NovelToon NovelToon
Wanita Milik Bos Mafia

Wanita Milik Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Mafia / Nikah Kontrak / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:688
Nilai: 5
Nama Author: Muhamad Julianto

Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

Hal pertama yang kulihat saat membuka mataku adalah langit-langit berwarna merah muda. Dihiasi dengan mawar-mawar merah. "Ini benar-benar indah," pikirku lagi.

Aku akui, aku cukup terlambat mengangumi nuansa kamar ini. Kamar ini telah kulihat kemarin. Hanya waktu itu pikiran ku masih bercabang kemana mana jadi ya... Begitulah.

Aku memeluk bantal yang terasa begitu empuk—seperti awan dan halus seperti bulu domba. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tubuhku terasa benar-benar beristirahat. Aku merasa telah tidur cukup lama. Aku menarik napas dalam dan menoleh ke sekeliling. Semuanya terlihat sangat mewah. “Ini bukan rumah ku,” pikirku, perlahan-lahan kesadaran ku kembali.

"Nona Rika?" terdengar suara lembut memanggil dari luar pintu. Saat aku tak menjawab, suara ketukan pun terdengar lagi.

"Nona Rika? Nona sudah bangun?"

Aku mencoba mengenali suara itu, tapi kepalaku terasa lambat berpikir. Baru saat aku melihat kursi dengan gaun putih terlipat rapi di atasnya, semua kenangan itu menghantam: pernikahan, penculikan, kakekku, Rayga. Seketika aku bangkit dan berlari ke kamar mandi.

Aku menyemprotkan pasta gigi ke sikat gigi baru yang ada di wastafel yang lebar nya dua kali lipat, lalu mulai menggosok gigi dengan cepat.

"Permisi Nona, apakah nona dikamar mandi?" suara itu datang lagi. Itu suara Bibi Ranti yang sudah berada didalam kamar ku. mungkin aku terlalu lama didalam kamar mandi sehingga tidak ada sahutan dariku yang didengar dari luar kamar.

"Ahh iya sebentar Bibi Ranti. Aku akan segera keluar," sahutku dengan mulut penuh busa pasta gigi. Aku masuk ke shower dan mandi secepat yang pernah kulakukan—terakhir kali secepat ini saat SMA, ketika aku terlambat ujian.

"Baik, sarapan sudah siap di meja makan nona. Semua sedang menunggu, dan hari ini Tuan Muda Rayga akan ikut makan bersama. Saya pamit dulu Nona" Setelah itu dia pergi dari depan pintu.

Sepertinya Bibi Ranti tanpa sengaja baru saja menyalakan api di dalam hatiku, lalu pergi seolah tak menyadari apa yang ia sebabkan. Mendengar nama Rayga disebut saja membuatku langsung berkeringat. Kenapa aku bereaksi begini? tanyaku pada hatiku yang gelisah. Tapi seperti biasa, hatiku tak punya jawaban.

Setelah tahu bahwa Rayga akan ada di meja makan, aku menenangkan diri dan memilih pakaian yang lebih layak. Aku tahu dia bukan orang yang baik, tapi tetap saja aku tak mau terlihat sembarangan di depannya. Aku mengenakan gaun floral sabrina yang panjangnya menyentuh lantai, lalu keluar kamar.

Saat tiba di ruang makan, aku melihat Pak Ryandra sedang duduk sendiri sambil makan. Ia tersenyum padaku dan menanyakan apakah aku tidur nyenyak. Aku menjawab bahwa aku cukup tidur. Ia menarik kursi untukku dan aku duduk di sebelahnya.

Baru saja aku menyuap pancake pertamaku, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Aku menoleh dan mendapati Rayga mendekati meja.

Wajahnya tampak tak senang melihatku—atau ayahnya. Ia duduk dan menyapa singkat. Aku mencuri pandang padanya dan melihat ia sedang mengerutkan dahi. Apakah itu ekspresi default-nya ?—selalu cemberut, datar dan berwajah seolah dia tidak memiliki emosi.

Aku melanjutkan makan, tapi nafsu makanku mulai hilang sedikit demi sedikit. Sesekali aku mencuri pandang padanya saat ia mengambil makanan. Harus kuakui bahwa dari dekat, Rayga memang sangat rupawan dan tampan. Ia mengusap matanya, dan aku bisa melihat bulu matanya—panjang. Bahkan lebih panjang dari milikku. Saat aku masih terpaku, tiba-tiba matanya berbalik menatapku. Aku langsung membuang muka.

"Baiklah Rayga, Ayah harus pergi ke kantor sekarang, kalian berdua lanjutkan saja makannya. Dan Rika, kamu tidak apa apa kan disini?" tanya Ryandra sebelum meninggalkan rumah.

Aku cepat-cepat mengangguk, tapi balasanku malah membuat Rayga mendengus pelan. Tentu saja dia tidak menyukaiku—dan itu bukan masalah besar bagiku. Yang perlu kulakukan hanyalah menghindari dia selama tiga puluh hari, dan di hari ke tiga puluh satu, aku akan bebas.

Tapi ketenanganku langsung hancur saat kudengar Rayga bergumam pelan, “Ckk dasar perempuan matre.”

Aku nyaris tak percaya, tapi aku berpura-pura tidak mendengarnya.

Ia menatapku, dan jantungku mulai berdetak lebih cepat. "Kupikir ayahku pasti membayar mu dengan sangat mahal kan?. Jadi, berapa dia bayar kamu? Aku akan menggantikan lebih untuk mu" tanyanya dingin.

"Jangan pernah berpikiran negatif tentang ku, Tuan!! Aku bukan perempuan matre yang ada dipikiran anda, Tuan" sergahku. Aku berusaha terdengar tegas, tapi sepertinya itu malah membuatnya semakin menekan.

"Hahh masih menyangkal. Berapa banyak? Hah? 50 juta? 100 juta?"

"Tuan Rayga yang terhormat, hentikan perkataan anda!" seruku dengan nada jengkel.

Tiba-tiba ia menarik ku dari kursi dan mendorongku ke dinding. Ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya di sisi kepala. Wajahnya mendekat, ruangku terasa semakin sempit.

"Dengar baik-baik, perkataan ku!!. Aku telah memiliki pasangan hidup ku yang telah ku pilih dan kau tidak cocok untuk tinggal bersama ku atau bahkan meminang mu di sini, Tapi ini karena perjodohan yang dilakukan ayahku. Aku akan berpura-pura mengiyakan tapi kau harus menuruti semua aturan yang telah ku buat.

Jadi ada aturan yang harus kamu patuhi kalau kamu ingin keluar dari sini dengan utuh. Pertama, kamu tidak boleh memanggil namaku. Kalau perlu bicara, panggil aku 'Tuan' se-bagaimana kau memanggilku saat ini. Kedua, kamu tidak boleh memulai percakapan denganku. Ketiga, jangan pernah masuk kamarku atau menyentuh barang-barangku. Keempat, jangan pernah menyentuh aku. Melanggar aturan itu… akan ada akibatnya."

"Akibatnya?" suaraku serak.

"Tubuhmu akan menjadi taruhannya. Aku berhak atas bagian dari dirimu dan aku bisa melakukan apa pun yang kuinginkan dengan itu. Dan bahkan aku melakukan yang lebih gila dari apa yang kau pikirkan! Cam kan itu! ". Ucapnya sambil menatap tubuhku dari atas ke bawah.

Tentu saja dengan lirikan mata yang sangat membuat ku bergidik ngeri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!