"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 [ Terjebak Dalam Rencana Sendiri ]
"Apakah sudah siap?" Lagi-lagi Anaya hanya mengangguk.
"Tapi sebelum melakukannya alangkah baiknya kamu minum ini dulu, aku sengaja kasih obat ku4t agar aku tau sebesar apa kemampuanmu, sampai-sampai kamu bilang kalau Nadia selama menjadi istrimu belumlah mampu memuaskan kamu."
"Jadi kamu menantang ku?"seru Reno.
"Tidak! Aku hanya ingin memastikan, lagian dalam gelas yang satunya juga tak lupa aku kasih obat juga, jadi kita sama-sama impas! Apakah kamu akan keberatan?"
"Baiklah."
Tanpa ada kecurigaan Reno meneguk air yang sudah dikasihkan obat, berganti gelas yang digenggam Anaya ikut Anaya teguk, tapi Reno bodoh karena percaya gelas yang digenggam Anaya juga terdapat obat, padahal aslinya tidak.
"Kamu yang menantang ku terlebih dulu, jadi sekiranya aku terlalu kuat dan tak sengaja menyakiti kamu janganlah salahkan aku, cantik."
Reno menggodanya dengan mencubit pipi Anaya, Anaya melingkari leher Reno, tak lupa tangan kekar Reno ikut melingkari tubuh Anaya.
Keduanya sangatlah dekat, perlahan pandangan keduanya mulai menyatu, lirikan Reno memandang bibir mungil Anaya, akan menyambar Anaya mulai menunjukkan gelagat aneh.
"Apakah kamu merasakan ruangan ini sangat panas? Apa mungkin ac-nya yang rusak?"
Anaya mengipas pakaiannya yang terasa sangat panas, Reno nampak tersenyum ia membisikkan sesuatu.
"Panas bukan karena Ac yang rusak, tapi karena pengaruh obat sudah mulai berjalan, sudahkah kamu siap?" bisiknya yang amat menantang.
Reno mendorong tubuh Anaya hingga tubuh itu tersungkur keatas ranjang, menindihnya, tatapan mesum dan c4bul mulai menyelimuti raut wajah Reno, akan menyambar bibir manis yang sejak tadi sudah terpampang dihadapannya, mata Reno mulai ada reaksi berkunang-kunang.
"Ini kenapa? Apakah obat yang kamu kasih terlalu kebanyakan makanya muncul burung-burung pada beterbangan?"
Pandangannya mulai lemah, selain lemah dan akhirnya kesadaran Reno langsung hilang, tubuhnya pun ambruk langsung diatas Anaya, sigap Anaya mendorong tubuh Lelaki itu hingga terjatuh dari atas ranjang.
"B4jingan! Sudah sedari dulu ingin sekali aku melenyapkan kamu! Tapi tanganku terlalu bersih untuk mengotorinya hanya karena Lelaki tidak tahu diri seperti anda!"
Ia lalu bertepuk tangan, seseorang dari balik pintu yang sejak tadi menunggu arahan akhirnya datang dan menghampiri Anaya.
"Lakukan sesuatu perintah yang saya tujukan tadi."
"Baik, Nona."
Anaya membalikkan badannya, dibelakangnya dua Lelaki suruhan Anaya melepaskan pakaian yang dikenakan Reno hingga nampak b*gil.
Melemparkan beberapa pakaiannya diatas lantai hingga nampak berantakan, tapi Anaya tak melarang, karena ini salah satu alasan ia memerintahkannya.
"Kami sudah menjalankan perintah yang Nona inginkan, ijinkan kami pergi."
"Silahkan, sekali lagi terima kasih."
Sesosok Lelaki yang tanpa sehelai kain itupun hanya terbaring diatas ranjang dengan kondisi tak sadarkan diri, tubuhnya yang tertutup selimut dan hanya sampai pada bagian dada.
"Pengaruh obat itu akan hilang kurang dari beberapa menit lagi, terlebih dulu aku harus mengabadikan dia dengan foto, setidaknya foto ini aku bisa gunakan sebagai senjata dan bukti permulaan untuk meyakinkan Nadia."
Cekrek
Tidak hanya satu jepretan foto, tapi tiga jepretan foto Reno, Anaya abadikan ketika Lelaki itu terbaring tak berdaya diatas ranjang.
"Cukup! Aku hanya butuh bukti foto ini, lagian foto lainnya menurutku lebih menantang dan tidak akan mungkin Reno bisa menyangkalnya, selanjutnya gimana caraku menampilkan tanda cupang di leherku seolah-olah kita telah berhubungan layaknya Suami-istri?"
Anaya memikirkannya, ia lalu mengingat ada cara lain dari media sosial yang bisa ia gunakan. Anaya mengambil botol, pada bagian mulut botol itu ia letakkan pada lehernya, ditekan erat dan dilepaskan.
Selesai Anaya bercermin nampak seperti ada bekas cupang dilehernya biarpun tak asli, tapi terlihat sangat nyata dan jelas.
"Tidak aku sangka ternyata kamu memiliki ide segila ini, nay? Kamu memang cerdik!"
Waktu terhitung mulai mepet, Anaya langsung mengambil ponsel Reno dan sidik jarinya ia arahkan pada jari Reno, alhasil idenya membuahkan hasil kode itupun terbuka.
Anaya lalu menyadap Nomor WhatsApp Reno dan juga menyadap beberapa akun media sosialnya seperti akun Facebook dan Instagramnya. Anaya lega data-data ini bisa ia pantau lewat ponsel cadangannya dengan kontak baru yang Anaya persiapkan sejak jauh-jauh hari.
"Ternyata Lelaki ini sungguh sangat licik! Pantas Nadia sangat percaya Suaminya ini sangat setia semua kontak selingkuhannya ia alihkan lewat akun Facebook dan messenger. Bahkan yang lebih parahnya antara Si Reno dan si Wanita j4lang sama-sama menggunakan akun samaran dan berpura-pura menjadi akun cowok, menyamarkan semua nama cowok, sangat-sangat tidak diduga mereka sampai seantusias ini?"
Anaya sampai geleng-geleng kepala tak percaya dengan semua ini, dirasa waktu mulai terbatas, ia melihat cermin dan apesnya tanda seperti cupang tadi cepat sekali hilangnya.
"Tidak! Jangan sekarang, ini kenapa tidak bisa bertahan lama sih?"
Tok
Tok
Tok
"Siapa lagi?" gerutu Anaya yang kesal, ia membuka pintu dan yang terjadi ...
"Kak Kennan?"
Anaya gugup, ia tidak menyangka bagaimana mungkin Kennan tiba-tiba datang diwaktu yang tak tepat seperti ini.
Anaya melirik ke belakangnya entah apa yang akan terjadi kalau Lelaki yang baru muncul ini akan melihat adanya Reno dalam keadaan bu*il diatas ranjang sana, ingin mengelak bahkan membela diri pun akan percuma.
"Ka ...kamu? Bagaimana kamu tau kalau aku ada disini?"
Anaya masih gugup, tapi Lelaki yang sedari tadi muncul itupun hanya diam tak membalas sepatah katapun, sebaliknya ...
Kennan tiba-tiba mendorongnya dan posisi Anaya kembali masuk kedalam kamar, kali ini yang membuat Anaya terheran Lelaki itu sendiri yang menguncinya dari dalam dan benar adanya Kennan menatap arah Lelaki yang masih terbaring diatas ranjang sana, entah apa pula yang dipikirkan olehnya saat ini.
"A ..aku ..."
Anaya gugup mau menjelaskannya. Bahkan ucapannya sampai gagap sangking tak bisa mengendalikan rasa gugupnya, tapi tindakan Kennan yang langsung menyambar leher Anaya dan menggigitnya dengan beringas seketika membuat Wanita itu merintih, geli dan mengeluarkan suara erangannya.
Anaya mendorong tubuh Kennan dari hadapannya dan yang yang terjadi adanya bekas cupang asli yang terpampang jelas diarea lehernya.
"Kamu gila! Bisa-bisanya kamu memberikan tanda bekas cupang seperti ini di leherku?"
"Kenapa? Bukankah ini yang kau mau? Ketimbang menggunakan cara bodoh dengan botol, bukankah akan lebih baik seperti ini terlihat lebih nyata? Masih menginginkan yang lebih?"
Anaya bingung, ia seperti terpojok, dia pula tak paham bagaimana mungkin Lelaki ini tau kalau sebelumnya Anaya gunakan dengan bantuan botol.
Anaya melirik jam tangannya, jarum jarum menunjukkan pukul **, dihitung dari sekarang kesadaran Reno sudah waktunya akan pulih, tapi sebelum menjalankan rencana selanjutnya ia harus terlebih dulu mengusir lelaki menyebalkan ini.
"Aku minta pergi!"usir Anaya secara halus.
"Jika aku tidak mau,
gimana?"tolak Kennan mentah-mentah.
"Apa maumu?"
"Bersedia lah melakukan apapun yang aku mau, jika tidak ingin, detik bahkan menit ini rencana yang kau rencanakan dengan susah payah akan terbongkar!"
"Kamu mengancamku?"
"Jika iya! Kenapa?"
"Aku tidak memiliki pilihan, jika aku tidak menyetujui tawarannya mungkin benar rencana yang sudah aku susun rapat-rapat akan sia-sia,"batin Anaya yang terus menerus memikirkannya.
"Masih lama memikirkannya?"
"Baik, aku menyetujui, tapi sekarang bukan waktunya untuk berdebat! Aku minta pergi!"
"Baik, tapi ...."
"Apalagi?"sungut Anaya.
Kennan berbalik arah, membuka almari entah apa maksudnya ia malah bersembunyi didalam sana.
"Ini apa maksudnya?" tanya Anaya, tapi Kennan tak menjawab, Anaya tak mau ambil pusing ia langsung menutupnya dari luar.
Melihat Reno, Anaya melepaskan pakaiannya tapi tak sampai bug*l, melemparkannya ke sembarang tempat Anaya berbaring disamping Reno tak lupa ia meneteskan obat sakit mata pada matanya.
"Tetap tenang ...kamu harus tenang Anaya ... kamu harus tenang ...."
BERSAMBUNG
lanjut 🙏