Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Di hari minggu pagi, terlihat Juminten masih bergelung dikasur merasakan nikmatnya bangun siang. Juminten tak menghiraukan suara adzan subuh, suara ayam berkokok, suara tukang sayur keliling lewat, suara ibu-ibu ghibah. Bahkan suara merdu Justin yang memekakkan telinga pun dia acuhkan.
Hingga terdengar suara Emak Rohaya dengan merdunya berteriak, "Pak, rica-rica soangnya dah mateng. Tolong bangunin Jumi, biar sarapan!"
Tanpa babibu, dengan muka bantal Juminten mengeluarkan jurus lari cepatnya.
"Emak! Jangan masak Justin!" teriak Juminten sambil berlari ke kandang Justin.
Alangkah kagetnya ketika sampai, Justin tidak ditemukan.
"Oh Justinku. Oh soangku. Maafkan aku yang lalai menjagamu!" mata Juminten mulai mengembun, sambil memegang pagar pembatas. Takut Justin menjadi korban target masakan Emaknya di dapur.
Udin dari luar rumah, melihat anaknya dengan muka bantal yang siap menangis di depan kandang soang kesayangan anaknya akhirnya mendekati anaknya." Kenapa Jum, kok mau mewek?" ucap Udin sambil mengelus punggung anaknya.
Mendengar pertanyaan suara Bapaknya, air mata yang terbendung mulai mengalir.
"Emak tega masak Justin, Pak!" teriak Juminten dengan menangis tersedu.
Belum Udin menjawab, tiba-tiba, terdengar suara
Ang!
Ang!
"Pak, itu suara Justin bukan?"
Ang!
Ang!
"Kalo emang ini halusinasi Jumi, kenapa suaranya mirip Justin. Justinku empuk sedep gini suaranya Pak, persis suara Michael Jackson kayak ini."
"Jumi! Emang ini Justin lu." Samsudin karyawan Udin berteriak dari kandang ayam.
Juminten segera berlari menghampiri soangnya.
"Justin! Rindu!"
.
"Ang! Ang!"
Juminten dan Justin berpelukan dengan romantisnya di dalam kandang.
"Ngapain elu bangun tidur peluk-pelukan sama si sueb? Bukannya mandi biar seger! " omel Rohaya.
"Gegara Emak tadi teriakin masak rica-rica soang. Jumi takut Emak khilaf nggak punya duit terus masakin si Justin."
"Makanya jadi anak perawan bangunnya yang pagi. Ini kagak, udah tau mau kawin malah merem di kamar. Jangan amnesia, semalem tante Dina kemari kan mau kawinin lu sama Bambang."
"Justru ini, Juminten menikmati saat-saat menjadi perawan, Mak. Besok kalo dah punya suami boro-boro bisa ngebo. Bangun abis qomat subuh aja udah kesiangan."
"Udah sono, mandi. Biar dicap perawan cantik. Siap tau abis ini Bambang kesini ikut makan kita. " Imbuh Udin untuk melerai perdebatan anak dan istrinya.
Setelah Juminten sarapan dilanjut makan siang rasa sarapan juga selesai. Terdengar suara hiruk pikuk di depan rumah Juminten, ternyata si Putra datang dengan 4 kawan lainnya.
"Emak, kambingnya dateng mak!" Teriak Udin.
"Iya, Pak bentar. Jumi, bikinin kopi yang anter kambing!" teriak Rohaya.
"Iya, Emak."
Tetangga yang melihat kedatangan 5 ekor kambing masuk ke rumah juragan toserba datang berbondong-bondong untuk melihat.
"Mau hajatan apa mau jadi juragan kambing, Mak?" tanya Susan tetangganya.
"Buat besok nikahannya si Jumi. Kan lumayan bisa kembang biak. Jadi hemat duit, san. Tau dewe semua sekarang serba mahal. Haha! " Jawab Rohaya.
"Wah, Jumi mau nikah kapan, mak? Perasaan baru masuk SMA deh kemaren."
"Ya nggak tahun ini, paling lulus SMA nikah. Gatel gue nyimpen perawan lama-lama dirumah, bawaannya was-was dewe liat pergaulan anak sekarang."
Jumi yang sedang menyuguhkan kopi di meja, segera berlari melihat calon teman sepergalau-an nya sesi 2 akan dimasukkan ke dalam kandang kambing bersama yang lain.
" Stop! Stop! " Teriak Juminten.
" Kenapa, mbak? " tanya karyawan Juragan Rozak.
" Kenapa, Jum? Jangan bikin rusuh!" tanya Bapak.
" Itu Putra taruh di dalam kandang Justin, Pak. Jumi nggak mau si Putra bau kambing kayak yang lain."
"Astagfirullah ini perawan, ada aja."
Udin akhirnya menuruti permintaan anak semata wayangnya. "Tolong kambing yang besar sendiri itu, di masukkan ke kandang soang sebelah dapur!"
Putra pun di pindahkan ke dalam kandang bersama Justin sesuai permintaan inces.
🍓🍓🍓🍓
Seperti hari-hari minggu biasanya, rumah Juminten selalu ramai dengan kehadiran karyawan toko yang laki-laki karena mereka akan main karambol, catur dan domino.
Emak dan Juminten sedang sibuk membuat kudapan, kopi juga es. Untuk minggu ini, mereka membuat kudapan bakwan sayur, bakwan jagung juga rebusan ubi ungu.
Terdengar suara panggilan masuk. Dari hp Jumi.
"Assalamualaikum." Suara Farid dari seberang.
"Waalaikumsalam."
"Lagi di rumah nggak, Jum?"
"Dirumah terus gue, nggak pernah kencan hehe. Kenapa Wan?"
"Boleh main ke rumah lu, nggak? Bete gue dirumah dewean."
"Bolehlah. Kesini aja. Lagi rame nih. Karyawan lagi kumpul kalo minggu."
"Oke gue otw, ya."
"Oke."
Juminten pun menutup ponselnya.
"Siapa jum yang mau kesini? Tumbenan ada temen lu mau kemari. Bambang bukan?" tanya Rohaya dari dalam dapur.
"Jumi nggak punya nomer Bambang, Mak. Jaim dikitlah, masa cewe yang minta nomer cowok."
"Nyebut, jaim lagi. La terus siapa tadi yang nelpon?"
"Oh, tadi ketua kelas. Sohib jumi. Namanya Farid."
"Oh, mau ngerjain tugas bareng?"
"Nggak, mak. Katanya lagi bete dirumah makanya kemari."
"Inget pesen, Mak. Lu udah di jodohin Emak ma Bapak, mulai jaga jarak sama semua temen lelaki lu. Jaga perasaan tante Dian. Dia udah bela-belain kesini buat minang lu. Ibaratnya lu tuh udah di iket sama tante Dian alias di khitbah." ucap Emak sambil mengelus rambut Jumi.
"Iya,Jumi paham Mak."
"Maafin emak ya, jum. Kalo emak ma bapak egois pake jodohin elu."
Juminten menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Ya nggak bakal nolak lah, mak. Orang yang di jodohin si Bambang. Andai semalem di suruh kawin langsung Jumi juga nggak nolak kok.
Farid pun tiba di rumah Juminten disambut Udin.
" Assalamualaikum. " Ucap Farid.
"Waalaikumsalam." Jawab orang-orang di depan rumah. serempak.
"Cari siapa ya, nak?" tanya Udin.
"Perkenalkan saya Farid, pak. Temannya Juminten. Juminten nya ada, pak?"
"Oh, iya nak Farid. Saya Bapaknya Juminten. Silahkan duduk dulu mari gabung, Juminten masih bantuin Emaknya masak bakwan di belakang."
Farid pun asyik bermain dengan karyawan lain hingga melupakan tujuannya untuk bertemu Juminten.
Entah sudah berapa gelas kopi yang dihabiskan Farid, tak lupa puluhan kudapannya. Farid kaget melihat waktu sudah menunjukkan jam 10 malam.
Tapi, batang hidung Juminten belum terlihat sama sekali. Farid pun mengirim pesan ke Juminten.
Farid : [Jum, lu kok nggak keluar sih😑]
Juminten : [Sorry, gue kecapekan Wan. Abis ribet bantuin emak gue di dapur seharian🤣]
Farid : [Yaudah gue cabut aja, ditunggu malah nggak keluar. Asyem😒]
Juminten : [Sorry Wan elah, encok nih badan gue seharian di dapur 😭]
Kecewa dirasakan Farid, namun bagaimana lagi. Juminten tidak bisa menemuinya. Akhirnya Farid berpamitan pada Udin yang sedang asyik main karambol.
"Pak, saya pamit pulang dulu, ya. Salam saja buat Juminten."
"Eh, iya nak. Hati-hati."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Udin bernafas lega setelah Farid pulang, memang sengaja Udin dan Rohaya mulai membatasi anaknya dari pria. Mengingat Juminten yang sudah di jodohkan dengan Bambang.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨