NovelToon NovelToon
BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:918
Nilai: 5
Nama Author: Lina Hwang

Xandrian Elvaro, pria berusia 30 tahun, dikenal sebagai pewaris dingin dan kejam dari keluarga Elvaro Group. Sepeninggal ayahnya, ia dihadapkan pada permintaan terakhir yang mengejutkan: menikahi adik tirinya sendiri, Nadiara Elvano, demi menyelamatkan reputasi keluarga dari skandal berdarah.

Nadiara, 20 tahun, gadis rapuh yang terpaksa kembali dari London karena surat wasiat itu. Ia menyimpan luka masa lalu bukan hanya karena ditinggal ibunya, tetapi karena Xandrian sendiri pernah menolaknya mentah-mentah saat ia masih remaja.

Pernikahan mereka dingin, dipenuhi benteng emosi yang rapuh. Tapi kebersamaan memaksa mereka membuka luka demi luka, hingga ketertarikan tak terbendung meledak dalam hubungan yang salah namun mengikat. Ketika cinta mulai tumbuh dari keterpaksaan, rahasia kelam masa lalu mulai terkuak termasuk kenyataan bahwa Nadiara bukan hanya adik tiri biasa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Surat Yang Terkoyak

Satu malam setelah kehadiran Leo, Nadiara tak bisa tidur. Bayangan lelaki itu dan tatapan Xandrian yang tak biasa terus membayangi pikirannya. Tapi bukan hanya karena Leo atau Xandrian. Ada sesuatu yang mengganggu hatinya sejak lama. Sesuatu yang tak pernah tuntas. Dan malam itu, ia merasa dorongan kuat untuk mencari jawaban.

Tanpa suara, ia bangkit dari tempat tidur. Kakinya melangkah pelan melewati lorong yang senyap, lalu naik ke lantai dua menuju perpustakaan keluarga ruangan yang nyaris tak pernah dimasuki siapa pun lagi sejak kematian ibunya. Perpustakaan itu sunyi, hanya diterangi lampu meja kecil di sudut ruangan.

Matanya menyisir rak demi rak hingga berhenti di bagian paling atas. Di sana, ia ingat pernah melihat sebuah buku tua, dibalut kulit hitam kecoklatan, dan ada inisial kecil terukir di sudutnya: "M.E."—Mirana Elvano.

Tangannya menggapai dengan hati-hati, dan saat jemarinya menyentuh permukaan buku itu, ia merasa seperti menyentuh kembali jejak masa lalu. Jantungnya berdetak lebih cepat saat ia membuka halaman pertama. Tulisan tangan ibunya masih sama: rapi, lembut, dan menyimpan kehangatan yang selama ini dirindukannya.

Namun ketika ia membaca lebih jauh, di tengah buku ia menemukan halaman yang sobek. Bukan sobek biasa robekannya kasar, dan sisa kertas masih menempel di pinggir. Seseorang dengan sengaja mencabutnya.

Hatinya langsung dipenuhi kecurigaan. Siapa yang ingin menyembunyikan isi halaman itu?

Ia membalik ke halaman berikutnya. Di sana tertulis sesuatu yang membuat tubuhnya seketika membeku:

"Jika Xandrian tahu, semuanya akan hancur. Tapi ini demi melindungi Nadiara. Demi rahasia itu."

Tubuhnya terasa dingin. Tangannya gemetar memegang jurnal itu. Apa maksud ibunya? Rahasia apa? Kenapa nama Xandrian disebut? Dan kenapa harus melindungi dirinya?

Malam itu, ia duduk di perpustakaan sampai fajar. Matanya sembab karena tak hanya rasa lelah, tapi juga karena benaknya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang selama ini terkunci rapat. Jurnal itu membuka celah yang membuat pikirannya tak bisa tenang.

Pagi harinya, saat rumah masih tenang, Nadiara menyusup masuk ke ruang kerja ayah tirinya ruang yang kini digunakan Xandrian. Ia tahu risikonya besar. Tapi jika tidak sekarang, ia mungkin tak akan pernah punya kesempatan lagi.

Ia menyisir laci-laci tua yang belum sempat dibongkar sejak kematian Arvano Elvaro. Tangannya menyentuh sebuah map hitam tebal yang terkunci dengan kancing logam. Dengan hati-hati, ia membuka isinya.

Di dalamnya, ada beberapa surat tua dan dokumen rumah sakit. Salah satunya tertulis: “Dokter H. Wirawan – Rumah Sakit Elvano, 2004.”

Jantungnya kembali berdetak tak karuan. Nama dokter itu sama dengan nama belakang Leo. Tapi yang lebih membuatnya terguncang adalah isi surat itu:

"Hasil tes DNA tidak menunjukkan kecocokan antara anak bernama Nadiara Elvano dan Tuan Arvano Elvaro."

Surat itu nyaris jatuh dari tangannya. Pandangannya kabur oleh air mata yang menggenang, lalu tumpah tanpa bisa ia bendung.

Ia terduduk di kursi kerja dengan tubuh gemetar. Napasnya tak teratur. Segalanya terasa runtuh. Selama ini ia hidup dalam keyakinan bahwa Arvano adalah ayahnya meskipun dingin dan penuh perhitungan, tetap saja ia adalah sosok ayah yang telah membentuk hidupnya.

Dan kini, selembar surat merobek semua yang ia yakini selama ini.

Tiba-tiba, pintu terbuka keras. Suara langkah tergesa memasuki ruangan. Xandrian berdiri di ambang pintu, wajahnya kaku.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” suaranya rendah tapi penuh tekanan.

Nadiara tak menjawab. Tangannya masih menggenggam surat itu. Matanya menatap Xandrian dengan pandangan hancur.

"Jawab aku!" ulang Xandrian, kali ini lebih keras.

"Aku..." Nadiara bergetar, "Aku bukan anak ayahmu, ya? Itu maksud surat ini?"

Xandrian terdiam. Sorot matanya tak bisa menyembunyikan kebenaran. Ia perlahan mendekat, mencoba mengambil surat itu dari tangan Nadiara.

"Itu… bukan waktunya kamu tahu."

"Bukan waktunya?" suara Nadiara pecah. "Aku sudah menikah denganmu, Xandrian. Aku tinggal di rumah ini, memikul beban yang bahkan aku tak mengerti. Dan kau bilang bukan waktunya?"

Xandrian menarik napas dalam, lalu duduk di hadapannya. "Ada banyak hal yang lebih rumit dari yang kamu pikirkan."

"Seperti fakta bahwa aku mungkin… bukan adik tirimu?" desaknya.

Keduanya saling menatap. Waktu seolah berhenti. Tak ada suara, tak ada gerakan hanya napas dan detak jantung yang saling menyahut dalam keheningan.

"Aku tahu surat itu suatu hari akan ditemukan," ucap Xandrian akhirnya. "Tapi aku berharap bukan kamu yang menemukannya... atau setidaknya, tidak sekarang."

Nadiara berdiri. Ia menatap Xandrian seolah melihat pria asing. “Kamu tahu selama ini aku bertanya-tanya kenapa pernikahan ini terasa begitu aneh. Kenapa kita seolah punya batas yang tak bisa dilewati. Sekarang aku tahu alasannya. Karena semua ini dibangun di atas kebohongan.”

Xandrian berdiri pelan. “Nadiara, dengarkan aku…”

“Tidak! Selama ini aku merasa bersalah karena mencintaimu. Karena aku pikir kita saudara tiri! Tapi kenyataannya?” Ia mengangkat surat itu. “Aku bahkan bukan bagian dari keluarga kalian.”

Xandrian menatapnya, terluka. “Kamu selalu jadi bagian dari hidupku. Darah atau tidak, kamu tetap penting.”

“Tapi kamu berbohong, Xandrian. Kamu tahu rahasia ini. Kamu tahu sejak kapan?”

Xandrian menunduk. “Sejak setahun sebelum pernikahan kita.”

"Setahun?" Nadiara tertawa sinis, setengah menangis. "Jadi semua ini... pernikahan kita... kedekatan kita... kamu jalani sambil menyimpan rahasia sebesar ini?"

Xandrian tak bisa menjawab. Ia mencoba mendekat, tapi Nadiara mundur.

“Jangan sentuh aku.”

Kali ini, bukan karena benci. Tapi karena luka yang menganga terlalu dalam.

Dan pagi itu, bukan hanya rahasia yang terbuka. Tapi juga jarak yang telah dibangun perlahan mulai retak oleh kebenaran. Sebuah kebenaran yang bisa menyatukan atau justru menghancurkan segalanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!