NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

“Cukup, Shanaya! Aku nggak ngerti kenapa kamu makin nggak masuk akal kayak gini!” bentak Reno. “Kamu mau aku belain? Gimana bisa, kalau semua yang ibu aku bilang itu ada benarnya?”

Shanaya tertawa kecil, sinis. “Aku nggak masuk akal? Maksud kamu, aku gila? Ya udah, terserah. Bebas kamu mau mikir apa.”

Dia capek. Udah terlalu lelah buat ribut hari ini. Di kantor pun masih harus ngurus serah terima tugas ke sekretaris lain. Dia cuma pengin pergi dengan kepala tenang. Walaupun hatinya kecewa sama Reno, tanggung jawab tetap harus dijalankan. Perusahaan Reno berdiri juga karena keringat mereka berdua.

Waktu Shanaya berbalik, Reno buru-buru menyusul meskipun saat ini Malika dan Astuti mencegahnya. Ia pun berhasil mengejar Shanaya hingga sampai beranda rumah. Lalu dengan lembut berkata, “Aku antar kamu ke kantor, oke. ”

“Enggak usah. Aku naik taxi online aja," tolak Shanaya wajahnya sudah menjelaskan kemarahan yang memenuhi ubun-ubunnya.

“Nggak bisa!” sahut Reno cepat.

“Ren, kamu kan mau ke bandara. Arah kantor beda. Gak usah maksa,” ujar Shanaya datar tanpa menoleh.

“Aku pengin selesain masalah ini, Nay," bujuk Reno.

Shanaya mendengus. Diam sebentar, lalu pelan-pelan menoleh. Napasnya berat. Bukan karena marah, tapi karena terlalu banyak kecewa yang numpuk.

“Masalah?” suaranya pelan tapi penuh tekanan. “Ini bukan sekadar masalah. Ini hasil dari semua yang kamu biarin selama ini.”

Reno diam.

“Aku capek, Ren. Capek banget. Gak punya energi buat diskusi nggak penting, apalagi di tengah orang-orang yang cuma tahu nyalahin aku.”

Reno mengepalkan tangan, mencoba nahan emosinya. “Aku nggak pernah niat nyakitin kamu, Shanaya. Sungguh, kamu jangan bersikap seperti ini."

“Dan justru karena kamu ‘nggak niat’, semuanya jadi makin nyakitin,” balas Shanaya. Matanya berkaca-kaca. “Kamu biarin ibumu hina aku. Kamu biarin perempuan lain duduk santai di meja makan rumah orang tuamu, kayak itu rumah dia. Dan kamu? Diam aja. Bahkan sekarang pun kamu masih nyalahin aku.”

Reno buru-buru menyahut, “Lihat sikap kamu. Aku yakin ini cuma karena kamu cemburu.”

Shanaya mendengus. “Oh, jadi kamu menganggap ini hanya soal cemburu? Gampang banget ya kamu.”

“Shanaya, aku udah bilang berkali-kali. Aku nggak ada apa-apa sama Malika. Dia ke rumah cuma karena—”

“Karena apa? Kangen masakan ibumu?” potong Shanaya.

“Iya. Emang itu alasannya. Jadi jangan mikir yang aneh-aneh,” ucap Reno, seolah lega karena mengira Shanaya bakal paham. Padahal dia cuma kehabisan alasan logis.

Sebenarnya, Reno nggak ada jadwal ke luar kota. Dia cuma pengin kabur. Ibunya nyuruh bawa Malika ke rumah, dan Reno lebih milih cari jalan aman daripada ribut sama Shanaya. Tapi ternyata Shanaya malah muncul di rumah.

“Shanaya, tolong berhenti salah paham. Kalau nggak, aku pakai kartu itu lagi. Masih banyak, kan?”

Shanaya tarik napas, lalu senyum miris. Mudah banget Reno ngomong soal “kesempatan”, seolah dia nggak sadar udah berapa kali bikin kesalahan yang sama.

“Iya, masih banyak. Mau pakai satu lagi?” tanyanya pedas. “Yakin?”

“Yakin. Aku nggak mau terus begini.”

Shanaya buka tas, ambil kartu kecil itu, lalu tunjukin ke Reno.

“Seperti biasa. Kamu yang mau patahin, atau aku?”

“Kamu aja, Sayang.”

Tanpa banyak omong, Shanaya patahin kartu itu di depan mata Reno. Dalam hati, dia sempat mikir, mungkin kartu ini memang sengaja dibuat gampang patah. Sama kayak kepercayaan, mudah dikasih, tapi gampang rusak kalau nggak dijaga.

Hening sejenak.

“Aku ke kantor sendiri. Kita masih partner kerja, jadi lupakan semua ini. Bersikaplah seperti biasa... Pak Reno.” Ucapannya datar, dan sebutan ‘Pak Reno’ terdengar asing, dingin dan jauh.

Reno menarik napas, berusaha tetap santai. “Karena kita udah baikan, gimana kalau bareng aja ke kantor?”

“Bukannya kamu mau ke Majalengka?”

“Enggak jadi. Barusan dikabarin, semua masalah udah kelar.”

Masalah kelar? Shanaya nyaris tertawa. Rasanya konyol. Ia ingin menyindir, ingin bertanya sebenarnya apa yang dimaksud Reno. Tapi ia urungkan. Ia tahu, kalau sampai ia ngomong, Reno pasti akan main "kartu" lagi buat minta maaf. Padahal kartunya tinggal empat. Dalam beberapa hari, bisa-bisa habis semua.

Shanaya akhirnya mengangguk. Toh, memperpanjang ribut pagi-pagi juga percuma. Ia setuju kekantor bareng. Dan membiarkan Reno mengambil mobil sementara dirinya menunggu di gerbang. Tapi saat mobil Reno berhenti di depannya dan tangannya menyentuh gagang pintu depan, kaca jendela perlahan turun.

Malika duduk di kursi depan, santai.

“Shanaya, aku nggak bisa duduk di belakang. Cepet mual. Jadi aku di depan aja ya. Kamu duduk di belakang, ya?”

Shanaya terdiam. “Reno?” tanyanya pelan, menunggu penjelasan.

“Malika emang nggak kuat duduk di belakang,” jawab Reno datar. “Lagian kita mau ke kantor. Urusan pribadi jangan dicampur.”

Senyum tipis muncul di wajah Shanaya. Pahit.

Baru beberapa menit lalu Reno bicara soal penyesalan, soal kesempatan. Tapi sekarang? Bahkan untuk membelanya saja, dia tak sanggup.

“Baiklah,” ucap Shanaya tenang. “Tapi aku nggak ikut ke kantor. Antar aku ke bengkel aja. Aku mau ambil mobil.”

“Shanaya! Kita kan udah—”

“Aku ke kantor sendiri, Ren.” Shanaya memotong tegas. “Kayak yang kamu bilang, lebih baik jaga urusan masing-masing.”

Reno mengepalkan tangan di kemudi. Kata-kata Shanaya kini mulai terasa seperti cermin. Membalik semua yang ia lontarkan sendiri. Ia mulai bertanya-tanya, apa dia sudah sejauh itu menyakiti Shanaya? Tapi tidak. Shanaya pasti masih cinta—itu yang selalu Reno percaya. Mungkin Shanaya cuma marah, cuma cemburu. Dan anehnya, pikiran itu malah membuat Reno tersenyum kecil. Karena di balik semua amarah itu, cinta Shanaya masih terasa.

Reno tidak membalas. Ia menginjak pedal, membiarkan mobil melaju dalam diam yang terasa kaku dan tegang.

Malika, yang merasa ini momen tepat, mulai cari perhatian.

“Ren, besok kan kita meeting sama klien PT Serum Glow di pantai, ya? Sekalian aja kita liat sunset bareng, gimana?”

Reno melirik sekilas, berusaha tersenyum tipis. “Boleh juga. Udah lama nggak lihat sunset.”

“Pasti romantis banget...” goda Malika, lalu menoleh ke belakang, senyumnya manis tapi tajam. “Shanaya, kamu mau ikut?”

Shanaya tetap menatap lurus ke depan. “Nggak. Aku ada hal penting.”

Reno ikut menoleh. “Hal penting apa?”

Shanaya menarik napas pendek. “Beresin rumah. Banyak barang yang harus dibuang... udah bosan dan nggak penting.”

Cekrek.

Kalimat itu meletup seperti pelatuk pistol. Reno langsung injak rem. Ban mobil berdecit. Malika hampir mental ke depan. Shanaya tetap diam, tenang, tak bergeming. Mobil jadi sunyi. Suasana menegang. Reno menggenggam kemudi, rahangnya mengeras.

1
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
css
next 💪
Miss haluu🌹
Apa jangan-jangan emg si Reno kampret mandul??🤔
Miss haluu🌹
Suruh aja calon mantu barumu itu, Bue😐
Miss haluu🌹
Reno, lu emg anj!!🔪
Hayurapuji: jangan erosi mak
total 1 replies
Miss haluu🌹
Baru nyadar, Shanaya??😏
Miss haluu🌹
Dih, kocak lu, Ren!😌
Hayurapuji
kalau ada yang kesal sama kelakuan reno, autor mau pinjemin sepatu ini buat nimpuk dia 🤣⛸️
Greenindya
ada yg lebih horor dibanding batu nisan ga🤣🤣🤣
Hayurapuji: hahahah ada kak, batu kuburan
total 1 replies
Miss haluu🌹
Shanaya habis ketemu kulkas lalu ketemu kampret😌
Hayurapuji: kyk gak da tenangnya hidup shanaya
total 1 replies
css
vote ku meluncur kak💪
Hayurapuji: terimakasih kakak, udah nyampai sini
total 1 replies
Miss haluu🌹
Ahaiii langsung gercep nih camer😆
itu jodohmu, Shanaya🤭
Miss haluu🌹
Ngasih kesempatan itu mmg ga salah, Shanaya, tapi.. itu harus ke orang yg tepat! Kalo Reno sama sekali bukan orang yg tepat😟
Miss haluu🌹
Kaget kan, lu, Ren? Dasar suami ga egois, ga guna!
Miss haluu🌹
Reno mau lu apa, sih?? Mau Shanaya atau Malika si kedele item😌
Hayurapuji: dirawat dengan sepenuh hati
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!