"Tidak heran ini disebut Jurang Neraka, aku sudah jatuh selama beberapa waktu tapi masih belum menyentuh dasar..." Evindro bergumam pelan, dia tidak mengingat sudah berapa lama dia terjatuh tetapi semua kilas balik yang dia lakukan memakan waktu cukup lama.
Evindro berpikir lebih baik dia menghembuskan nafas terakhir sebelum menghantam dasar jurang agar tidak perlu merasa sakit yang lainnya, tetapi andaikan itu terjadi mungkin dia tetap tidak merasakan apa-apa karena sekarang pun dia sudah tidak merasakan sakit yang sebelumnya dia rasakan dari luka yang disebabkan Seruni.
Evindro akhirnya merelakan semuanya, tidak lagi peduli dengan apapun yang akan terjadi padanya.
Yang pertama kali Evindro temukan saat kembali bisa melihat adalah jalan setapak yang mengeluarkan cahaya putih terang, dia menoleh ke kanan dan kiri serta belakang namun hanya menemukan kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendrowidodo_Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Gunung Tanpa Batas
"Senior, bisa kau ceritakan tentang tempat ini lebih jauh?" Evindro memandangi Nacha yang sekarang tersenyum lebar ke arahnya.
"Tentu, tidak masalah... Kita punya banyak waktu." Nacha berjalan ke satu batu yang cukup besar lalu duduk di atasnya, "Mungkin kau sudah menyadari bahwa tempat kita berada sekarang berbeda dengan duniamu, Gunung Tanpa Batas dikatakan adalah Pilar Alam Semesta, tidak ada yang pernah melihat puncaknya namun diyakini di atasnya terdapat banyak dunia yang berbeda."
Evindro mendengarkan penjelasan Nacha dengan penuh perhatian, semakin lama semakin sulit bagi Evindro untuk mempercayainya.
Jika penjelasan Nacha diringkas, Gunung Tanpa Batas merupakan penopang dari berbagai dunia yang ada di atasnya, setiap beberapa tahun sekali akan ada makhluk yang jatuh ke tempat ini dan wujudnya tidak selalu manusia namun memiliki satu kesamaan, tidak ada yang bertahan hidup ketika jatuh dari Gunung Tanpa Batas.
Tempat Evindro berdiri saat ini ternyata adalah sebuah pulau yang berukuran luar biasa luasnya yang dikenal sebagai Pulau Takdir sementara hutan yang berada di atas pulau ini bernama Hutan Kematian.
Hutan Kematian menjadi rumah bagi hewan buas serta berbagai macam siluman yang tidak terhitung jumlahnya dan Nacha adalah satu-satunya manusia yang hidup di Pulau Takdir.
Selain itu mereka tidak bisa meninggalkan tempat ini karena Pulau Takdir dikelilingi oleh Samudra Semesta, lautan yang tidak berujung sekaligus menjadi tempat tinggal para makhluk laut yang buas.
Nacha mengetahui semua ini karena menemukan catatan tentang semua itu dalam perjalanannya mengelilingi pulau ketika tahun-tahun awal dia berada di tempat ini.
"Evindro tidak pernah mendengar namaku, jadi mungkin kita berasal dari dunia yang berbeda." Nacha menutup penjelasannya.
"Senior, anda bilang bahwa tidak ada pendekar yang berhasil hidup setelah jatuh dari Gunung Tanpa Batas, tapi bagaimana dengan Senior?"
"Aku tidak jatuh dari atas, aku dikirim ke tempat ini menggunakan formasi sihir yang mungkin tidak kau fahami."
Nacha mencoba menjelaskan formasi sihir yang dimaksud tetapi Evindro sama sekali tidak mengerti maksudnya.
Tubuh Evindro menjadi lemas. 'Aku memang berhasil bertahan hidup tetapi aku terkurung di tempat ini... Apa bedanya dengan mati?'
Nacha menyadari perubahan ekspresi Evindro, "Evindro, mengapa kau murung? Apa ada hal yang membuatmu tidak senang?"
"Senior, aku hanya... Perasaanku campur aduk karena tidak bisa kembali ke dunia asalku..." Evindro tersenyum pahit.
"Ah, sebenarnya kau bisa kembali." Nacha menjawab santai.
Nafas Evindro tertahan, dia bergerak mendekati Nacha, "Senior, anda tidak sedang bercanda bukan?"
Nacha tersenyum lebar lalu mengajak Evindro mendekati kaki Gunung Tanpa Batas. Di sana ternyata terdapat sebuah bangunan yang menyerupai kuil berukuran kecil.
Nacha membuka pintu kuil tersebut dan masuk ke dalam, Evindro mengikutinya.
Di dalam bangunan tersebut ada satu ruangan besar yang lantainya terdapat ukiran simbol-simbol. Evindro merasa asing dengan ukiran tersebut namun dia merasakan simbol-simbol itu memiliki arti khusus.
"Ini adalah sebuah Formasi Sihir, jika kita aktifkan formasi ini maka ada kemungkinan kau bisa kembali ke dunia asalmu."
"Benarkah Senior? Lalu kenapa Senior tidak kembali ke dunia asal Senior menggunakan formasi ini?"
Nacha tertawa lepas saat mendengar pertanyaan Evindro. "Evindro, kau sungguh tidak mengetahui apapun tentang diriku ya."
Evindro menggaruk kepalanya, Nacha sudah mengatakan sendiri ada kemungkinan mereka berdua berasal dari dunia yang berbeda dan Evindro sungguh tidak pernah mendengar nama Nacha sebelumnya.
"Aku mempelajari Formasi Sihir ini selama beberapa puluh tahun untuk memahami cara menggunakannya, selain membutuhkan beberapa barang untuk mengaktifkannya, setidaknya harus ada dua orang yang bekerja sama untuk menggunakannya."
Nacha menjelaskan pada Evindro bahwa orang yang ingin kembali ke dunia asalnya harus berdiri di tengah-tengah formasi tersebut, selain itu harus ada satu orang lain yang mengaktifkan formasi itu dari bagian luar.
Menyadari Nacha akan kembali menyendiri jika dia kembali ke negeri manusia, Evindro mulai merasa bersalah.
"Evindro, jika kau berfikir aku mau kembali, lupakan saja itu. Seperti yang kubilang, kau sungguh tidak mengetahui tentangku. Kalau kau pernah mendengar kisahku maka pastinya kau mengetahui bahwa tidak ada tempat untukku pulang." Nacha tersenyum lebar sambil menepuk pundak Evindro.
Untuk pertama kalinya, Evindro melihat senyuman yang mengandung kesedihan begitu mendalam di wajah Nacha.
Nacha meraih pergelangan tangan Evindro, "Evindro, apakah ini seluruh tenaga dalam yang kau miliki?"
Saat ini Evindro memiliki sekitar tiga puluh lingkaran tenaga dalam, "Ini kurang lebih separuh dari jumlah seluruh tenaga dalamku."
Nacha tersenyum kecut lalu menggelengkan kepala pelan.
"Apa ada masalah Senior?"
"Evindro, untuk mengaktifkan Formasi Sihir ini dari luar setidaknya membutuhkan empat kali lipat jumlah tenaga dalammu."
Dengan kata lain, Evindro membutuhkan 240 lingkaran tenaga dalam untuk mengaktifkan formasi dari luar. Nacha ternyata belum selesai.
"Aku memiliki tenaga dalam yang cukup untuk mengaktifkan formasi ini, masalahnya dirimu yang berada di dalam formasi harus memiliki tenaga dalam yang jauh lebih besar lagi kalau ingin kembali ke dunia asalmu." Nacha menjelaskan ketika formasi ini diaktifkan, Evindro akan bergerak dengan kecepatan luar biasa tinggi untuk berpindah tempat. Evindro akan membutuhkan tenaga dalam yang dahsyat untuk melindungi tubuhnya dari tekanan kecepatan tersebut.
Menurut penjelasan Nacha, Evindro harus memiliki tenaga dalam jauh di atas 240 lingkaran.
"Senior, berapa yang aku butuhkan?"
"Setidaknya seratus kali lipat dari sekarang. Itupun ada kemungkinan kau masih terluka parah setelah berhasil kembali ke duniamu."
"Seratus kali lipat?!"
Lutut Evindro menjadi lemas, enam ribu lingkaran tenaga dalam, Evindro belum pernah mendengar ada pendekar di Dunia Persilatan pemerintahan Bengkulu memiliki tenaga dalam sebesar itu. Pada umumnya seorang Pendekar Suci sekalipun hanya memiliki sekitar seribu lingkaran tenaga dalam dan beberapa yang menggunakan ilmu yang menitik beratkan pada tenaga dalam seperti Winston memiliki sekitar dua ribu lingkaran.
Tenaga dalam memang memperkuat seorang pendekar tetapi ada batasnya. Jika mereka menggunakan tenaga dalam lebih dari kemampuan tubuh mereka bisa menahannya maka hasilnya justru buruk. Lagipula pada tahap Pendekar Suci, tenaga dalam tidak menjadi jaminan untuk memenangkan pertarungan.
Kemampuan mengendalikan senjata dan ilmu silat serta berbagai seni seperti seni racun, senjata rahasia dan lainnya lebih menentukan kemenangan dalam pertarungan dibandingkan tenaga dalam.
'Mengumpulkan enam ribu lingkaran tenaga dalam? Menggunakan Kitab Kaisar Naga pun membutuhkan waktu sekitar seratus tahun kalau aku memiliki Tulang Kaisar Naga, cara lain adalah memakan seratus Pil Bulan Emas, tetapi dimana aku mendapatkan pil itu disini dalam jumlah sebanyak itu?' Evindro menjambak rambutnya, ini seperti menemukan jawaban tetapi tidak menemukan jalan keluar.