Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.
Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.
Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.
Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?
Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗
subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Lingkaran Cinta
Bos geng itu meludah ke tanah. "Buat pemanasan, gue kirim dua dulu. Sikat dia!"
Dua bertubuh kekar langsung maju, tangan menggenggam rantai dan sajam. Tapi Ray tidak mundur. Dengan tangan kosong, dia berdiri menghadang mereka. Pandangannya tajam, tubuhnya sigap, tapi pikirannya penuh konflik.
Bag! Bug! Bag! Bug!
Serangan datang bertubi-tubi. Ray menghindar satu, menangkis dua, membalas satu pukulan keras ke rahang kanan lawan. Tubuh lawannya roboh menghantam aspal.
DUAAGG!!
Tendangan meluncur ke arah dada Ray. Ray mengangkat dua lengannya jadi tameng. Tubuhnya terpental ke belakang.
"RAAYYY!!" jerit Zara
"Akhirnya takut juga kan kamu, Zara." Ray kembali berdiri. Memasang kuda-kuda lagi.
Zara berlari menghampiri. "Bang Ray, kita lari aja. Kita cari tempat aman. Lariku juga bisa cepat."
"Kamu larilah. Biar aku tahan mereka dulu."
"Nggak mau. Aku nggak akan ninggalin abang!"
"Bisa nggak sih kamu nurut sekali aja?!" Suaranya meninggi, tapi bukan karena marah. Karena panik. Karena sayang.
Zara menunduk, tersedak emosi. "Tadi abang bilang abang nggak punya adek cewek... itu sakit, tau."
Ray mengatup bibirnya. Ia menatap adik yang selama ini keras kepala, cerewet, absurd tapi selalu ada untuknya. "Jangan bilang begitu. Itu cuma bohongan. Bohongan buat lindungin kamu."
"Tapi hatiku sakit, Bang Ray."
Air mata menetes di pipinya.
"Zara... lupakan sakit hati. Kamu harus selamat. Itu yang penting." Ray kembali maju.
Bug! Bag! Bug! Bag! Bug!
"Tapi—"
"LARI!! SEKARANG!!" teriaknya.
"Nggak. Aku nggak bisa lari."
Empat anggota itu segera mendekati Zara. Ray tidak akan membiarkan itu. Instingnya langsung menyala. Dengan salto, kedua tangannya menapak di aspal lalu satu putaran kaki, Ray meluncur.
Bag! Bag!
Dua orang langsung tersungkur. Dia berdiri, lalu melompatinya, meluncur lagi, dan menghantam satu lalu dua musuh dengan lututnya.
Gaya parkournya lincah. Dia menubruk satu lawan, berguling di punggungnya, lalu membantingnya ke aspal. Dua langkah berputar lagi.
Plak!
Brug!
Tendangannya mengenai kepala lawan berikutnya. Tiga jatuh sekaligus. Saat Ray hendak menyerang lagi,
DUAG!!
Sebuah besi menghantam punggungnya. "ARGG!!" Ray jatuh berlutut. Nafasnya tercekat. Dan saat itulah lingkaran itu menutup.
Gebuk! Bug! Buk! Dush!
Pukulan dan tendangan mendarat dari segala arah. Dia tak bisa bangun. Hanya bisa melindungi kepala dan wajahnya semampunya.
Zara hanya gemetaran di sisi jalan.
Sementara itu...
Di sebuah mobil hitam elegan di ujung jalan, Haru duduk di kursi belakang, menyandarkan dagu ke jendela.
Di sebelahnya, sebuah buku sketsa milik Zara diberi tempat yang spesial. Seolah buku itu punya kepribadian sendiri. Tangan Haru mengetuk-ngetuk sampulnya, seperti dihantui sesuatu.
"Gue harus segera balikin ini..."
Pikirannya melayang.
Pada dua sosok yang kini terus menghantui perasaannya. Ia menarik napas panjang, mencoba meredakan sesak di dada.
"Hhaaahh..."
Perasaan itu...
Akhirnya datang juga. Ia jatuh cinta.
Entah pada sosok Ray versi Zara yang menyamar, atau pada tatapan Zara versi asli dengan riasan uniknya yang justru terasa menyihir. Dan mungkin, juga pada goresan sketsa yang membungkus perasaan gadis itu dengan cara yang tak bisa dijelaskan.
Dua sosok. Dua wajah. Dua kesan yang berbeda. Tapi nyatanya, hanya satu orang. Haru, belum mengetahuinya.
Satu lingkaran cinta yang perlahan-lahan membelitnya tanpa ia sadari. Tanpa ia tahu… bahwa semua rasa itu mengarah pada satu hati yang sama. Dan mungkin, ini bakal menjadi sesuatu yang cukup, rumit.
Sopirnya bicara sambil memperlambat laju kendaraan. "Tuan, enam motor parkir sembarangan di depan. Sepertinya ada keributan."
Asisten lain menoleh dari kursi depan.
"Ada seseorang... dikeroyok."
Haru mengangkat kepalanya.
Dia kenal orang itu. Sangat mengenalnya.
Ray.
../Facepalm/