Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HATI YANG BERGEMURUH
Aku terus melewati sekolah ku di kelas 11 dan kini aku pun berpindah kelas menuju kelas 12, hari-hari ku sibuk dengan belajar karena akan menghadapi berbagai ujian, namun aku masih lah amat menyukai Jiro meskipun Jiro belum juga melihat ku orang yang telah menyukai dirinya selama dua tahun.
Sekuat tenaga aku kerahkan untuk mempertahankan nilai ku agar tetap satu kelas dengan Jiro.
Kali ini aku pun kembali satu kelas dengan Hanna rasanya bahagia bisa kembali bersama.
Di pagi hari yang cerah aku pun bertemu dengan Jiro di halaman sekolah entah mengapa aku merasakan bahwa cinta yang ada dalam dada ku perlahan bergema ingin keluar.
Aku tak cukup punya banyak kata, tapi dapatkah aku menyentuh hatinya itu? Bisakah aku menjadi milik Jiro satu-satunya.
Dengan segera akupun menghampiri Jiro
"Hoiiii Jiro, selamat pagi" Sapa ku
"Hemmm" ucap Jiro
"Bagaimana hari mu, oh iya tak di sangka waktu cepat sekali berlalu" ucapku dengan riang
"Kau mau apa sih" Jawab Jiro dengan Ketus
"Ahahaha jangan ketus seperti itu dong kamu seperti baru pertama kenal aku saja" jawabku
Jiro pun melangkah dengan cepat dan meninggalkan ku, segera saja ku kejar dia karena dia memang begitu unik.
"Hai Jiro aku bisa mengejar mu kan" ucapku menggoda Jiro
Namun Jiro hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.
Meskipun selama ini Jiro selalu mengabaikan ku tapi hati ku masih bersemangat terbakar ambisi, aku berharap Jiro akan membalas perasaan ku.
Suatu hari aku pun memberanikan diri untuk menanyakan kepadanya mengenai perasaannya terhadapku
"Anu... Jiro" ucap ku dengan ragu
Seperti biasa Jiro memasang wajah datar tanpa ekspresinya
"selama 2 tahun ini aku terus menunggu, menunggu dari jawaban yang tidak pernah kamu ucapkan" ucapku menahan malu
"Tapi bisakah kamu melihatku"
"Selama ini aku pun ingin tahu perasaan mu terhadapku"
Jiro terdiam dan menundukkan pandangannya
"Aku membencimu"ucap Jiro pelan
Aku terkejut mendengar perkataannya
"Ehh.... " Aku memastikan tidak salah dengar
"Sudah cukup aku sudah muak terhadap mu" tutur Jiro menahan amarah
Hati ku semakin bergetar mendengar ucapan Jiro dengan nadanya yang memang sepertinya dia sangat serius. Jiro pun menatapku dengan tatapan yang sangat menakutkan seperti bukan Jiro yang seperti biasanya.
"Selama dua tahun ini aku terus menahan diri, aku sangat kesal melihat mu juga suara mu yang berisik keberadaan mu sangat mengganggu kehidupan ku, bisakah aku lebih tenang saat terakhir ku untuk sekolah disini tanpa gangguan mu" Nada Jiro yang semakin tinggi
"Kau merepotkan, manja, dan juga sangat sangat menyebalkan" amarah Jiro
Jiro pun beranjak dari kursinya
"Sudah cukup enyahlah dari kehidupan ku" Nada Jiro yang membentak ku membuat semua yang berada di kelas menatap kami.
Akupun merasakan dalam hati ku bergetar sangat kencang mendengar setiap kata-kata yang telah Jiro lontarkan, tak ku sangka ternyata dia membenciku selama ini bahkan aku benar-benar pengganggu dari diamnya seseorang, salahku telah membangunkan singa yang terlelap aku benar-benar seperti manusia yang tidak tahu malu.
Aku pun tak bisa menahan air mata ku, tanpa ku sadari air mata ku terus mengalir.
"Begitu ya, maafkan aku Jiro" Suara ku yang sambil berusaha menahan tangisan.
Akupun langsung berlari meninggalkan kelas dan saat di lorong tanpa sengaja aku menabrak Hanna yang sedang berjalan bersama Marcel.
Begitu Hanna menyadari diriku yang menangis ia mulai khawatir aku pun terus berlari meninggalkan Hanna
"Miaaaa ... Tunggu" Hanna memanggilku dan aku tetap berlari sekuat tenaga ku entah kemana kaki ini akan melangkah dan kemanakah akan berhenti.
Hingga akhirnya Hanna pun berhasil menyusul dan menemui ku.
"Mia, ada apa denganmu? Kenapa kamu berlari dan kenapa kamu menangis" Tanya Hanna dengan raut wajahnya yang sudah mencemaskan ku
Aku pun menghapus air mataku dan mulai menceritakan dengan apa yang sudah terjadi kepadaku dan terlihat Hanna yang mulai menampilkan mimik wajah amarahnya.
"Akan aku beri pelajaran dia" Nada Hanna yang semakin marah
"Hanna, ga perlu. Aku baik-baik saja" ucapku seraya sambil memberikan senyum palsu
Hanna pun menghiraukan ku dan pergi meninggalkan ku. Hanna kembali ke kelas dengan segera ia menghampiri Jiro yang masih terduduk membaca bukunya dengan tenang dan seperti tidak pernah terjadi apapun bagi dirinya.
Langsung saja Hanna mendaratkan tangannya ke wajah Jiro menamparnya dengan keras tentu saja membuat Jiro terkejut juga orang-orang yang menatap Hanna karena sifat Hanna yang lugu dan pemalu seperti tidak menyangka kepada Hanna yang telah berani menampar seseorang.
"Tamparan untuk orang yang sudah membuat temanku menangis, semoga kamu bahagia" Ucap Hanna dengan nada yang sangat marah
Semua pun menatap Hanna dan juga Jiro tidak sedikit dari mereka mulai berbisik-bisik satu dengan yang lainnya begitu juga dengan Marcel yang tidak menyangka melihat Hanna yang begitu marah.
Marcel dengan segera menenangkan Hanna
"Ada apa Hanna kenapa kamu menampar Jiro" Tanya Marcel
Namun Hanna menghiraukan Marcel dan pergi kembali menemui ku namun aku sudah tidak lagi di tempat itu, aku pergi meninggalkan kelas juga sekolah.
Kali ini aku membolos pelajaran dan terus melangkah entah kemana kaki ini akan membawa ku aku tidak punya tujuan.
Di bawah rintiknya hujan Hanna mencari ku dan juga membawakan tas ku ke rumah
"Anu... Maaf mama Mia aku mengantarkan tas Mia" Hanna memberikan tas kepada mama
"Loh Mianya dimana? " Tanya mama sambil memperhatikan sekitar
"Ah... Itu... Itu... Mia di rumah ku kami sedang mengerjakan tugas bersama dan dia menyuruh ku untuk mengantarkan tasnya ke rumah" Jawab Hanna berbohong
"Ah kenapa Hanna yang repot-repot kan Mia bisa sendiri" ucap Mama Mia
"Karena aku sekalian mau membeli cemilan di toko depan sana, kalau begitu Hanna permisi dulu" ucap Hanna
"Bilang kepada Mia lain kali bawa sendiri ya Hanna ga boleh menuruti anak manja itu ya" tutur mama Mia
"Baik mama Mia" jawab Hanna yang segera mencari ku
"Mana mungkin aku mengatakan pada mamanya bahwa Mia menghilang sejak jam pelajaran, aku tidak mau membuat mamanya khawatir dan aku akan berusaha mencarinya sendiri sampai ketemu" Hanna pun melanjutkan misi mencari ku
semangattt/Determined//Determined/