Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.
Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.
Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.
Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain Rangga
Didalam kesendirianku ini, ingatan tentang kecelakaan itu kembali muncul. Semuanya masih teramat segar diingatanku, bahkan wajah ibuku yang berlumuran darah sering kali mengganggu tidurku.
Aku hanya bisa meringkuk sambil menunggu siapapun yang bisa menolongku. Ketakutan ku semakin menjadi kala semuanya terasa senyap seolah tidak ada kehidupan.
Aku tidak berani mengeluarkan kepalaku dari dalam lututku, karena semuanya akan terlihat samar-samar dan sepi.
Hingga sebuah tangan menyentuh pundakku membuatku berteriak ketakutan.
Aaaaaaaa, SIAPA KAMU..!
Ketakutanku sirna sudah saat melihat pria yang ada dihadapanku. Ia juga menyalakan cahaya yang berasal dari ponselnya. Tak butuh beberapa detik setelah ikatan tanganku terbuka, aku langsung masuk kedalam pelukan paman Rangga.
Tak peduli apa yang akan dia pikirkan, aku hanya ingin menumpahkan semua kesedihan, ketakutan dan rasa jengkel ku. Itu saja.
Selagi aku sibuk memeluknya, kurasakan dadanya bergetar sampai mengguncang kepalaku.
Belum juga aku puas merasakan hangatnya dada seorang Rangga, getaran itu sudah menggangguku saja.
Aku mendongak, da melihat bibirnya yang terbuka sedikit dan sudah dapat kupastikan kalau dirinya sedang tertawa tertahan.
Aku segera menjauhkan diriku, sungguh tak habis pikir. Bisa-bisa nya beliau ini tertawa sedangkan aku mengalami banyak luka-luka dan trauma.
Paman, Are you okay??
Pertanyaan ku dibalas dengan pertanyaan.
Bagaimana ceritanya kau berada ditempat seperti ini?
Dia bertanya namun masih tenggelam dalam tawa gila nya. Sungguh paman yang tak punya hati, pikirku.
Bukankah aku terlihat menyedihkan seperti ini, mengapa paman masih menertawai ku???
Aku mengerucutkan bibirku sebagai tanda tidak terima akan tingkahnya yang keterlaluan menurutku.
Dimataku kau itu akan kecil yang ceroboh, bukankah kau pemilik sabuk hitam??
Ah, kau lupa? waktu itu, kau membentak-bentakku karena mabuk di kedai Ayahmu,
Ia masih melanjutkan tawanya. dia bahkan ingat saat aku membentak-bentaknya waktu itu.
Menurutku sangat tidak masuk akal seorang Shella yang hobinya bertengkar ini menangis sperti tadi..
Aku menganga, hilang sudah citra baik yang selalu kubangun selama ini. Dan lagi, ia bilang aku pemilik sabuk hitam?
What???
Aku selalu kalah jika adu fisik dengan saudariku Maurice, bisa-bisanya pria ini mengataiku pemilik sabuk hitam..
Paman, kau mau membantuku atau tidak? Badanku sakit semua...
Aku merengek, terserahlah, pemilik sabuk hitam atau apa. Aku hanya ingin pulang.
Dengan begitu manisnya, paman menghentikan tawanya. Aku akan maklum saja, mungkin keadaanku ini begitu menghibur baginya.
Paman Rangga adalah pria yang sedang patah hati, jadi aku akan memaklumi nya untuk kali ini. Ia juga selalu ada untukku, menambah rasa sayangku padanya.
Dia juga menggendong ku di punggungnya, membawaku menaiki jurang yang tidak mudah. Perlahan tapi pasti, sebuah ruang kosong dihatiku dipenuhi oleh paman Rangga.
Menurutku, ia pria yang cuek tapi peduli. Ini juga kali pertama aku melihatnya tertawa lepas seperti itu. Aku tidak menyimpan sakit hati sama sekali, melainkan merasa berharga karena telah berhasil membuatnya tersenyum. Walaupun harus dengan terjatuh dan terguling-guling didalam jurang ini.
Oh God,, Sungguh mulia sekali pemikiran ku.
Setibanya diatas, paman mendudukkan ku di sebuah batu besar yang berada di lokasi ini. Jalanan didaerah ini memang sepi, namun ada beberapa lampu jalan yang dapat menerangi pandanganku.
Ia dengan telaten membersihkan luka-luka ku dengan air dalam botol yang dibawanya. Aku hanya bisa meringis sambil memandanginya dari posisiku.
Semua rasa pedih itu dapat kutahan kan hanya karena melihat wajah tampannya. Entah sejak kapan aku mulai mengaguminya, aku tidak tahu pasti.
Kau selalu saja terluka, mungkin bagimu badanmu ini tak berharga untuk mu, tapi untuk Ayahmu, ini berharga.
Aku tersenyum melihat bibirnya yang cerewet, kesan pertama yang kutemui dari diri nya adalah marah-marah seperti saat ini.
Kau menyukaiku???
Tidak, mengapa menanyakan itu?? ?
Karena kau selalu menatapku lekat-lekat begitu.
Aku tersenyum lagi, bagaiamana aku tahu yang ia ucapkan jika tidak memandang nya? Terutama bibirnya itu.
Paman menganggap ku mesum??
Jika tidak, lalu apa??
Wahh, aku tertawa lagi, sungguh lucu.
Aku tidak bisa mendengarmu paman, jdi aku harus melihat pergerakan bibir ini supaya tahu apa yang paman ucapkan.
Aku sengaja menyentuh bibirnya dan langsung ditepisnya.
Dasar anak kecil, sungutnya.
Begitulah interaksi yang mulai ada sedikit kemajuan diantara kami. Mungkin paman menganggapku sebagai keponakannya karena hubungan keluarga nya yang berjalan baik dengan Ayahku.
Ayahku pernah bercerita kalau bibi Angie adalah orang yang ia kenal selama Ayah melakukan pekerjaannya.
Bibi Anggie banyak membantu Ayah melalui koneksinya saat melakukan pengintaian terhadap beberapa orang yang sedang terlibat dalam sindikat obat-obatan terlarang.
Dari situ lah mulanya hubungan ke keluarga an ini terjalin, hingga rumah yang kami tempati ini tak luput dari bantuan yang diberikan oleh bibi Anggie.
Mobil yang dikemudikan paman tiba di sebuah gedung minimalis namun terkesan mewah yang bertuliskan salon kecantikan. Aku yang duduk di sampingnya merasa kebingungan.
Turunlah, mereka akan mengurusmu.
Ia berjalan didepan, dan aku mengikutinya dari belakang. Orang kaya lagi-lagi menunjukkan kebiasaannya, persis seperti ibu dan saudariku dulu.
Kulihat paman disambut dengan sebuah kecupan lembut di bibirnya oleh seorang wanita seksi namun elegan dan glamor.
Mataku terbelalak, jantungku hampir lepas dari tempatnya. tenggorokan ku seketika kering, dan aku tidak tahu harus melakukan apa.
Paman Rangga segera duduk di sebuah sofa lembut dan diikuti oleh wanita seksi itu. Wanita itu juga bergelayut manja di lengan paman Rangga, dan pria itu hanya diam namun memberikan kebebasan pada wanita itu untuk berbuat sesukanya.
Pandanganku terasa panas, mungkin aku terlalu cepat menilai paman Rangga adalah pria baik. Nyatanya pemandangan didepan ini membuat pemikiran ku kembali goyah.
Semua yang berkecamuk didalam dadaku terusik saat dua orang wanita yang berseragam membawa ku kedalam sebuah bilik didalam klinik ini.
Mereka akan melakukan tugasnya, dan aku hanya diam dengan pikiran yang kosong. Ditengah pikiranku yang berkelana jauh kedepan tepat ditempat paman Rangga berada, aku melihat gerakan bibir kedua pekerja itu.
Sedikit banyaknya aku dapat mengerti apa yang mereka gosip kan. Dan yang dapat ku simpulkan adalah,
Rangga tidak biasanya bermain dua kali dengan orang yang sama. Namun kali ini ia sepertinya mengingkari prinsipnya. Mungkin godaan bos kita tak bisa di elakkan.
Lalu keduanya tertawa-tawa kecil.
Mungkin kah otak ku tidak bisa bekerja dengan benar, dan mungkin aku salah mengartikan gerakan bibir itu.
Namun itu sungguh jelas dan semuanya mengarah kesana. Aku segera menyudahi apa yang mereka lakukan. Lagipula badan ku sudah terasa bersih, dan aku tidak membutuhkan perawatan yang lainnya.
Aku segera keluar setelah selesai memakai pakaian yang disiapkan oleh mereka. Aku sudah tak sabar ingin segera memastikan keraguanku.
***
Sedangkan didalam sebuah kamar yang diperuntukkan untuk tamu spesial, terjadi pergulatan panas yang selama ini selalu dilakukan oleh Rangga. Tidak banyak yang tahu sisi lain dari Rangga ini, kecuali sang asisten pribadinya yang bernama Sam.
Sebuah hubungan s** yang sudah menjadi bagain dari hidupnya hampir setiap hari, membuatnya mengingkari prinsip yang sejak lama telah dipegangnya.
Aku hanya berhubungan satu kali dengan lawan mainku, setelahnya tidak akan ada kesempatan kedua.
.
.
.
Next...