Kesempatan Kedua

"Ayah...." lirih Jingga dengan menangis. "Biarkan seperti ini dulu Ayah," pinta Jingga masih dengan menangis saat Ayah Adam ingin melepaskan pelukannya.

Sungguh Jingga merasa sangat bahagia karena bisa memeluk kembali cinta pertamanya tersebut. Sosok yang selama ini selalu melindunginya dan memberikan apa pun yang diinginkan Jingga, termasuk perjodohan itu agar ia bisa menikah dengan Bayu.

"Ya Tuhan, apa artinya ini? Kau mengirimkan aku kembali ke masa lalu?" gumamnya dalam hati masih dengan menangis. "Kalau aku di sini lalu Liora bagaimana?"

Di satu sisi Jingga bahagia karena bisa bertemu kembali dengan Ayahnya yang telah tiada. Namun di satu sisi lainnya ia merasa sedih saat teringat dengan putri kecilnya.

"Sudah.., sudah jangan menangis. Cepatlah mandi! Ayah dan Ibu menunggu di bawah!" Adam melepas pelukan putrinya setelah sebelumnya menepuk punggung tangan Jingga. Sungguh ia merasa tidak tega melihat putri kesayangannya itu menangis, hanya karena menyangka jika mereka tidak merayakan ulang tahunnya.

Jingga yang masih menangis, kini terduduk di atas lantai setelah melihat punggung Ayah Adam yang menghilang di balik pintu.

"Liora..." lirihnya dengan menahan sesak di dalam dada. "Putriku yang malang." Jingga terus menangis dengan memanggil nama Liora karena begitu merindukan putri kecilnya. Sosok yang terakhir kali ia lihat saat balita mungil itu tertidur dengan nyenyak. "Aku membencimu Bayu, aku membencimu!" teriaknya dengan penuh amarah saat teringat pengkhianatan yang dilakukan suaminya dengan sepupunya.

Karena mereka ia kecelakaan, karena mereka juga ia kini kembali ke masa lalu dan terpisah dengan putri kecilnya. Entah bagaimana caranya Jingga bisa kembali ke masanya untuk bertemu dengan Liora. Namun jika pun ia kembali, apakah kecelakaan yang dialaminya itu bisa membuatnya bertahan hidup.

"Aku harus bagaimana, Tuhan?" Jingga terus menangis hingga ia pun kelelahan, dan memutuskan untuk mandi sembari memikirkan apa yang harus dilakukanya nanti.

Setelah lima belas menit membersihkan tubuhnya, Jingga pun berjalan menuju lemari pakaian. Di depan benda berbentuk persegi itu, ia termenung saat melihat semua pakaiannya yang tergantung di dalam lemari. Semua model pakaian itu bukanlah seleranya karena modelnya yang terlihat ketinggalan zaman. Namun saat itu Amanda mengatakan kalau Bayu menyukai wanita yang memakai pakaian panjang dan rok panjang, maka ia pun memakainya demi Bayu.

Kini Jingga merasa menjadi wanita yang sangat bodoh, karena demi menarik perhatian Bayu ia rela melakukan apa pun. Namun sampai mereka menikah dan memiliki anak, pria itu tidak pernah tertarik padanya dan lebih tertarik pada sepupunya.

"Amanda..." lirihnya dengan penuh dendam saat teringat sosok wanita yang tidak tahu diri itu.

Ya, Amanda adalah sosok wanita yang tidak tahu berterima kasih setelah apa yang dilakukannya, dan yang dilakukan kedua orang tuanya pada keluarga mereka.

Karena tidak ingin terus memikirkan sepupunya yang jahat itu, Jingga pun mengambil pakaian yang dibeli oleh Ibu Anin, yang selalu ia taruh di bagian paling bawah.

"Perfect..." gumamnya saat melihat pantulan dirinya di depan cermin.

Kini ia mengenakan dress selutut berwarna putih dengan bagian atas yang sedikit terbuka hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Karena hari ini Jingga memutuskan untuk tidak berangkat kuliah. Ia ingin pergi keluar untuk mencari tahu kenapa bisa dirinya kembali ke masa lalu, dan bagaimana caranya untuk kembali pulang agar bisa bertemu dengan putrinya.

"Selamat ulang tahun Jingga Darmawan!"

Jingga yang tengah berjalan menuruni anak tangga, langsung terdiam dengan terkejut. Bukan terkejut karena surprise yang dilakukan kedua orang tuanya, namun ia terkejut dengan keberadaan Bayu dan Amanda diantara Ayah Adam, Ibu Anin, dan Biru. Kenapa bisa ia melupakan jika dua pengkhianat itu tinggal di rumahnya, dan pastinya mereka akan terus bertemu setiap hari.