Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecoa versus Bunglon
Hayden duduk di depan Helena saat Helena menikmati breakfast di hotel.
Penampilan Hayden beda dari biasanya.
Jas mahal nangkring manis di tubuh Hayden yang atletis
Hayden langsung mencomot sebuah desert yang hendak dimakan Helena.
"Kok main serobot aja sih," kata Helena sewot.
"Mau?" Hayden dengan seenaknya hendak menyuapkan sisa desert yang masih kepegang.
"Ogah," tolak Helena.
"Nama kamu Helena kan? Helena Rose," ucap Hayden membuat Helena terkicep.
"Jangan ge-er, aku lihat di profil data karyawan," lanjut Hayden.
"Sapa juga yang ge-er. Lagian tuan muda kok sempat-sempatnya lihatin data karyawan," olok Helena.
"Apa tuan nggak sibuk? Belum juga jam delapan sudah nyampai sini," olok Helena.
"Terserah gue dong. Apa guna punya karyawan kalau nggak disuruh kerja. Bos mah bebas," tukas Hayden menimpali.
"Sombong," ucap Helena.
"Selama ada yang disombongin, sah sah saja," seru Hayden membuat Helena jengah.
Ponsel Helena berdering.
"Nggak usah diangkat," cegah Hayden, karena ingin segera mengajak Helena berangkat.
"Terserahku bos, ini masih jam delapan kurang lima menit. Masih ada waktu lima menit buat angkat telpon," kata Helena mencari celah membuat Hayden tak berkutik.
Helena menggeser ikon hijau di ponsel.
"Halo sayang, pagi," sapa Helena dengan tersenyum lebar.
Helena yang memakai earphone, tentu saja Hayden tak bisa mendengar obrolan Helena.
"Iya, besok sore jadwalnya pulang. Doain lancar ya kerjaannya, biar bisa lekas balik. Disini membosankan," seru Helena membuat Hayden melotot ke arah Helena.
Demikian juga Helena, melakukan hal yang sama terhadap Hayden. Mereka pun saling melotot.
"Oh enggak marah kok sayang. Mama melotot karena kaget ada kecoa," wajah Helena berubah tersenyum manis saat kembali memandang layar ponsel, kembali bicara dengan sang penelpon yang Hayden sendiri tak bisa melihat.
"Bunglon," olok Hayden.
"Satu...dua...ti....," Hayden menghitung detikan dari jam tangan yang menempel di pergelangan tangannya.
"Bye sayang, nanti mama telpon lagi ya," ucap Helena segera mengakhiri panggilan karena hitungan Hayden.
"Mama?" tukas Hayden reflek.
"Iya, emang kenapa? Kaget ya kalau aku sudah punya anak? Di aturan perusahaan tak ada larangan untuk menikah ataupun punya anak?" celoteh Helena, tapi tak dijawab oleh Hayden.
Hayden menarik Helena untuk segera pergi.
"Tas aku ketinggalan," Helena menghentikan langkah Hayden.
.
Mobil mewah milik Hayden pun meluncur ke sebuah tempat.
"Kita mau ke mana?" tanya Helena, saat mobil meluncur.
"Pertemuan sesama pengusaha besar," jelas Hayden.
"Kok ngajak saya?" heran Helena.
"Kepaksa," jawab Hayden sekenanya.
"Hah? Ngasal gitu maksud tuan?" tanggap Helena.
"Ya, seperti itulah," lanjut Hayden.
"Ntar kalau saya buat malu tuan? Gimana?" ada rasa ragu untuk menemani sang bos di acara sepenting itu.
"Tinggal nyuruh kamu keluar ruangan, beres!" ujar Hayden menimpali.
"Pengusiran tak hormat itu namanya tuan. Tega sekali anda," balas Helena.
"Ha...ha... Makanya agar tak buat malu, kamu harus bisa menempatkan diri dengan baik," kata Hayden.
"Tumben omongan tuan benar," seloroh Helena menanggapi.
Hayden menggandeng Helena masuk ruangan.
Di aula sebuah hotel bintang lima, lepas dari jaringan bisnis Hayden telah berkumpul ratusan pengusaha.
"Wah, tuan muda sudah hadir ternyata? Calonnya? Cantik sekali," puji kolega bisnis untuk Helena.
"Doakan saja tuan," Zayden menanggapi dengan santai. Tapi tidak bagi Helena, hatinya sudah kalang kabut rasanya.
Hayden terus menggandeng Helena selama bertemu dengan para pengusaha yang lain. Terlihat sekali jika Hayden tak ingin melepas Helena sedetik pun.
Hayden baru melepas genggaman tangannya, saat Helena pamit hendak ke toilet.
Helena membetulkan riasannya saat telah selesai.
Seorang wanita cantik menghampiri.
"Dari keluarga mana? Perusahaan apa?" sapanya ramah.
Helena teringat akan masa lalu saat masih berada di kalangan ini. Kalangan yang sangat sulit menemukan orang berwajah tulus.
Helena tersenyum dan menyebutkan nama perusahaan tempat dirinya bekerja.
"Owh, perusahaan tuan Hayden," sebutnya.
Helena kembali menunjukkan deretan gigi putih yang tersusun rapi.
"Setahuku tuan Hayden nggak punya keluarga. Dia juga tak pernah go publik tentang siapa pasangannya. Tuan Hayden sosok misterius yang banyak digilai wanita, terutama kalangan kami. Anda siapanya? Jangan-jangan anda simpanan sesaatnya?" telisik wanita itu dengan terus mencerca pertanyaan buat Helena.
Helena terpojok. Gelagapan musti menjawab apa.
"Jangan sok-sok an dech, ngaku dekat dengan tuan Hayden," lanjutnya.
"Dia itu casanova, banyak wanita yang rela untuk tidur dengannya," beritahunya.
"Hari ini kamu diajak, besok pasti akan langsung ditendang olehnya," katanya seraya tertawa.
Helena diam, karena telah selesai dia keluar toilet.
Keberuntungan belum berpihak pada Helena.
Helena berpapasan dengan Alice.
"Wow, siapa ini? Beneran ini sepupu aku?" sapanya menghampiri Helena.
"Apa kabar Alice?" sapa Helena bersikap ramah.
"Seperti yang kamu lihat. Aku sukses sekarang," seru Alice. Ada nada kesombongan di setiap ucapannya.
"Kamu sendiri? Kenapa bisa datang di pertemuan ini?" tanya Alice penuh selidik.
"Aku nemenin bos ku," jawab Helena jujur.
"Ha...ha... Helen... Helen... Kamu masih saja naif seperti dulu," kata Alice membuat Helena tak mengerti.
"Apa maksudmu Alice?" tukas Helena.
"Siapa yang ngajak kamu?"
"Tuan Hayden," seru Helena.
"Ha... Ha... Dia yang ngajakin kamu? Tuan muda yang selalu mengajak wanita yang berbeda saat pertemuan seperti ini," Alice terbahak.
"Hati-hati dech sama dia. Jangan sampai kejadian malam itu terulang kedua kalinya," sindir Alice dan terus saja menertawakan Helena.
Alice menjauh setelah mengatakan semua.
Helena balik ke meja tempatnya tadi berada.
Dilihatnya Hayden sedang ngobrol dengan pria yang sangat dikenal oleh Helena.
Pria dari masa lalu yang tega meninggalkan Helena begitu saja menjelang akad.
"Hai, Helen. Sini kenalan sama tuan Andrew," Hayden merangkul pinggang Helena untuk segera mendekat.
Andrew tertegun sejenak, tapi cepat menguasai keadaan.
Andrew mengulurkan tangan dan disambut Helena.
"Andrew,"
"Helena,"
Mereka menyebutkan nama masing-masing seolah baru pertama bertemu.
"Oh ya tuan Hayden, besar harapan perusahaan saya untuk bisa kerjasama dengan perusahaan anda," ucap Andrew.
Hayden tak melepas tangannya dari pinggang Helena, membuat Helena sedikit risih.
Helena teringat akan perkataan kedua wanita yang ditemuinya di toilet.
Hayden seorang casanova sejati.
Hayden membalas dengan senyuman semua ucapan Andrew.
Di atas panggung, pembawa acara membacakan nominasi pengusaha tersukses tahun ini sekaligus pemenangnya.
"Dan pemenangnya adalah....eng...ing...eng...," serunya membuat semua yang hadir penasaran.
"Perusahaannya tak terhitung, bahkan merambah mancanegara. Perusahaan yang dipimpinnya pun menggurita. Dia masih muda, single, untuk wajah jangan tanya lagi. Artis saja kalah sama tuan muda yang satu ini," seru pembawa acara.
"Ada yang bisa menebak siapa dia?" kata MC dengan penuh semangat.
"Dialah tuan muda Hayden Frederick Sampson," sambut sang MC membuat suasana di aula pertemuan meriah.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Matahari bersinar terang, membuat hangat suasana #update terbaru telah datang, jangan lupa klik semua
Klik like, komen, vote, kasih bunga, kopi, koin pun boleh.
Tuh kan ngarep banget 🤗
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...