Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~07
Setelah sambungan telepon di tutup oleh sang CEO mereka semua pun kembali berunding.
"Apa CEO sudah gila, bagaimana bisa dia menurunkan standarnya dalam mencari seorang sekretaris?"
Catherine masih tak menyangka dengan keputusan bosnya tersebut, menolak beberapa wanita cantik demi seorang wanita biasa seperti Hanna.
"Setahuku CEO tidak pernah dengan detail mengutarakan spesifikasi sekretaris yang dia inginkan, bukankah sejak dahulu kita yang memilihkan untuknya?"
Jovan mengingatkan wanita itu, CEO sekaligus kakak sepupunya itu memang sulit dekat dengan seseorang terutama seorang wanita dan untuk itu ia dan rekan-rekannya selalu mencari yang sempurna agar tidak mengecewakannya.
"Iya aku tahu tapi tidak wanita itu juga, lihat saja tingginya hanya 156cm kulitnya tidak putih dan yang paling penting belum apa-apa dia sudah lancang memotong perkataan kita. Bagaimana jika sudah bekerja di sini pasti akan sangat berani dengan kita para seniornya?"
Sepertinya wanita bernama Catherine itu masih tak terima dengan sikap Hanna yang berani sekali beradu argumen dengannya perihal kriteria sekretaris CEOnya.
"Dia tidak lancang tapi hanya ingin tahu," tukas Jovan menanggapi.
Mendengar itu pun Catherine langsung tersenyum sinis menatapnya. "Apa kamu menyukainya? Ingat Jovan aku mengenal baik ibumu dan aku tahu dia pasti takkan menyukai wanita itu jadi lupakan saja rasa sukamu itu," ucapnya mencibir.
"Sudah-sudah hentikan, kalian selalu saja berbeda pendapat!"
Nyonya Camila seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan yang paling senior di sana langsung menengahi perdebatan mereka.
"Dasar perawan tuan," cibir Jovan dalam hati seraya menatap Catherine dengan kesal.
"Ku rasa tuan memilih wanita itu karena ingin menjaga perasaan nona Sofie, bukankah kita tahu sendiri beberapa hari lagi mereka akan bertunangan jadi mari kita hargai keputusan beliau." Nyonya Camila menatap mereka bergantian, sedikit masuk akal gumam mereka semuanya.
"Baiklah, aku akan memberitahu wanita itu semoga saja belum pergi dari sini."
Malas berdebat Jovan pun segera meninggalkan ruangannya untuk mengejar Hanna yang beberapa menit yang lalu telah pergi.
Sementara itu Hanna yang sudah pergi nampak menatap gedung pencakar langit tersebut untuk terakhir kalinya, kemudian wanita itu pun kembali melangkahkan kakinya. Ia harus membeli beberapa surat kabar pagi ini untuk mencari pekerjaan baru lagi namun jika tidak kunjung menemukan mungkin terpaksa harus pulang meskipun ada konsekuensi yang harus ia tanggung.
Tiba-tiba ponselnya berdering dan wanita itu pun langsung merogohnya di dalam tas, nampak sebuah nama yang tak pernah ia harapkan menghubunginya. Karena malas mengangkatnya ia pun kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas namun panggilan telepon tersebut tak kunjung berhenti.
"Iya Pa," sahutnya pada akhirnya setelah menjawab teleponnya.
"Aku butuh uang sekarang!"
Terdengar teriakan dari ujung telepon hingga membuat Hanna langsung menjauhkan gawai dari telinganya
"Apakah kamu dengar Hanna? Aku butuh uang 10 juta sekarang juga!" Ulang sang ayah ketika putrinya itu tak kunjung menanggapi.
"Aku tidak punya uang jika segitu Pa,"
Hanna nampak kesal menghadapi ayahnya itu, setiap kali menghubunginya hanya untuk meminta uang dan uang bahkan bertanya bagaimana keadaannya saja tidak pernah.
"Kenapa kamu pelit sekali hah, ingat jika tidak ada aku yang merawat dan membesarkanmu mungkin kamu sudah mati di cabik-cabik anjing liar di luar sana. Jangan menjadi anak durhaka kamu Hanna! "
Hanna hanya bisa menghela napas beratnya, jika boleh di ulang ia juga tak ingin meminta untuk di lahirkan ke dunia ini apalagi memiliki ayah sepertinya.
"Hanna, apa kamu dengar!"
"Iya pa, tapi aku tidak punya uang segitu. Karena aku baru saja di pecat,"
Hanna terpaksa berkata jujur tentang keadaannya berharap sang ayah sedikit mengerti dan tak lagi meminta apapun yang tak bisa ia berikan.
"Apa? Di pecat?"
Suara geraman tak percaya langsung terdengar dari ujung telepon.
"Bagaimana bisa kamu di pecat?"
"Aku kirim 5 juta untuk papa dan doakan semoga aku cepat mendapatkan kerja nanti ku kirim lebih banyak lagi, baiklah sampai jumpa pa aku ingin mencari pekerjaan lagi."
Hanna pun mengakhiri panggilan telepon mereka, lalu segera mengirim uang kepada ayahnya tersebut. Tabungannya semakin menipis dan ia harus segera mencari pekerjaan lain jika tidak mungkin bulan depan ia sudah tak bisa makan lagi.
Saat wanita itu hendak meninggalkan area kantor tersebut tiba-tiba seseorang memanggil namanya.
"Nona Hanna!"
"Nona Hanna Emerald!"
Hanna pun langsung berbalik badan dan di lihatnya seorang pria tampan yang tadi menjadi bagian orang yang ikut mewawancarainya melangkah mendekat ke arahnya.
"Nona Hanna!"
Jovan nampak ngos-ngosan mengejar wanita itu karena rupanya telah pergi jauh meninggalkan kantornya.
"I-iya tuan,"
Hanna menatapnya heran, apa ada barangnya yang ketinggalan?
"Aku senang kamu masih belum pergi jauh nona Hanna, aku hanya ingin memberitahumu jika kamu di terima menjadi sekretaris CEO kami." terang Jovan dengan mengulas senyumnya dan tentu saja itu membuat Hanna nampak tak percaya mendengarnya, bukankah tadi ia sudah di usir oleh mereka?
"Tapi bagaimana bisa, aku sama sekali tak memiliki pengalaman sebelumnya dan aku juga tidak tinggi dan secantik mereka?"
Hanna mengutarakan keraguannya, berharap ia tak salah dengar atau hanya di kerjai semata. Lagipula ini bukan april mop kan?
"Percayalah CEO kami tak pernah memandang fisik seseorang dan perihal kriteria yang rekan-rekanku sebutkan tadi itu sebenarnya hanya kemauan mereka saja karena jujur selama ini CEO selalu memasrahkan pemilihan sekretarisnya kepada kami, ya kita tahu sendiri beliau cukup sibuk dengan pekerjaannya jadi masalah remeh temeh seperti ini menjadi tugas kami."
Jovan menjelaskan dan Hanna pun mengangguk mengerti, jadi ia di terima bekerja? Rasanya masih tak percaya.
"Lagipula kamu cantik Hanna, kamu memiliki karakter tersendiri yang mungkin orang lain tak memiliki itu."
Jovan memberikan semangat kepada wanita di hadapannya tersebut dan Hanna pun tersenyum menatapnya, senyuman penuh syukur tentu saja.
"Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak tuan Jovan dan kalau boleh tahu kapan saya bisa mulai bekerja?" Ucapnya ingin tahu.
"Ayo masuk kita bahas di dalam saja!"
Jovan mengajak wanita itu kembali masuk ke dalam kantornya, mereka nampak berjalan beriringan sembari ngobrol kecil. Sesampainya di ruangan pria itu rupanya Hayes asisten CEOnya telah menunggu di sana.
"Selamat pagi tuan Jovan, saya membawa dokumen kontrak untuk sekretaris baru tuan CEO."
Hayes nampak meletakkan sebuah dokumen di atas meja kerja pria itu.
"Bukankah aku masih menyimpan surat kontrak karyawan jadi kenapa buat lagi?" Jovan menatap heran pria itu.
"Ada beberapa klausul yang di perbarui CEO jadi tolong bimbing nona ini untuk benar-benar memperhatikan setiap detail kontrak sebelum di tanda tangani," terang Hayes seraya menatap ke arah Hanna yang sejak tadi mempehatikan ucapannya.
Jovan mengangguk mengerti. "Baiklah, kamu bisa pergi sekarang!" tukasnya menatap pria itu.