Ayuna begitu mencintai suaminya, meskipun selama pernikahan ia tak pernah menikmati hasil kerja suaminya. Seiring berjalannya waktu, Ayuna akhirnya menggugat cerai suaminya. Mampukah Ayuna jauh dari pria yang sangat dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Kedelapan
Esok paginya Ayuna bangun dari tidurnya, melakukan aktifitas seperti biasanya namun dengan wajah cemberut sehingga membuat Mida heran.
"Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa, Bu."
"Ditanya kenapa, jawabannya malah tidak apa-apa," kesal Mida.
"Pagi ini aku tidak sarapan di rumah, Bu." Kata Ayuna setelah menyajikan makanan di atas meja.
"Kenapa?" tanya Mida.
"Aku bosan dengan menu sarapan di rumah ini," jawab Ayuna asal.
"Hei, memangnya kamu kasih uang kepada kami berapa banyak?" Mida tampak tak senang mendengar menantunya merendahkan makanan yang ia siapkan.
"Harusnya Ibu minta yang banyak dengan Mas Romi. Ibu jangan mau dikasih uangnya sedikit," kata Ayuna.
"Uang Romi 'kan habisnya untukmu," celetuk Mida.
Ayuna tersenyum sinis lalu berkata, "Jika uangnya diserahkannya kepadaku, mungkin jari-jari tanganku penuh dengan perhiasan."
Mida terdiam.
"Aku pamit pergi kerja, ya, Bu. Sudah lapar juga," kata Ayuna berlalu.
Ayuna kembali ke kamar mengambil tas dan bersiap berangkat kerja. Di saat dirinya hendak membuka pintu, terdengar suara derit pintu kamar mandi dan Ayuna sejenak menoleh ke arah suara.
"Aku akan mengantarmu kerja," Romi menawarkan diri.
"Aku naik angkot saja," tolak Ayuna dengan ketus.
"Kamu masih marah denganku?" tanya Romi.
"Entahlah, Mas!" jawab Ayuna dengan cepat menarik kenop pintu dan berlalu.
"Ckk... kenapa dia selalu membuatku kesal?" gumam Romi sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Selang 15 menit, Ayuna berangkat kerja. Romi melangkah ke ruang makan bersiap menikmati sarapan bersama keluarganya.
Anton, Rani, Rino sudah berada di ruang makan lalu Romi muncul dan menarik kursi disamping ayahnya.
"Di mana Ayuna?" tanya Anton.
"Sudah berangkat kerja," jawab Romi.
"Kenapa cepat sekali dia pergi?" tanya Anton.
"Dia cepat berangkat kerja katanya bosan dengan menu sarapan yang Ibu masak," Mida datang menjawab.
"Dia bicara begitu, Bu?" sahut Rani dengan cepat. "Sombong sekali dia, harusnya dia bersyukur bisa makan," lanjutnya.
"Aku juga sebenarnya bosan dengan menu masakan Ibu, padahal sebelum Kak Romi menikah Ibu selalu mengganti menu sarapan kita setiap hari," Mayang yang muncul diantara segera memotong pembicaraan.
"Kamu ini sama saja seperti dia!" tegur Mida dengan nada rendah.
"Kak Romi memberikan uang begitu juga Kak Ayuna tapi kenapa menu sarapan kita selalu sambal tahu dan sop sayur? Memangnya tidak bisa ganti gitu," cetus Mayang yang juga bosan. Ia terpaksa sarapan di rumah karena gajinya bekerja di toko ponsel pas-pasan sebab harus memberi kedua orang tuanya.
"Siapa bilang tidak pernah ganti, dua hari lalu sop sayur diganti tumis pare," sahut Rino.
"Itu karena sayur pare dikasih tetangga depan rumah," celetuk Mayang.
"Ini semua karena Kakak kamu memberikan gajinya kepada istrinya," terka Mida sembari melirik putrinya.
"Aku memberikan gaji kepada Yuna cuma separuh," jelas Romi.
"Kakak takut dengan Kak Yuna makanya ngomongnya begitu," ucap Rani.
"Enggak, Kakak sama sekali tak takut dengan Yuna. Semua itu benar," kata Romi.
"Lalu sisanya kemana?" tanya Mida.
"Aku 'kan punya kebutuhan, Bu. Jadi, tak mungkin semuanya ku kasih kalian," jawab Romi.
"Kamu 'kan juga kerja, keluarkan sedikitmu uangmu itu untuk keluargamu. Jangan terus disimpan!" sahut Anton menatap istrinya yang sedang menyantap makanannya.
"Ayah, uang Ibu hanya untuk membeli perhiasan dan pakaian. Ibu malu jika setiap kondangan, bajunya itu melulu. Para tetangga ini pasti meremehkan Ibu. Jadi, uang kerja keras Ibu kalian tidak boleh mengganggunya," jelas Mida.
"Tapi, kalau urusan Rani dan Rino saja Ibu enggak pernah pelit!" singgung Mayang.
"Jelas beda dong!" sahut Rani. "Aku 'kan cantik dan bakal jadi model, pastinya Ibu mendukungku. Toh, hasilnya nanti Ibu juga akan menikmatinya," tambahnya.
"Belum jadi saja, sudah berlagak tinggi!" Mayang memandang sinis adiknya itu.
"Aku tidak jadi sarapan!" Romi memundurkan kursinya dan berdiri.
"Loh kenapa, Rom?" tanya Mida ke arah putranya.
"Aku sudah terlambat!" jawab Romi beralasan kemudian melangkah.
"Ayo Rino, berangkat sekarang!" Anton mempercepat makannya.
"Aku belum selesai, Yah!" kata Rino.
"Bungkus saja, bawa ke sekolah!" ucap Anton.
"Malu aku lauknya cuma tahu!" cetus Rino.
"Besok Ibu belikan ayam untukmu!" kata Mida.
"Aku juga, ya, Bu!" sahut Rani.
Mida mengangguk mengiyakan membuat Rani dan Rino tersenyum.
"Giliran mereka saja dituruti!" sindir Mayang.
"Kamu 'kan sudah kerja, pakai uangmu tuk beli makanan!" kata Mida membalas sindiran putrinya.
Rani tersenyum senang melihat Mayang kesal.
jangan-jangan ibu mertua nya temannya Ayuna.. kalau gak salah ibunya Diki atau siapa dehh di bab sebelumnya 😂
Wahh.. main belakang mereka!! 🤨
lanjutttt terus Mam 🤩💪💪