Musim panas sudah di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
namun bukannya mendapat liburan yang menyenangkan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
[Perasaannya Telah mati Rasa]
"Aku diincar? Heh itu sudah pasti." Jawab Chai Tea sambil bercanda.
"Ya ampun... Aku serius! Kita batalkan saja!" Ucap Cherry lalu memutar kemudi.
"Jangan! Sudahlah, Cher! Jangan mengada-ada, lagipula aku ini pionir bagi bos besar."
"Kenapa sih kamu? Apa yang salah dengan pertandingan ini?"
Biasanya balapan liar beroperasi sangat rapi dalam bayangan sehingga tak bisa tercium oleh hukum. Sehingga Chai Tea berpikiran mungkin saja bos besar sang penyelenggara ingin mengganti suasana arena dengan pemandangan alam yang memukau.
"Jangan menghalangiku, kamu sendiri juga pembalap motor, kan?" Ucap Chai Tea, mengeling mata pada temannya yang sedang mengemudi.
Mobil Ferrari berwarna silver begitu mengkilap terkena cahaya lampu jalanan, kilapan cantiknya begitu menyilaukan mata di malam yang gelap. Melaju disepanjang jalan yang lewati perumahan komplek bersubsidi sejauh mata memandang.
Di keadaan sunyi itu terpecah saat suara ricuh terdengar tidak jauh dari sana. Keduanya memicingkan mata pada segerombolan para warga yang berkumpul di samping jalan, memperhatikan dengan seksama keributan di salah satu rumah.
Dikarenakan sedikit tertarik, mobil pun berhenti disamping jalan mencoba untuk melihatnya lebih dekat. Tampak seorang wanita kaya yang merupakan Sella sedang memaki-maki serta mendorong kasar seseorang hingga terjatuh.
Tak hanya itu dari dalam rumah ia juga melemparkan banyak baju ke tanah. Disela-sela keributan terdengar suara tangisan histeris dari anak-anak yang begitu ketakutan dengan kenyaringan mulut pedas Sella bagai sambaran petir.
Tanpa henti-hentinya melontarkan perkataan kasar dan pedas pada pada wanita itu seolah dia telah melakukan kesalahan fatal. Orang-orang di sekitar hanya menatap iba tak berani ikut campur, tidak ada yang mau membelanya meski telah lama bertetangga.
Chai Tea tak bisa diam saja melihat dari balik jendela mobil, ia tidak tahan lalu keluar untuk mendatangi keributan yang sedang terjadi di sana.
"Chai, tolong jangan ikut campur dan membuat kekacauan menjadi lebih buruk!" Ucap Cherry yang berusaha mengingatkan temannya agak gak gegabah.
"Aku tidak yakin, kamu selalu saja membuat masalah, Chai."
"Tenang saja aku hanya ingin menenangkan anak-anak itu." Balas Chai Tea lalu keluar dari mobil.
"Nona, kata-katamu terlalu kasar, Anda membuat anak-anak ketakutan." tegur sopan Chai Tea, sambil menenangkan seorang gadis kecil yang menangis sambil cegukan akibat ketakutan.
"Siapa kamu? Tolong jangan ikut campur dengan urusanku! Aku hanya perlu mengambil apa yang menjadi hakku." Tegas Sella pada Chai Tea yang bertindak sebagai pahlawan tanpa tahu apa masalahnya.
"Nona, tolong beri kami waktu sebentar lagi. Saya janji akan berkemas bila sudah menemukan tempat tinggal baru." Ucap si perawat, memohon sambil terisak-isak.
Ia bahkan bersujud berusaha mendapatkan setitik rasa empati wanita itu. Disebabkan anak-anak masih sangat kecil, ia tidak ingin mereka terpontang panting di jalanan. Namun ia masih saja mendapatkan tekanan dari Sella yang muak pada alasannya.
"Cukup sudah! Rumah yang sudah lama tertunggak ini telah digadaikan oleh pemerintah kepadaku sebagai jaminan."
"Bukankah aku telah memperingatkan beberapa waktu yang lalu agar kalian segera pergi?" Bentak Sella lebih keras sambil menghentakkan kaki.
"Kau itu miskin seharusnya sadar diri. Kalau tidak sanggup menafkahi anak-anak ini, kembalikan saja mereka ke panti asuhan!"
Disela-sela makiannya, Sella mendapatkan panggilan mendadak. Dan sebelum pergi Sella yang sudah tertutup mata hati tanpa perasaan menggembok pintu rumah supaya mereka tidak membandel, masuk ke dalam tanpa sepengetahuannya.
Setelahnya, barulah Sella merasa puas hati. Ia berjalan pergi berlenggak-lenggok masuk ke dalam mobil mewahnya lalu menancap gas, meninggalkan kekacauan yang telah diperbuatnya kepada orang lain.
"Mamah, jangan buang aku ke pantai asuhan!" Ucap gadis kecil yang didekap oleh Chai Tea.
"Kami juga." Ucap serentak saudara lainnya.
"Tidak! Mamah tidak akan membuang kalian, kita akan terus bersama."
Melihat akan hal yang begitu nyata di depan matanya, Chai Tea pun terdiam diri tanpa bisa berkutik, ia tak habis pikir kepada Sella yang begitu keras hati. Bukannya memberikan solusi atau sedikit membantu kepada orang yang kesusahan dia bahkan tak mau rugi sepersen pun dari hartanya yang berkelimpahan.
Anak-anak malang itu yang masih saja menangis, takut kehilangan satu sama lain. Perawat itu juga frustasi terduduk di tanah, memikirkan nasib mereka selanjutnya dikarenakan harta yang memiliki hanyalah rumah itu sebagai satu-satunya tempat tinggal.
Secara perlahan matanya mulai memerah sebab hampir saja meneteskan air mata, tetapi Chai Tea terus menahannya agar tidak menangis. Di sisi lain dirinya harus pergi untuk aksi tanding malam ini, tetapi ia juga tak bisa meninggalkan mereka semua yang masih dalam keadaan terpuruk.
Kemudian, Chai Tea memandang temannya dari kejauhan dengan tatapan penuh tanda tanya. lalu Cherry mengeluarkan tangannya dari jendela mobil dan memberi isyarat yang mengatakan bahwa Chai Tea harus mengikuti kata hatinya sendiri.
______
Setelah peristiwa malam itu, hingga saat ini pun Chai Tea masih merasa kesal berkepanjangan kepada Sella, saking bencinya ia hampir saja kehilangan kesabaran dan menjambak rambut wanita itu sampai botak.
Sambil mengepalkan tangan, ia geram pada sella yang kembali muncul dan menggangu kakaknya.
Zee hanya diam tak berkomentar apapun setelah mengetahui kejadian sebenarnya, tetapi hanya menganggap hal itu terlalu lumrah sebab ia sudah mengenal sifat asli Sella sejak dahulu. Karena itulah Zee sangat marah kepada Chai Tea yang malah membuat masalah dengan orang seperti Sella.
Ia hanya khawatir dikarenakan Sella bukanlah tipikal orang yang mau mengalah, ia tak akan pernah membiarkan orang yang telah berurusan dengannya lepas begitu saja. Dan dengan kekuasaan, ia dapat semena-mena mencelakakan seseorang sampai hatinya merasa puas.
Keluarga Besar Ombra Noir adalah organisasi kriminal tingkah dunia yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun di dalam bayangan malam. Keluarganya ini dipimpin oleh nyonya besar, sang kepala yang memperkerjakan Zee sebagai wakil pendamping.
Dalam keresahan hati yang menggangu, Zee merasa cemas sebab besok pagi ia akan kembali dikirim ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan dan meninggalkan Chai Tea tanpa pengawasan. Takutnya Sella akan melakukan sesuatu untuk membahayakan saudari satu-satunya.
"Chai! Dengarkan aku! Kamu harus pergi dari pulau ini!" Pinta Zee, memandang serius pada manik mata polos adiknya.
"Kenapa begitu? Aku bahkan baru saja berlibur. Lihatlah aku juga sedang memesan kamar hotel!"
"Kamu sendiri yang membuat liburanmu berakhir, Chai. Bawa kembali kopermu!"
Zee bangkit dari kursi sambil koper merah muda milik Chai Tea, ia juga menyeret tangan adiknya untuk ikut secara paksa keluar dari hotel. Sementara Chai Tea kebingungan seraya memberikan sedikit perlawanan.
"Kak! Jangan mengusirku!"
kadang pembaca bisa nggak jadi baca kalau paragraf nya sesak begini.
maaf yah kak, aku cuma ngasih sran