Seorang dokter jenius dari satuan angkatan darat meninggal karena tanpa sengaja menginjak ranjau yang di pasang untuk musuh.
Tapi bukanya ke akhirat ia justru ke dunia lain dan menemukan takdirnya yang luar biasa.
ingin tau kelanjutannya ayo ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Permaisuri Agung
Sementara itu, Permaisuri Agung menatap Xiaoran dalam-dalam. Setelah beberapa detik sunyi, beliau berbicara, suaranya tegas namun mengandung kekaguman.
“Li Xiaoran, keberanianmu hari ini menyelamatkan kehormatan saudaramu, termasuk reputasi istana. Kamu tak hanya memiliki mata tajam, tapi juga hati yang lurus.” ujar permaisuri tulus
Xiaoran membungkuk sopan. “Hamba hanya melakukan apa yang seharusnya, Yang Mulia.”
"Aku tak butuh pujian. Aku hanya ingin membela orang yang pantas dibela. Tapi kalau itu membuat mereka berhenti mempermainkan jie jie-ku, aku akan terus berdiri di depan."
Permaisuri menatapnya dengan senyum yang samar.
"Gadis ini... dia bicara dalam hati dengan cara yang berbeda. Tapi kenapa aku merasa tersentuh?"
Ketulusan Xiaoran terasa dalam tiap gerak-geriknya. Ada sesuatu yang membuat wanita kuat itu merasa seperti menatap masa mudanya sendiri.
“Mulai hari ini,” ucap Permaisuri pelan, namun semua bisa mendengarnya, “namamu akan tercatat dalam daftar pribadi calon menantu kerajaan. Aku sendiri akan mengawasi perjalananmu.”
Seruan kagum pelan terdengar dari para tamu. Beberapa gadis tampak shock, bahkan selir senior tampak saling pandang dengan penuh arti. Nama Li Xiaoran, yang sebelumnya nyaris terlupakan karena pernah "hilang" saat bayi, kini kembali berkibar di pusat istana.
Xiaoran menunduk lagi. Tapi di balik wajahnya yang tenang, hatinya bergetar.
"Kerajaan? Menantu kerajaan? Aku bahkan belum tahu bagaimana cara hidup di dunia ini dengan damai… Tapi kalau ini jalanku untuk membuat para penjahat membayar… aku akan berjalan."
"Terima kasih yang mulia , hamba merasa terhormat dengan berkah itu tapi yang mulia hamba minta waktu bukan untuk saat ini karena hamba masih ada sesuatu yang sangat penting. Jika memang saya berjodoh untuk menjadi menantu permaisuri, maka jalan itu akan terbuka walau banyak rintangan." ujar Li Xiaoran tegas
Permaisuri menatap lekat Li Xiaoran, bukan kemaran atau pun tersinggung tapi kagum karena keberanian dan kejujuran dari Li Xiaoran, "Aku mengizinkannya.... Kapanpun kau siap datanglah padaku" ujar permaisuri lembut
Semua orang semakin tercengang dengan keputusan permaisuri yang terkenal tegas dan tidak suka di bantah tali kali ini di hadapan semua orang Li Xiaoran menjadi pengecualian, semua gadis menatap iri Li Xiaoran sedangkan Li Xiaoran bersikap cuek saja.
"Terima kasih yang mulia permaisuri" jawab Li Xiaoran
Malam hari – Kamar Pangeran Kedua
Pangeran Kedua berdiri di depan jendela, mengamati langit malam. Angin malam membelai jubah sutranya, namun pikirannya sibuk.
Ia membuka laci kecil dan mengeluarkan sebuah jimat kristal kecil yang pernah diberikan oleh seorang biksu tua ketika ia masih muda. “Jika kau bertemu seseorang dengan cahaya hati yang benar, kau akan mendengar suaranya,” begitu kata sang biksu dulu.
"Dan sekarang aku yakin... gadis itu memiliki cahaya itu." ujar pangeran kedua dalam hati
Di Kediaman Keluarga Li – Kamar Li Xiaoran
Li Xiaoran duduk di depan cermin tembaga, menyisir rambutnya pelan. Di belakangnya, Xiumei masuk dengan langkah ringan. Wajahnya sudah membaik, rona pipinya kembali berseri.
“Mei Mei terima kasih,” ucap Xiumei, tulus. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kau tidak ada.”
Xiaoran tersenyum dan menggeleng.
“Jie jie, kau adalah keluarga kandung yang tidak menyakitiku. Aku tak akan membiarkan mereka menyentuhmu.” ujar Li Xiaoran
"Aku sudah kehilangan terlalu banyak di hidupku sebelumnya. Aku tidak akan kehilangan lagi hanya karena permainan busuk para bangsawan rakus." suara hati Li Xiaoran
Xiumei menatap adiknya lama. Meski masih kaget saat mendengar suara hati sang adik tapi Ia tahu, adik yang dulu dibuang dan dikhianati kini tumbuh menjadi seseorang yang tidak akan bisa diabaikan lagi.
Keesokan harinya – Balai Sidang Istana
Menteri Li, datang dengan wajah murka. Ia memohon agar Permaisuri tidak menghukum putrinya terlalu berat. Namun Permaisuri hanya menjawab dingin:
“Seorang ayah yang tak mampu mendidik anaknya layaknya pemimpin yang gagal menjaga pasukannya, kau terlihat pilih kasih. Apa kau lupa siapa yang di celakai oleh putri angkat mu itu, putri sah mu dialah yang jadi korban.” ujar permaisuri marah
Tak ada belas kasihan. Yuan’er dikirim ke biara untuk “merenung”, dan semua pelayan yang terlibat diselidiki.
Namun, ini baru permulaan. Dan Li Xiaoran tahu… ini baru langkah pertama dari jalan panjang yang harus ia tempuh.
...----------------...
Langit mendung bergulung, menciptakan bayang-bayang gelap di seantero kediaman keluarga Li. Di ruang belakang perpustakaan tua yang hampir tak pernah dikunjungi, Li Xiaoran berdiri menghadap rak tua, menggeser panel kayu rahasia yang sudah lama ia curigai. Setiap malam ia diam-diam memeriksa bagian-bagian tersembunyi dari rumah itu.
Malam ini, akhirnya ia menemukannya, gulungan dokumen tua yang terbungkus kain sutra merah kehitaman. Stempel lilin keluarga Li tampak jelas di sudutnya. Namun bukan itu yang membuat mata Xiaoran membelalak.
"Ini… akta kelahiran."
Tangannya gemetar saat membaca:
Li Xiaoran, putri sah Li Zhan Yuan dan Li Furen... Lahir di musim gugur tahun Naga.
Catatan tambahan: diserahkan kepada orang gunung oleh perintah langsung Mentri Li, karena “cacat nasib” menurut peramal istana.
Li Xiaoran tersenyum memandang gulungan itu yang jadi bukti
"Dia... membuang ku. Bukan karena aku cacat, tapi karena aku bukan anak dari wanita yang dia cintai. Dia hanya mencintai perempuan jalang itu... Dan Yuan’er... bukan anak angkat. Dia anak kandungnya dengan selingkuhannya. Wah ini tercatat jelas, aku suka ini" ujar Li Xiaoran
Wajahnya berubah dingin. Tangannya menekuk surat itu perlahan, kemudian meletakkannya ke dalam cincin rahasia miliknya.
"Bukanya akan seru kalau dunia tahu siapa Li Yuan’er sebenarnya... Dan jika dunia tahu siapa yang sebenarnya dibuang..."
---
Keesokan Harinya – Aula Utama Keluarga Li
Li Zhan Yuan duduk di aula keluarga dengan wajah keras. Di hadapannya, Li Furen menyajikan teh pagi dengan senyum tipis, namun matanya memperhatikan setiap gerakan sang suami. Li Zhen duduk di samping ibu mereka, diam tapi penuh tensi.
Xiaoran masuk dengan anggun, mengenakan pakaian sederhana tapi rapi. Ia membungkuk sopan.
“Ibu aku mendengar Yang Mulia Permaisuri mengundang Ayah ke istana hari ini lagi?” tanyanya ringan.
Li Zhan Yuan mendengus pelan. “Permaisuri mulai ikut campur terlalu dalam… hanya karena kau sedikit menonjol di acara minum teh itu.”
Xiaoran menunduk, lalu tersenyum samar.
“Bukankah sudah sepantasnya keluarga kita bangga?” ucapnya kalem.
"Tapi lihatlah siapa yang merasa terancam. Dia tahu Permaisuri mulai memperhatikanku. Itu berarti waktuku tak lama lagi. Sebelum dia bergerak duluan, aku harus menjatuhkannya lebih dulu." ujar Li Xiaoran dalam hati
Mendengar suara hatinya Li Xiumei,Li Zhen dan Nyonya Li Furen serta Lan’er yang berdiri tak jauh di belakang dan menunduk dalam-dalam, menahan senyum bangga.
---
Malam Hari
Li Xiaoran duduk bersama Xiumei dan Lan’er di taman, cahaya lentera menggantung di pohon plum. Di atas meja kecil, Xiaoran membentangkan sketsa pohon silsilah keluarga yang ia buat sendiri. Dengan arang, ia menggambar garis rahasia yang menghubungkan nama Li Yuan’er ke wanita asing bernama Wu Yanni, mantan pelayan istana yang menghilang secara misterius bertahun-tahun lalu.
“Wu Yanni,” gumam Xiaoran. “Mantan pelayan istana... wanita yang disembunyikan ayah. Aku yakin... dia ibu kandung Yuan’er.”
Xiumei terdiam lama.
“Xiaoran… kalau ini semua benar, maka artinya ayah melanggar hukum istana. Mengangkat anak haram sebagai putri keluarga, menyembunyikan kelahirannya... Ini bisa jadi alasan pencopotan jabatan.”
Xiaoran mengangguk. “Dan aku akan memastikan dunia tahu.”
---
Istana Dalam – Kediaman Permaisuri
Permaisuri Agung sedang duduk menikmati teh malam ketika dayang kepercayaannya masuk diam-diam, membisikkan sesuatu. Mata Permaisuri menyipit sedikit.
“Li Xiaoran mengirimkan sesuatu?”
Sang dayang membuka gulungan kecil, salinan dokumen tua, salinan silsilah rahasia, dan surat pengakuan dari seorang pelayan lama yang pernah merawat bayi Xiaoran di biara.
Permaisuri tersenyum kecil. “Gadis itu bukan hanya tajam, tapi juga sabar. Dia tahu waktu yang tepat untuk menusuk.”
Ia menoleh pada dayangnya, “Mulai sekarang, awasi semua pergerakan Menteri Li. Aku ingin tahu siapa saja yang dia temui. Dan pastikan surat-surat ini sampai ke tangan Kaisar.”
Langkah balas dendam telah dimulai.
Li Xiaoran tidak hanya ingin menyingkirkan Yuan’er, tapi juga mengguncang seluruh dasar kekuasaan ayah kandungnya yang munafik.
Dan istana... akan segera tahu siapa yang selama ini diam namun tak bisa dikalahkan.
Bersambung
semangat Xiaoran dan yang lain...
semangat kak author dan sehat selalu