Mahdi mengunjungi Ishwar tua yang tengah sakit. Ishwar mengenali siapa orang itu. Tamu dari masa lalu.
Tapi ada perlu apa Mahdi kembali menemui Ishwar setelah puluhan tahun berlalu?
Perjalanan Mahdi berkeliling waktu demi mewujudkan kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bumi Hanguskan
Ada yang datang bertamu ke rumah di dekat kuburan malam-malam,
“Kulo nuwun”,
“Permisi”,
Ternyata itu adalah mbah Yuti. Mau apa mbah Yuti datang menemui Mahdi di waktu tengah malam.
“Ada perlu apa mbah?”, kata Mahdi.
“Aku dengar kamu datang ke desa ini untuk membeli kopi”,
“Benar mbah”,
“Aku datang ke desa ini untuk membeli biji kopi yang terbaik”, jawab Mahdi.
“Aku mau menawarkan kopi punyaku kepadamu”,
“Aku sudah membuatnya, tinggal kamu minum saja”,
“Jika kamu suka kamu bisa membelinya dariku”, kata mbah Yuti yang punya kebun kopi.
“Ini, minum lah”,
Mbah Yuti memberikan gelas berisi seduhan kopi yang masih panas. Kopi hitam racikan mbah Yuti sendiri.
“Aku akan meminumnya”, Mahdi tidak ragu menerima gelas itu.
Dan Mahdi pun pelan-pelan menikmatinya. Cukup tiga teguk,
“Kopi ini rasanya enak mbah”,
“Pahitnya pas, manisnya tidak berlebihan”,
“Aku suka”, kata Mahdi.
Mbah Yuti cengar-cengir setelah Mahdi meminum kopi yang dibuat olehnya. Mbah Yuti bahagia karena Mahdi telah meminum kopi yang telah ia campur dengan berbagai macam racun. Mbah Yuti punya tugas untuk membunuh Mahdi.
Sayangnya semua itu percuma. Racun-racun itu tidak mempan di tubuh Mahdi.
Mbah Yuti berlalu pergi tanpa pamit begitu mengetahui siasatnya sama sekali tidak membuahkan hasil.
“Mau kemana mbah?”,
Mahdi mencoba memanggil mbah Yuti yang pergi begitu saja ke arah gelapnya tanah pemakaman.
Balas dendam itu datangnya cepat sekali. Baru siang tadi Mahdi berhasil menggagalkan upaya jin setan peliharaan Pak Kaji Ud yang ingin memakan bayi Ishwar sebagai tumbal.
Demit-demit itu pasti sekarang menginginkan nyawa Mahdi.
Mahdi tidak ingin tinggal diam. Ia tidak mau hanya menunggu kedatangan serangan-serangan yang akan dialamatkan kepadanya.
Mahdi sudah punya bukti-bukti yang kuat bahwa memang Pak Kaji Ud lah dalang di balik semua kegilaan di desa ini. Mahdi akan menghentikan pesugihan yang selama ini telah dilakukan oleh Pak Kaji Ud.
Untuk keselamatan Mahdi sendiri dan juga demi orang-orang di desa.
Itu artinya Mahdi akan melawan Pak Kaji Ud dan demit-demit peliharaannya. Termasuk jin setan pemimpin yang tinggal di rumah Pak Kaji Ud yang sangat berbahaya.
Untuk melakukan misinya Mahdi butuh orang yang paham dengan desa ini. Karena itulah Mahdi dipertemukan dengan Ishwar.
*
Malam ini juga Mahdi mendatangi rumah Ishwar. Tadi siang Mahdi sempat berpesan kepada kawan barunya itu kalau butuh bantuan Ishwar tidak usah sungkan untuk datang kepadanya.
Tapi sekarang situasinya berbeda. Mahdi yang butuh pertolongan dari Ishwar.
Mahdi mengetuk jendela kamar Ishwar perlahan,
“Tok…”,
“Tok…”.
“Ishwar ini aku Mahdi”,
Ishwar yang memang tengah begadang untuk menjaga anak dan istrinya keluar dari dalam rumah. Ishwar yakin suara yang memanggilnya itu adalah Mahdi.
“Ada apa Mahdi?”,
“Kenapa tengah malam begini datang menemui ku?”, Ishwar menemui Mahdi.
“Aku butuh bantuanmu”,
“Berapa jumlah rumah yang berpenghuni di desa ini?”,
“Seluruhnya”, tanya Mahdi.
“Ada 59 rumah warga di desa ini”, jawab Ishwar.
“Kalau begitu sepertinya aku akan membutuhkan tenaga yang banyak”,
“Aku butuh bantuanmu untuk menjaga ragaku”,
Ishwar masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mahdi. Tapi Ishwar menurut saja karena memang sudah terbukti Mahdi adalah sang pahlawan yang akan menyelamatkan desa ini dari serangan-serangan makhluk-makhluk gaib.
“Menurutmu dimana tempat tertinggi jika aku ingin bisa melihat atap-atap rumah di desa ini?”, tanya Mahdi.
Ishwar berpikir sejenak baru menjawab.
“Di atap masjid”,
“Ada ruang yang cukup di tempat dipasangnya mustaka masjid”, kata Ishwar.
“Bawa aku ke sana sekarang”,
“Bawalah kayu atau semacamnya untuk memukul”,
“Kita harus cepat”, pinta Mahdi.
Ishwar mengikuti apa yang Mahdi perintahkan. Dari sikapnya Ishwar tahu kalau Mahdi sedang tidak main-main.
Ihswar dan Mahdi naik ke atap masjid. Di depan mustaka masjid Mahdi duduk bersila.
“Setan yang berada di rumah Pak Kaji Ud akan mengirim serangan besar-besaran ke desa ini”,
“Setan itu marah karena gagal mendapatkan tumbal”,
“Setan itu mau membumihanguskan seluruh desa”, jelas Mahdi kepada Ishwar.
Pantas saja malam ini terasa begitu sunyi. Tidak ada suara demit-demit jahil yang biasanya tertawa cekikikan atau pun menangis tersedu-sedu untuk menakut-nakuti warga.
Suara binatang malam dan serangga juga tidak terdengar malam ini. Bahkan angin malam pun tidak berbunyi.
“Apa yang harus aku lakukan?”, tanya Ishwar kepada Mahdi.
“Nanti ketika aku melakukan ajian, jika ada siapa pun atau apa pun itu yang mau menyentuh ragaku, kamu pukul kuat-kuat dengan kayu itu”,
“Itu yang harus kamu lakukan”,
“Jangan takut Ishwar”, perintah Mahdi.
Jin setan pemimpin yang tinggal di rumah Pak Kaji Ud mau membumihanguskan seluruh desa?
Bagaimana caranya?
“Bersiaplah”,
“Mereka datang”, ucap Mahdi.
Bola-bola api datang beterbangan ke desa ini. Lima puluh sembilan banaspati bersiap untuk mematikan semua orang-orang hidup yang ada di desa.
Dengan cepatnya Banaspati-banaspati itu sudah berada di atas atap-atap rumah penduduk desa.
Ishwar terguncang melihatnya. Seluruh tubuhnya gemetar.
Mahdi mulai melakukan ajiannya.
Dengan duduk bersila, dengan kedua telapak tangan yang ia tadahkan selayaknya sedang berdoa.
Mahdi mengeluarkan sebuah bolah api,
Di atas kedua telapak tangan Mahdi muncul bola api yang begitu terang benderang. Lebih bercahaya dari pada lima puluh sembilan banaspati yang telah bersiap menyerang.
Mahdi mendorong bola apinya itu ke atas.
Bola api kecil itu sekarang berada di hadapan Mahdi di atas kepalanya.
Kemudian Mahdi mulai memejamkan mata, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.
Mahdi merapal doa-doa,
Dan yang terjadi,
Banaspati-banaspati itu tersedot masuk ke dalam bola api kecil yang dikeluarkan oleh Mahdi.
Bola-bola api yang semula berukuran besar dan panas itu menyusut menjadi kecil tidak bernyali. Mati dimakan oleh bola api yang bercahaya yang dikeluarkan dengan ajian milik Mahdi.
Di saat yang bersamaan datang kain berwarna hitam yang ingin menyerang Mahdi. Yang ingin menggagalkan pertempuran Mahdi mematikan banaspati-banaspati yang berjumlah lima puluh sembilan.
Ishwar tetap konsentrasi. Meskipun beberapa saat Ishwar sempat terpukau dengan ajian yang sedang dipakai bertarung oleh Mahdi.
Ishwar memukul kain hitam yang hendak menyerang Mahdi menggunakan batang kayu yang ia bawa.
Sekali pukul tepat kena sasaran,
Kain hitam itu tiba-tiba langsung menghilang.
*
Tepat sebelum memasuki waktu sepertiga malam,
Mahdi sudah berhasil membunuh semua banaspati-banaspati yang dikirim untuk membinasakan orang-orang di kampung ini.
Desa ini selamat,
“Terimakasih telah membantuku Ishwar”,
“Sekarang mari kita pulang”, ajak Mahdi.
“Apakah sekarang semuanya sudah berakhir Mahdi?”, tanya Ishwar.
Jawab Mahdi sembari tersenyum,
“Belum semuanya”,