CINTA BERSELIMUT LUKA

Dara tertawa sinis, sesaat, setelah dirinya mengakhiri panggilan teleponnya dengan Hendrawan. Salah satu pegawainya di kantor.

Wajah Raditya pucat pasi saat mendengar Dara benar-benar menelepon atasannya. Bukan hanya Raditya, Kinara pun sangat terkejut.

"Kau benar-benar keterlaluan, Dara!" Raditya mengarahkan jadi telunjuknya pada sang istri. Sementara Dara hanya tersenyum sinis.

"Apa yang aku lakukan saat ini belum seberapa dibandingkan dengan apa yang telah kau lakukan padaku, Raditya!" Dara tak kalah berteriak. Perempuan itu benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan rasa hormat pada suaminya.

"Dasar wanita bodoh! Apa kau sudah gila? Melaporkan Mas Radit pada atasannya? Kalau sampai Mas Radit dipecat kamu sendiri yang rugi, Bodoh!" Kinara berteriak memaki Dara. Wanita yang menjadi istri kedua Raditya itu tidak terima seandainya Raditya benar-benar dikeluarkan dari perusahaan tempatnya bekerja sekarang.

"Aku hanya ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan. Lalu, di mana letak kebodohannya?"

"Dara!" Raditya kembali berteriak.

"Kalau aku tidak bekerja, lalu darimana aku akan mendapatkan uang untuk menghidupimu?"

"Menghidupiku? Dengan uang yang bahkan satu bulan saja tidak cukup untuk makan?" Dara kembali menatap wajah Raditya yang tampak pias.

Selama ini, Dara selalu percaya jika laki-laki itu tidak memberikan semua uangnya karena dirinya ingin berhemat demi masa depan mereka. Bahkan saat dirinya menyuruh Hendrawan, orang kepercayaannya untuk mengangkat jabatan Raditya sebagai manager keuangan, Dara pun tidak pernah protes meskipun jatah uangnya tidak bertambah meskipun dirinya tahu, berapa gaji sang suami setelah jabatannya naik.

Lagi-lagi, kepercayaan Dara pada Raditya yang membuat wanita berparas cantik itu tidak pernah curiga pada suaminya sedikitpun.

"Jabatanmu naik. Tapi uangmu tidak pernah bertambah. Aku diam bukan karena aku bodoh, Raditya. Tapi karena aku percaya padamu. Aku pikir, kau menyimpan uang gajimu untuk masa depan kita seperti yang selama ini kamu ucapkan." Dara masih menatap tajam ke arah Raditya yang langsung terdiam. Kemarahan yang tadi tampak jelas di matanya, kini seolah menghilang saat mendengar satu persatu ucapan yang keluar dari mulut Dara.

"Aku sungguh tidak menyangka kalau uang itu ternyata kamu pakai untuk menikahi dan menghidupi wanita simpananmu!"

"Dara!"

"Apa?" Dara tak kalah berteriak.

"Kau bahkan membelikan wanita itu rumah mewah sementara uang yang kamu berikan padaku tidak pernah cukup meskipun itu hanya untuk membeli kebutuhan dapur. Apa kamu tidak pernah berpikir dari mana aku mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan kita selama ini?"

Raditya tampak terkejut. Dari mana Dara mengetahui tentang rumah mewahnya bersama Kinara?

"Kenapa? Kamu terkejut?" Senyum sinis itu kembali tercetak pada wajah cantik Dara Jelita, istri yang selama ini selalu patuh dan sangat berbakti padanya.

Raditya menatap wajah istrinya. Ada rasa bersalah yang menyusup ke ruang hatinya.

Memang benar apa yang dikatakan oleh Dara. Ia

hanya memberikan uang tiga juta saja perbulan pada Dara.

Pria itu pikir, karena wanita itu diam saja Raditya tidak pernah menambahnya lagi walaupun gajinya tiga kali lipat dari uang yang ia berikan pada Dara. Setelahnya, Raditya tidak pernah memikirkan apapun lagi.

Listrik, air? Semuanya Dara yang mengurus. Entah apa yang ada dalam otak lelaki itu sampai-sampai dia tidak pernah memikirkan kalau uang yang dia berikan bahkan jauh dari kata cukup.

Sementara itu, berbanding terbalik dengan Dara. Raditya justru memberikan kemewahan yang tidak pernah pria itu berikan pada Dara. Rumah mewah, perhiasan mewah dan juga barang-barang mewah yang diinginkan oleh Kinara selalu dipenuhi oleh Raditya tanpa perhitungan sedikitpun.

"Dara, aku bisa menjelaskan semuanya. Sebaiknya kamu pulang ke rumah. Aku akan menyusulmu setelah aku mengantar Kinara pulang." Suara Raditya melembut. Laki-laki itu sadar, Dara sedang sangat marah sekarang.

Wanita itu pasti sangat terluka karena perselingkuhannya dengan Kinara kini terungkap. Raditya sungguh tidak menyangka kalau Dara tiba-tiba bisa datang ke hotel ini.

Apalagi sampai bisa masuk ke dalam kamarnya dan menyaksikan dirinya bercinta dengan Kinara.

"Pulang? Kamu pikir, setelah apa yang kamu lakukan padaku, aku akan pulang menunggumu?" Dara menatap Raditya dengan semua rasa sakit di hatinya.

"Dengar Raditya Pratama, mulai hari ini, aku melepaskan tanggung jawabku sebagai istrimu. Besok, aku akan mengurus perceraian kita."

"Dara!" Kedua mata Raditya membola. Tidak menyangka kalau wanita yang ia ketahui sangat mencintainya itu berniat bercerai dengannya.

Sementara Kinara mengulum senyum. Wanita itu sangat senang karena akhirnya Dara menyerah dan ingin bercerai dengan Raditya.

"Tapi kau jangan senang dulu, Wanita ******!" Pandangan mata Dara beralih ke arah Kinara.

"Aku pastikan, kau tidak akan pernah mendapatkan apapun meskipun aku bercerai dengan Raditya. Termasuk, rumah mewah yang kini kau tinggali bersama anak harammu!"

"Kau!"

BERSAMBUNG ....