NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bibi Menggosip

Beberapa hari ini Lyana jarang sekali berada di lantai bawah. Kesibukan melayani suami dokter perfect itu membuatnya lelah. Kalau tidak lapar atau ingin membuat minuman sendiri mungkin Lyana tidak turun seperti sekarang. Lyana mengambil gelas cangkir hendak menyeduh kopi yang sudah dia buka ujung shacetnya.Sepertinya kopi dan pisang goreng enak pikirnya.

"Mbak Lyana lagi marathon drama apa nih? Perasaan akhir-akhir ini jarang turun." Ujar Bi Marni yang sedang membuat cemilan kentang goreng asli untuk Reno. Bukan yang frozen ya, nanti Ayahnya ngomel.

"Belum mulai ndakor lagi sekarang Bi." jawab Lyana singkat.

Lyana bahkan tidak punya tenaga untuk berbicara. Setelah selesai meuang air panas ke dalam gelas kopi, Lyana duduk di meja makan. Mengaduk-aduk kopinya sambil mengamati pemandangan yang terhalang kaca jendela itu. Sebuah kolam renang yang berukuran kurang lebih tiga kali tujuh meter itu terlihat. Airnya jernih, tak jauh dari samping kanan kolam itu ada gazebo tempat biasa Reno main kartu bergambar dengan Lyana. Memori itu masih jelas tergambar dalam ingatanya. Apa lagi saat hati nya sedang tidak baik-baik saja karena perlakuaan Anggara dia pasti kesana. Tapi sekarang Lyana justru teringat dengan Reno. Sejak reno sakit dia hanya menemaninya bermain dua kali. Selebihnya main di dalam kamar sama Ayahnya.

Mengingatnya membuat Lyana jadi merinding. Kan jadi ingat kalau sekarang dirinya sudah tidak suci lagi. Bagaimana bisa Kami melakukan itu tanpa cinta.

Kak Gara juga kenapa malah melakukan itu padaku padahal mencintaiku aja enggak. Iya si aku ini istri sahnya. Tapi- Lyana jadi galau sendiri.

Hah. Lyana membuang nafasnya kasar. Bi Nina sudah membawa kentang goreng ke atas meja makan, tepat di depan Lyana.

"Cobain mbak." suguh Bi Nani yang ikut duduk di samping Lyana.

"Eh iya, makasih Bi." Lyana langsung mengambil satu stik kentang itu.

"Auw panas." Stik kentang itu terjatuh.

"Baru juga di goreng Mbak, lagi mikirin apa si sampai melamun gitu."

"Reno mana Bi? Lyana sengaja mengindari pertanyaan Bi Nina ."

"Reno kan sekolah Mbak, tapi sebentar lagi pulang . Mas Anggara lagi menjemputnya."

"Tumben Mas Anggara cuti lama ya mba padahal lagi nggak dinas keluar kota di suruh Bapaknya." Bi Marni ikutan ngomong.

Lyana kikuk dia bingung harus jawab apa. Kopi di gelas itu mulai di sesapnya perlahan.

"Tante ! " Suara yang Lyana rindukan terdengar mendekat. Reno pulang tepat waktu, pemutus terbaik obrolan Bi Marni.

Reno menghambur ke Arah Lyana dan di usapnya punggung kecil itu.

"Tante aku kangen."

"Kata Ayah lagi enggak enak badan kok turun? Istirahat aja Tant di kamar." Perhatian Reno membuat mata Bi Nina dan Bi Mirna mendelik. Perasaan dari kemaren Mbak Lyana baik-baik saja gitu gumam mereka.

Anggara menyusul dari belakang sambil membawa tas gendong Reno.

Ah lucunya otot tangan sebesar itu membawa tas ransel kecil berkarakter Ipin Upin. Hah Lyana lagi-lagi otakmu kenapa malah mikirin itu.

"Kamu minum kopi lagi? perasaan tadi pagi kan aku dah bikinin kamu kopi." Anggara datang-datang langsung ngomel.

Bi Marni melirik Bi Nina yang sedang membantu Reno melepas kaos kaki. Bi Nina bergeming, karena tahu tadi pagi memang Anggara bikin kopi tapi tumben bukan kopi hitam. Terlebih Anggara memang jarang bikin kopi sendiri.

"Emmm..pengen yang pakai Es." Lyana menjawab asal.

"Bohong. Naik ke atas! "Suara Anggara sedikit meninggi kepada Lyana yang terlihat cemberut.

Bibi, inilah alasanku yang jarang turun ke bawah. Tuan mu ini yang nyebelin. Andai saja Lyana bisa mengatakan itu sekarang.

"Ayah, Reno kan udah bilang jangan marah-marah terus sama tante Lyly. "Sekarang Reno malah memeluk Lyana.

"Hmm baiklah kalau begitu, kamu temenin Reno dulu main sebentar ya. Habis itu langsung ke atas. Makan siang di atas sama aku." Anggara menyesap kopi Lyana sampai menyisakan sepertiga isinya.

"Kan enggak dingin."

Kopiku. Aaaaa. menyebalkan.

Di dalam kamar Reno, Lyana lebih memilih membacakan buku dongeng ke Reno. Tulang-tulang di punggung Lyana seolah minta di service ingin di urut. Pegel.

"Tante, main lego yuk. Nanti Reno bikin Robotnya, Tante bikin senjata sama rumahnya yang besar ya. " Lyana mencegah Reno untuk turun dari tempat tidur.

"Ren, tante ngantuk boleh nggak tante tidur sebentar di sini. " Lyana memeluk bantal guling milik Reno.

"Tante masih enggak enak badan ya?" Reno menempelkan punggung tanganya ke kening Lyana.

"Udah baikan, cuma tante masih lemes aja." Lyana mengusap rambut Reno.

"Reno bikin lego sendiri bisa kan sayang. " Hawa dingin mulai mengincar telapak kaki Lyana.

"Bisa tant, ya sudah Tante istirahat ya. Reno dengan sigap menyelimuti Lyana dengan selimut power rangers nya.

"Terimakasih sayang."

Semantara di dalam kamar Anggara mulai tak sabar menunggu Lyana. Lama sekali gumamnya. Perutnya mulai laper, makanan sudah di anter Bi Mira ke atas tapi Lyana tidak juga menunjukan batang hidungnya.

Kesal. Anggara marah. Di bohongi soal kopi saja dia ga suka apa lagi suruh nunggu selama ini.

Dengan cepat Anggara menuruni tangga kemudian berjalan cepat ke kamar Reno.

"Ly, kamu lupa apa kalau tadi - .

Reno berdesis sambil menaruh jari telunjuknya ke bibir.

"Ayah jangan berisik, nanti tante Lyly bangun. Kasian dia lagi sakit yah."

Anggara duduk di tempat tidur Reno, tepat sebelah Lyana tertidur. Punggung tanganya di letakan diatas kening Lyana perlahan agar tidak membangunkan tidurnya. Demam, keningnya lebih hangat dari biasanya.

"Tadi telapaknya juga dingin Yah pas Reno mau nyelimutin tante Lyly enggak sengaja ke sentuh. "Ucap Reno mendekat.

"Baik sekali ini anak Ayah. Anak pintar. " Anggara mengusap pipi Reno.

Samar-samar terdengar suara yang kian mendekat.

"Ya kan aneh menurutku Mir, perasaan sekertaris Pak Atmojo tidak datang kesini. Tiba-tiba Mas Anggara cuti tiga hari."

"Menurutku juga ada yang aneh, apalagi Mbak Lyana jarang banget turun sekarang."

"Mbak Ly enggak lagi di hukum yang aneh-aneh kan sama Mas Anggara. Kasian waktu itu di suruh nyetrika baju nya selemari cuma gara-gara lupa enggak nyetrika jas dokternya."

"Aku juga khawatirnya gitu soalnya kelihatan capek banget dia. Padahal di ruang kerjanya sepi enggak ada aktifitas packing atau pengiriman barang."

"Mas Anggara baik si tapi kenapa ya dia keras banget sama Mba Lyana. Padahal itu istrinya loh, Mbak Ly juga baik banget. Beda sama Ibunya Reno."

"Hush, Mba Nina ini ngomong apa si. Jangan banding-bandingin orang gitu. " Bi Marni menimpali dengan suara yang lebih pelan.

"Iya bukanya gitu tapi, Ah sudahlah kita doain aja yang terbaik untuk hubungan mereka. " Bi Nina mengakhiri obrolanya dengan Bi Marni menyuci kotak bekal Reno yang tadi di bawa ke sekolah.

Sementara Anggara dari dalam mendengar semuanya.

Ternyata Bibi-bibi menggosip juga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!