"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 08. Pernikahan Yang Seperti Hari Berkabung
“Kamu yakin dengan keputusan ini, nak?” Yuran begitu khawatir. Anaknya secara tiba-tiba, tidak ada angin apa lagi badai dipersunting Tuan pemilik perkebunan teh.
Bahkan! Saling mengenal saja tidak! Bukankah ini aneh!
“Aku sudah menyetujuinya, besok peresmian pernikahan, ayah masih harus dirawat intensif. Tidak perlu hadir tidak apa-apa." Ariel bicara dengan wajah tertunduk, tidak berani menatap mata ayahnya.
“Tidak! Aku harus hadir. Aku juga harus bicara dengan tuan Arthur."
Kehadiran seorang ayah sangat penting di pernikahan putrinya. Tapi ini bukan pernikahan sepasang kekasih yang saling mencintai, mengharap restu dan doa dari orang tua. Ini pernikahan tugas, perjanjian dan misi. Tidak ada restu dan dukungan dari keluarga tidak masalah karena mereka pada akhirnya akan berpisah setelah misi selesai.
“Tidak, aku sudah bicara pada tuan Arthur, jadi ayah tidak perlu hadir dan itu tidak jadi masalah.”
Yuran diam sejenak, memikirkan sesuatu, “Ariel!”
“Iya!”
“Kamu terpaksa melakukan ini demi aku dan kakakmu, itu benar, kan?”
Ariel yang tengah merapikan selimut terdiam sejenak lalu mengangkat wajah menatap ayahnya, “Tidak ada terpaksa. Tapi aku akan melakukan apapun demi kalian.”
“Aku akan bicara dengan tuan Arthur, kamu tidak perlu menikah dengan lelaki itu jika kamu tidak menyukainya, menikahlah dengan laki-laki yang kamu cintai dan yang terpenting dia mencintaimu dengan tulus.”
Cinta…banyak orang bilang, zaman sekarang tidak perlu bicara soal cinta. Pernikahan yang diawali rasa cinta pun banyak yang berakhir gagal dan saling menyakiti. Bukankah lebih baik seperti ini! Tidak saling memiliki perasaan. Selain tanggung jawab dari perjanjian yang sudah disepakati. Hingga saat bercerai nanti, mereka tidak akan merasakan sakit hati dan kehilangan.
“Ayah jangan mengkhawatirkan apapun, aku tidak apa-apa. Aku menerima ini sudah pasti aku memikirkannya dengan matang, kita semua pasti akan baik-baik saja.”
Yuran menghela, kesalahannya saat ini adalah, menjadi pria tidak berdaya untuk menyelamatkan putrinya dari orang kaya itu. “Ariel, jika kelak kamu tidak merasa bahagia dengan pernikahan ini, jangan sungkan untuk bersuara.”
Ariel mengangguk, “Aku mengerti. Aku tebus obat dulu, sore ini ayah sudah diizinkan pulang.”
……
Hari itu, peresmian pernikahan antara Ariel dan Alfred digelar. Bukan di kediaman utama Smith atau di rumah bilik Yuran, apalagi di gedung luas atau hotel bintang 5. Tapi di Kastil usang Tuan Muda.
Tidak ada rekan bisnis atau keluarga besar Marion yang turut hadir, begitu juga dengan keluarga Ariel.
Para tetua Keluarga Smith pun tidak menunjukkan batang hidungnya.
Peresmian pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia antara dua keluarga yang berkumpul, dan ratusan ucapan selamat, dan doa kepada mempelai, justru menjadi, seperti tempat duka. Hening, tidak ada tawa canda. Tidak ada lampu kelap-kelip, tidak juga ada dekorasi bunga-bunga indah dan benda lainnya yang sering dijumpai di acara pernikahan. Ini benar-benar seperti tempat berkabung, bahkan wajah-wajah orang yang hadir di sana pun terlihat suram dan sedih. Hanya Ayunda dan Bibi Imel yang tersenyum bahagia melihat Tuan Muda menikah.
Selain itu, juga tidak ada gaun pengantin dan riasan apapun. Ariel datang dengan apa adanya.
Ayunda yang melihat ini mulai gelisah, seharusnya tidak seperti ini, kan!
Beberapa tahun silam, saat keluarga mengikat tali perjodohan antara Alfred dan Milea, anaknya itu sudah mulai berkhayal seperti apa pernikahannya kelak. Dia akan membuat momen pernikahan yang tidak akan pernah dilupakan oleh, Milea. Tapi ini....
‘Alfred, tidak mencintai gadis ini?’satu pertanyaan muncul di benak Ayunda. Wanita ini bergegas menemui anaknya sebelum peresmian benar-benar dimulai.
“Alfred, katakan pada mama. Kamu tidak menyukai gadis yang akan kamu nikahi?”
Alfred yang hanya bisa duduk di kursi roda, menatap Ayunda, tidak ada jawaban tapi dengan melihat raut wajahnya Ayunda sudah tahu jika yang dia khawatirkan benar adanya.
“Alfred, kamu tidak boleh seperti ini nak. Kamu harus menikah dengan gadis yang benar-benar kamu cintai dan sayangi begitupun sebaliknya, di keluarga kita pernikahan satu kali untuk seumur hidup. Kamu harus memikirkan masa depan dan kebahagiaanmu.”
Alfred berdecak, “Aku, tidak mengikuti peraturan keluarga Smith.”
Tidak mengikuti peraturan….
“Alfred!”
“Ma, semuanya akan berjalan lancar, tidak ada yang harus dikhawatirkan.”
“Bagaimana dengan gadis itu? Gadis yang akan menjadi istrimu? Menemanimu sepanjang masa, apa kamu tidak merasa kasihan jika dia tidak mendapat cinta dari suaminya?”
“Tidak ada yang butuh cinta, karena itu tidak berguna.”
Ayunda tidak percaya anaknya bisa mengatakan ini, dulu Alfred lelaki yang lembut penuh kasih sayang dan cinta, tapi sekarang dia menjadi keras, dingin dan terlihat jahat.
…..
Acara peresmian pernikahan dilangsungkan, Yuran yang sedang sakit memaksa untuk datang, ingin menyaksikan pernikahan putrinya. Tapi pernikahan ini tidak membahagiakan pria tua itu, sorot kesedihan di mata putri bungsunya membuat Yuran sakit hati.
Peresmian ini hanya dihadiri penghuni Kastil, Yuran dan Ayunda, bahkan Marion tidak hadir.
Tapi semua berjalan lancar seperti yang sudah direncanakan Arthur.
Ayunda memeluk Ariel sebagai menantunya, “Selamat atas pernikahan ini, maafkan aku. Mungkin Alfred belum siap untuk mengadakan pesta pernikahan, percayalah padaku, suatu hari nanti akan ada pesta pernikahan untuk kalian berdua.” Ucap Ayunda, menyemangati Ariel.
Dia pernah menjadi gadis yang mempunyai banyak mimpi termasuk pernikahan, setiap gadis pasti memiliki khayalan, keinginan seperti apa momen pernikahannya kelak, tapi Ariel sadar tidak akan bisa mendapatkan ini.
“Tidak apa Nyonya, dengan seperti ini pun saya sudah cukup bahagia tidak perlu ada pesta apapun.”
“Nyonya! Kenapa memanggilku nyonya? Panggil aku mama, sama seperti Alfred memanggilku.”
Ariel terlihat canggung dan heran. Bagaimana bisa wanita baik dan lembut seperti Ayunda mempunyai anak seperti bongkahan es batu yang dingin seperti Alfred. Sungguh 2 kepribadian yang berbeda.
“Maaf, aku belum terbiasa.”
Sejak usia 3 tahun, Ariel sudah tidak pernah menyebut seseorang dengan panggilan mama. Karena pada saat itu Ibunya sudah meninggal, dan kini dia akan menyandangkan panggilan itu pada Ibu Mertuanya, tidak disangka dan tidak dibayangkan sebelumnya oleh Ariel.
"Mulai sekarang, kamu harus terbiasa, memanggilku mama."
Ucap Ayunda dan kembali memeluk Ariel.