepukan tangan terdengar, dan beberapa wanita berpakaian rapi datang menghampiri. Dengan sigap mereka membawa Soojin dan Eunhee menuju ruangan make-up untuk bersiap. Hyunwoo hanya mengibaskan tangan, memberi aba-aba agar semuanya berjalan sesuai rencana.
---
Bersambung.........