NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Profesional—Tidak lebih

Pagi itu, langit Amsterdam tampak cerah. Anna melangkah masuk ke gedung Amstel Core Group dengan langkah pasti. Sepasang sepatu haknya mengetuk lantai marmer, menghasilkan suara teratur yang menandai setiap langkahnya. Wajahnya tenang, senyumnya tipis seperti biasa saat menyapa beberapa rekan kerja di lorong.

Tidak ada yang akan menyangka, bahwa dua puluh empat jam sebelumnya, ia berada di apartemen sang CEO—mengalami sesuatu yang mengaburkan batas antara hubungan kerja dan sesuatu yang jauh lebih personal.

Seperti yang diminta Jonathan, ia memutuskan untuk bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Begitu sampai di lantai kantor eksekutif, Anna langsung menuju meja kerjanya. Ia memeriksa agenda harian Jonathan, membuka laptop, dan mulai menyusun daftar rapat, menandai dokumen-dokumen penting yang harus dibawakan siang nanti. Semua dilakukan dengan presisi—tidak ada gerakan yang berlebihan, tidak ada tatapan yang mengembara.

Ketika Jonathan masuk, pintu ruangannya terbuka perlahan. Anna berdiri, menyapanya dengan formal, “Selamat pagi, Mr. Jonathan.”

Pria itu hanya mengangguk. “Pagi.” Jawab Jonathan tegas.

Sejenak, tatapan Jonathan menelusuri wajah Anna. Ada sesuatu yang berbeda. Bukan dari penampilannya—Anna tetap rapi seperti biasa, rambut terikat sederhana, kemeja putih berpadu rok pensil hitam—tapi dari caranya menatap seakan ada yang berbeda, tatapannya tajam tanpa emosi. Tidak ada kehangat di matanya saat menyapa, meski singkat. Hanya datar, seperti tidak ingin ada yang salah tafsir lagi.

Anna tidak memberi kesempatan untuk percakapan lain. Ia segera menyodorkan segelas kopi hitam yang baru ia buat, aroma pekatnya memenuhi ruangan. “Seperti biasa, tanpa gula,” katanya singkat.

Jonathan menerima gelas itu, jemarinya nyaris bersentuhan dengan jemari Anna, tapi wanita itu cepat-cepat menarik tangannya.

Hari berjalan seperti biasa. Anna mengikuti Jonathan ke beberapa pertemuan penting, duduk di kursi sampingnya, mencatat poin-poin pembicaraan dengan teliti. Ia tetap menanggapi setiap instruksi Jonathan dengan cepat, mempersiapkan dokumen, menjawab panggilan telepon, dan mengatur jadwal rapat tanpa cela.

Namun Jonathan mulai menyadari pola yang tidak biasa. Setiap kali mereka berjalan berdampingan, Anna selalu menjaga jarak sedikit lebih jauh. Setiap kali ia berbicara, Anna fokus menatap dokumen atau layar laptop, jarang sekali menatap matanya langsung seperti dulu.

Di sela waktu makan siang, Jonathan memanggilnya. “Anna, ikut saya.”

Mereka berjalan menuju ruang meeting kosong. Jonathan berdiri di dekat jendela besar, sementara Anna berdiri beberapa langkah darinya, menunggu instruksi.

“Kau sudah mengirimkan draf laporan keuangan untuk minggu ini?” tanya Jonathan.

“Sudah, Mr. Jonathan. Semua sudah dikirimkan ke email Anda tadi pagi,” jawab Anna singkat.

Jonathan mengangguk, lalu menatapnya lama. “Kau… terlihat berbeda.”

Anna mengerjap cepat, berusaha tampak tidak terpengaruh. “Maksud Anda, Mr. Jonathan?”

“Entah. Kau tetap melakukan pekerjaanmu dengan baik… tapi rasanya seperti ada tembok di antara kita.”

Anna mengatur napasnya. “Saya hanya melakukan sesuai permintaan Anda, Mr. Jonathan. Profesional. Tidak lebih.”

Jawaban itu membuat Jonathan terdiam beberapa detik. Ia memandangnya, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi menahan diri. Akhirnya ia hanya berkata, “Baiklah. Kembali ke meja.”

Anna mengangguk, lalu berbalik pergi.

Sepanjang sore, rutinitas berlanjut. Anna menyiapkan materi presentasi, memeriksa email, memastikan mobil Jonathan siap ketika harus bertemu klien di luar kantor. Di dalam mobil, mereka duduk di kursi belakang, namun Anna lebih banyak menatap ke arah jendela, jarang memulai percakapan. Jonathan sesekali meliriknya, namun tidak berkata apa-apa.

Sampai di tempat pertemuan, Anna tetap berada di sisinya, membantu menyiapkan dokumen dan menjelaskan beberapa detail kepada klien saat diminta. Semua dilakukan dengan ketenangan khas seorang asisten pribadi yang sudah terlatih. Tidak ada senyum lebih, tidak ada percakapan di luar topik pekerjaan.

Malam mulai turun saat mereka kembali ke kantor. Anna menyerahkan berkas terakhir yang harus ditandatangani Jonathan.

“Saya akan pulang lebih dulu, Mr. Jonathan. Semua agenda untuk besok sudah saya susun di meja Anda,” ucapnya.

Jonathan menatapnya, tapi kali ini tidak menahan. “Baik. Hati-hati di jalan.”

Anna mengangguk, lalu melangkah keluar. Pintu menutup perlahan di belakangnya, menyisakan Jonathan yang duduk sendiri di ruangannya. Ia memutar gelas kopinya yang sudah kosong, tatapannya jatuh ke arah pintu yang baru saja ditinggalkan Anna.

Ia tidak bisa menyangkal—ada sesuatu yang hilang dari cara Anna memperlakukannya. Wanita itu masih ada di sisinya, masih mengurus semua kebutuhannya, tapi seperti bayangan yang sengaja menjaga jarak.

Sementara itu, di lift menuju lobby, Anna berdiri memandangi angka yang turun satu per satu. Di kepalanya, ia mengulang kata-kata yang ia ucapkan pagi tadi, Profesional. Tidak lebih.

Itulah janji yang ia buat pada dirinya sendiri. Meski di dalam hatinya, ia tahu… sebagian dari dirinya masih tersisa di malam itu.

"Tenanglah kau bisa melewati semua ini." Yakin Anna

...****************...

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!