Namanya Diandra Ayu Lestari, seorang perempuan yang begitu mencintai dan mempercayai suaminya sepenuh hati. Baginya, cinta adalah pondasi rumah tangga, dan persahabatan adalah keluarga kedua. Ia memiliki seorang sahabat yang sudah seperti saudara sendiri, tempat berbagi rahasia, tawa, dan air mata. Namun, sebaik apa pun ia menjaga, kenyataannya tetap sama, orang lain bukanlah darah daging.
Hidupnya runtuh ketika ia dikhianati oleh dua orang yang paling ia percayai, suaminya, dan sahabat yang selama ini ia anggap saudara.
Di tengah keterpurukannya ia bertemu ayah tunggal yang mampu membuatnya bangkit perlahan-lahan.
Apakah Diandra siap membuka lembaran baru, atau masa lalunya akan terus menghantui langkahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami sahabatku
"Mas tidak suka kamu dekat-dekat orang tua siswa, apalagi laki-laki," ujar Ramon setelah Diandra duduk manis di dalam mobilnya.
"Aku pun sama Mas, jangan pernah menduakan cintaku ya?" Diandra menatap suaminya dengan kepercayaan penuh.
"Tidak akan sayang, hanya kamu satu-satunya di hati mas." Ramon mengelus tangan Diandra, sedangkan sebelah tangannya mulai memutar setir kemudi perlahan-lahan untuk meninggalkan kawasan taman kanak-kanak.
Sebenarnya ada banyak pekerjaan di kantor tetapi Ramon lebih berhati-hati lagi bertindak usai pertengkaran mereka kemarin. Dia lupa bahwa Diandra bukan wanita bodoh, istrinya hanya terlalu cinta sehingga sering kali tuli dengan kabar buruk tentangnya di luar sana.
Ramon tidak mau rugi di mana harus kehilangan Diandra tanpa mendapatkan apapun.
"Mas, sebelum pulang mampir ke rumah Via ya. Dia tidak masuk kerja hari ini kan?"
"Hm."
"Tapi rumahnya bukan yang dulu, sekarang Via tinggal di apartemen."
Ramon langsung menoleh, terkejut Diandra tahu bahwa Olivia sudah pindah.
"Kenapa natap aku kayak gitu, Mas? Jangan bilang mas tidak tahu kalau Via pindah," tebak Diandra.
"Memangnya mas harus tahu segalanya?"
"Tidak juga, tapi Via akan sekretaris mas."
"Hanya sekretaris bukan istri."
"Ya juga sih." Diandra mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sebelum benar-benar sampai di rumah baru Olivia, Diandra membeli beberapa kebutuhan rumah yang mungkin berguna untuk sahabatnya.
"Akhirnya datang juga, ayo masuk."
Diandra tersenyum, membalas pelukan sahabatnya yang menyambut di ambang pintu apartemen. Keduanya cipika-cipiki dan melupakan Ramon yang berada di belakang.
"Terjebak macet Vi, makanya lama. Oh iya tidak apa-apa kan aku bawa mas Ramon?"
"Tidak apa-apa, tapi tidak ada status kan?"
"Status?" Kening Diandra mengerut.
"Ya status, takutnya di rumah sendiri aku dijadikan sekretaris lagi."
Sontak Diandra tertawa. "Ya nggak lah Vi, kita di sini sebagai sahabat."
Diandra duduk di sofa, begitu pun dengan Ramon yang sampai saat ini belum mengeluarkan suara, takut membuat kesalahan. Sebenarnya ada banyak tanda tanya besar di kepalanya kenapa Olivia mengundang Diandra ke sini.
"Vi, itu di postingan kamu beneran ya? Kamu udah nikah?" tanya Diandra ketika teringat dengan postingan Olivia tadi pagi.
"Hm, sebenarnya aku sudah menikah bulan lalu, tapi belum dipublis saja. Ini apartemen suamiku yang beli."
"Kok menikah nggak ngundang aku?"
"Stay privat Sayang. Suamiku juga lagi di luar kota."
"Astaga Vi, benar-benar ya kamu. Sering banget main rahasia-rahasian. Tapi selamat sekarang kamu sudah tidak jomblo lagi."
Diandra berpindah posisi di seberang Olivia. Memeluk sahabatnya karena sangat bahagia akhirnya Olivia punya pendamping hidup yang akan menjaganya hingga tua nanti.
"Spil dong suami kamu, siapa tahu ketemu di jalan."
"Jangan deh nanti kamu jatuh cinta lagi."
Keduanya terus saja melempar canda tawa tanpa peduli pada keberadaan Ramon yang tengah berkeringat dan gelisah. Takut kalau saja Olivia melakukan kesalahan yang akan mengancam kondisi mereka berdua.
Sesekali Ramon menelan salivanya dan tersenyum canggung ketika Diandra menatapnya.
"Jadi pas aku nemu pengaman di kamar kamu, itu ...."
"Aku sengaja membelinya untuk jaga-jaga, tapi kata suamiku pakai gituan nggak nyaman."
"Ekhem." Ramon berdehem keras.
"Eh sampai lupa ada suami kamu, jadi malu bahas gituan," ujar Olivia.
"Mas ke toilet dulu," ujar Ramon beranjak dari duduknya, namun langkahnya berhenti mendengar ucapan Diandra.
"Memangnya mas tahu di mana toiletnya? Ini kan pertama kali kita berkunjung."
.
.
.
Bab ini isinya dikit banget soalnya author udah ngantuk soalnya lembur di tempat kerja hehehe (Author nulis bab ini malam hehehehe)
Mana nih semangat untuk ibu bucin
lanjut tz kak...
diandra smga proses cerainya brjlan lncar,, ayo donk gerald move on dngan msalalu,, agar kamu bisa memnangkan proses klaien kamu...
ni manusia oon apa terlalu pintar ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣