NovelToon NovelToon
Naik Ranjang

Naik Ranjang

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:8.5M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

ADRIAN PRATAMA. Itu nama guru di sekolah gue yang paling gue benci. Karena apa? Karena dia udah membuka aib yang hampir tiga tahun ini gue tutup mati-matian.

“Dewi Mantili. Mulai sekarang kamu saya panggil Tili.”

Nyebelin banget kan tuh orang😠 Aaarrrrggghhh.. Rasanya pengen gue sumpel mulutnya pake popok bekas. Dan yang lebih nyebelin lagi, ternyata sekarang dia dosen di kampus gue😭

ADITYA BRAMASTA. Cowok ganteng, tetangga depan rumah gue yang bikin gue klepek-klepek lewat wajah ganteng plus suara merdunya.

“Wi.. kita nikah yuk.”

Akhirnya kebahagiaan mampir juga di kehidupan gue. Tapi lagi-lagi gue mendapati kenyataan yang membagongkan. Ternyata guru plus dosen nyebelin itu calon kakak ipar gue😱

Gue mesti gimana gaaeeesss???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukuman

“APA-APAAN INI?!!”

“Uhuk.. uhuk..”

Mendengar teriakan Adrian, refleks Micky membuang rokok di tangannya ke lantai. Dia juga terbatuk karena asap rokok yang tadi dihisapnya tertelan olehnya. Di sebelahnya Roxas yang tengah memakan sosis nampak menepuk-nepuk dadanya, tangannya menunjuk ke kerongkongannya. Melihat itu Dewi langsung memeluk perut Roxas dari belakang kemudian menghentaknya. Setelah tiga kali percobaan, akhirnya sosis yang menyangkut di kerongkongan dapat keluar juga. Dewi segera memberikan minum untuk sahabatnya itu.

Di bagian salon dadakan, Mila yang sama terkejutnya saat mendengar teriakan sang wali kelas, kehilangan fokus. Dirinya yang tengah memulas lipstick di bibir Sari, terpeleset tangannya hingga lipstick memanjang sampai ke area pipi. Noni yang tengah mencatok rambut ikalnya, terpaksa menghentikan aktivitasnya. Alhasil rambutnya sebelah ikal, sebelah lurus.

Di bagian kartu tarot, Sandra buru-buru membereskan kartu. Namun sayang, karena tidak hati-hati, kartu malah berjatuhan di sekitar meja. Kepanikan juga terjadi di lapak gaplek. Bobi yang memiliki tubuh gempal, serta merta langsung menelungkupkan tubuhnya di meja untuk menutupi kartu gaple. Hardi yang baru saja melempar dadu, terpaksa harus mengikuti kemana dadu itu bergulir. Dan sialnya berhenti di dekat sepatu Adrian.

Sementara itu, Budi yang baru saja menuntaskan hajatnya, keluar dari toilet sambil menepuk-nepuk perutnya. Rasa mendesak yang tadi ditahannya akhirnya bisa keluar dengan lancar dan selamat. Pemuda itu bergegas menuju kelas untuk kembali bertugas menjaga pos keamanan. Tangannya bergerak membuka pintu, dan pandangannya langsung tertuju pada wajah teman-temannya yang terlihat tegang.

“Woii.. kenapa pada tegang gitu. Ini gue yang datang, si ganteng Budi. Bukan setan kredit!” teriak Budi yang masih belum menyadari keberadaan Adrian.

“Saya setannya.”

“Astaga! Hehehe… bapak.. kumaha, damang Pak? (sehat pak?),” Budi mendekati Adrian, mencium punggung tangan pria itu lalu bergegas kembali ke mejanya.

“Jadi ini yang kalian lakukan selama jam kosong?”

Adrian memungut dadu di dekat kakinya, lalu berjalan mengelilingi kelas. Ditariknya tubuh Bobi, hingga kartu gaple yang tadi tertutup tubuhnya terlihat. Kemudian pria itu mendekati meja Sandra dan memunguti kartu tarot yang berserakan. Dia melanjutkan langkahnya menuju bagian paling belakang. Sudut yang biasa ditempati Roxas telah berubah menjadi dapur umum.

Adrian melangkahkan kakinya kembali ke depan kelas. Dipandangi semua anak muridnya satu per satu. Siswi yang ikut salon dadakan Mila, semua riasannya belum ada yang selesai. Ada yang baru memasang sebelah bulu mata palsu, sebagian rambut rebonding, lipstick yang berantakan dan rambut penuh roll-an. Wajah para pemain dadu dan gaple pun penuh dengan coretan lipstick. Hanya tim tarot yang wajahnya masih bersih.

Mata Adrian kemudian tertuju pada Dewi, Roxas dan Micky. Wajah ketiga orang itu juga penuh dengan coretan. Di kening Dewi terdapat tanda plus yang dilukis dengan lipstick, begitu pula hidung dan dagunya. Di pipi Micky terdapat bulatan merah yang cukup besar. Hanya Roxas yang terkena sapuan lipstick di satu titik saja, yaitu bibir. Warna merah menyala menghiasi bibir pemuda itu.

“Bereskan semua barang-barang yang kalian gunakan untuk kekacauan ini, kumpulkan di depan kelas, sekarang!!”

Dengan cepat semua murid melaksanakan perintah sang wali kelas. Dalam waktu kurang dari lima menit, semua perabotan memasak, bermain kartu, peralatan kosmetik dan bahan makanan serta minuman sudah terkumpul di depan Adrian.

“Sekarang semua keluar kelas dan kumpul di lapangan! Jangan ada yang mencuci atau membersihkan wajah kalian. CEPAT!!!”

“Hardi, Micky, Roxas, Budi!!”

Langkah keempat orang tersebut terhenti ketika Adrian memanggil nama mereka. Dengan cepat keempatnya kembali ke hadapan Adrian.

“Bawa semua barang ini ke ruang guru.”

“Baik, Pak.”

Usai memberikan perintah, Adrian segera melangkahkan kaki keluar kelas. Dia mengikuti rombongan muridnya yang tengah menuju ke lapangan. Para penghuni kelas lain segera mengintip dari balik jendela. Mereka tak bisa menahan tawa melihat penghuni kelas 12 IPS 3 berdandan layaknya pemain lenong.

Hardi, Roxas, Micky dan Budi segera membawa semua barang yang telah dikumpulkan tadi. Sambil membawa barang-barang tersebut, keempatnya segera keluar kelas. Sebelum bergabung dengan teman-temannya yang lain, mereka menuju ruang guru terlebih dulu untuk meletakkan barang-barang sitaan.

Waluyo dan beberapa guru yang ada di ruangan terkejut melihat penampilan Roxas cs. Mereka bertambah tercengang melihat barang bawaan keempat murid tersebut. Setelah meletakkan barang bawaan di dekat meja Adrian, Roxas dan yang lainnya segera menuju lapangan. Pak Waluyo, Nu Murni dan Bu Anggi yang penasaran, ikut menuju lapangan basket.

Di tengah sinar matahari yang mulai menunjukkan kegarangannya, 23 murid kelas 12 IPS 3 berkumpul di tengah-tengah lapangan. Hampir saja tawa Murni meledak melihat dandanan mereka yang tak tentu rupa. Dia bersama Waluyo dan Anggi masih bertahan di lapangan, masih menunggu tindakan apa yang akan diambil Adrian untuk menghukum muridnya.

“Hardi!” suara Adrian memecah keheningan.

“Iya, Pak.”

“Kamu tahu apa posisimu di dalam kelas?”

“Tahu, Pak.”

“Kamu sadar apa kewajiban dan tanggung jawabmu?”

“Sadar, Pak.”

“Kalau begitu kenapa kamu membiarkan teman sekelasmu membuat kehebohan seperti ini?”

“Maaf, Pak. Ini semua salah saya. Saya siap dihukum.”

“Kamu mau menanggung semua hukuman teman-temanmu?”

“Siap, mau Pak.”

“Yakin?”

“Yakin!” jawab Hardi mantap, walau dalam hatinya ketar-ketir juga, hukuman apa kiranya yang akan diberikan Adrian.

“Baik, kalau kamu setuju. Saya tidak akan menghukum teman-temanmu, cukup kamu saja yang menanggung kesalahan mereka. Hukumanmu adalah…”

“Maaf Pak…”

Ucapan Adrian terpotong oleh suara Dewi. Pria itu menolehkan kepalanya pada siswi yang tingginya hanya sebatas dadanya. Mata Adrian menatap tajam pada Dewi, namun gadis itu bergeming. Dia balas menatap wajah Adrian yang terlihat tak bersahabat.

“Maaf Pak.. saya rasa tidak adil kalau cuma Hardi yang mendapat hukuman. Kami melakukan ini semua atas kesepakatan bersama. Jadi, kalau mau menghukum, ya hukum kami semua.”

“Tapi dia bersedia menanggung semua perbuatan kalian.”

“Tapi saya tidak setuju. Saya akan ikut menanggung hukuman bersama Hardi.”

Dewi melangkahkan kakinya ke depan, lalu mensejajarkan berdiri di samping sang ketua kelas. Tak lama Roxas, Micky, Budi dan yang lainnya ikut maju dan berdiri di samping dan belakang Hardi.

“Kami semua bersalah dan bersedia menerima hukuman!” ujar semuanya mantap.

“Baik.. karena itu kemauan kalian, saya akan hukum kalian semua, tanpa terkecuali.”

Adrian berjalan mengitari para muridnya. Semuanya menundukkan kepala, tanda pasrah menerima apapun keputusan sang wali kelas. Tanpa mereka tahu, Adrian diam-diam tersenyum. Dalam hati pria itu mengangumi sekaligus bangga melihat sikap sportif dan kekompakkan anak didiknya. Puas berkeliling, pria itu kembali ke depan.

“Hukuman pertama, mulai besok sampai tujuh hari ke depan, kalian harus tiba lebih awal di sekolah. Pukul setengah tujuh, kalian harus sudah sampai dan berbaris di dekat gerbang. Tugas kalian menyapa dan memberikan semangat pada teman-teman atau adik kelas yang sampai ke sekolah. Yang datang lebih dari jam yang telah ditentukan, akan dianggap alfa.”

Roxas mengumpat dalam hati. Dia biasanya selalu datang ke sekolah menjelang bel berbunyi. Namun sekarang, pemuda itu harus bangun lebih pagi agar bisa sampai di sekolah tepat waktu. Roxas hanya bisa berharap, motornya bisa diajak kompromi dan tidak mogok di tengah jalan.

“Hukuman kedua, setiap harinya kalian harus mengerjakan dan mengumpulkan tugas tambahan dari setiap guru. Hukuman ketiga, membersihkan semua toilet di sekolah ini usai jam sekolah berakhir, selama tujuh hari. Ingat, Sabtu dan Minggu tidak masuk hitungan. Dan terakhir…”

“Buset banyak bener hukumannya,” bisik Micky pada Roxas.

“Nilai rata-rata kalian di semua mata pelajaran akan mendapatkan pengurangan sebanyak dua poin.”

Tubuh Roxas lemas mendengar hukuman terakhir. Tak terbayang, nilainya yang terpuruk akan semakin mengenaskan kalau mendapatkan pengurangan dua poin. Bukan hanya dirinya, namun semua siswa juga mengeluhkannya. Bisik-bisik mulai terdengar di antara mereka.

“Mengerti?”

“Mengerti Pak,” jawab mereka tak bersemangat.

“Sekarang, kalian bersihkan halaman sekolah ini dari sampah. Ingat, pisahkan sampah organik dan non organik. Untuk Roxas, Micky dan Hardi, kalian kumpulkan semua sampah dari tiap kelas.”

“Baik, Pak.”

“Silakan dimulai.”

Semua langsung membubarkan diri. Mereka bergegas melaksanakan perintah dari sang wali kelas. Roxas, Micky dan Hardi berunding sebentar untuk membagi tugas. Hardi bertugas di kelas tiga, Micky kelas 2 dan Roxas kelas 1. Setelah sepakat, ketiganya langsung berpencar menuju area tugasnya masing-masing.

TOK

TOK

TOK

Roxas mengetuk pintu kelas 10-1, kemudian membukanya perlahan. Semua mata langsung tertuju pada Roxas, ketika pemuda itu masuk ke dalam kelas. Melihat bibirnya yang merah merona, membuat para penghuni kelas tak bisa menahan tawanya, termasuk sang guru.

“Maaf, Bu. Saya diberi tugas Pak Adrian ambil sampah di kelas ini.”

“Silakan.”

Roxas bergegas menuju tempat sampah yang letaknya di pojok depan, dekat pintu. Dituangkan isi tempat sampah ke dalam trash bag yang dibawanya. Telinganya sempat mendengar kasak-kusuk beberapa siswi membicarakan dirinya.

“Biar kata pake lipstick, aa Roxas tetap ganteng.”

“Huum.. kira-kira sudah punya pacar belum?”

“Kalau jomblo, aku mau daftar dong.”

Senyum mengembang di wajah Roxas saat mendengarnya. Pesonanya masih tetap bisa meluluhkan adik kelasnya, walau dalam keadaan acak adul.

“Sudah selesai, Bu. Terima kasih.”

Roxas menundukkan kepalanya sebentar pada guru Bahasa Indonesia tersebut, kemudian melenggang keluar kelas. Disempatkannya melihat pada para siswi yang menatap penuh pandangan memuja. Dia mengedipkan mata seraya menggerakkan bibirnya seolah tengah mengecup. Karuan saja itu membuat para gadis yang melihatnya berteriak kesenangan.

Langkah Roxas terus berlanjut menyusuri kelas demi kelas. Setiap kali meninggalkan kelas, pemuda itu selalu memberikan jejak yang sama saat di kelas pertama. Memang bukan rahasia lagi, kalau Roxas memang memiliki penggemar terbanyak di sekolah ini.

🌸🌸🌸

Gimana rasanya bernostalgia ke jaman putih abu? Berasa jadi muda lagi ngga?😂

1
sherly
dr sekolah sampai dah punya anak eh anaknya pada ngumpul buat Genk... novelmu emang seruuu Thor tp kenapa kisah anak2 mereka ngk di NT?
sherly
tiba2 JD melowwww
sherly
baca novelmu tu buat bahagiaaa.... awalnya senyum2 eh ujung2nya ngakak...
sherly
hahahahha rejeki si Budi
sherly
tq Thor untuk novelmu yg rasanya tu kayak nano nano... baru baca satu novelmu kyaknya bakalan lanjut ke novel yg lain...
sherly
lengkap sudah kebahagian Adrian dan dewi
sherly
jadi pengen liburan jugaaaaa
sherly
kalo soal pede emang si Budi nih juaranya.... maju terus bud
sherly
hahahahahha nasib duo B si jomblo sekarat
sherly
hahahah muslihat preman pensiun
sherly
Doni dah dapat satu restu... semangkaaaa
sherly
Hahahhaa masih kurang tu.. sibudi buluk mesti di kasi 20 sks biar bisa cari cewek yg bener ke depannya...
sherly
hahahha Mila sampai sewa satpam buat jd pasangannya... emang teman si Dewi smuanya kelakuannya diluar prediksi BMKg...
sherly
aku kira lagu Ari lasso malaikat tak bersayap ternyata ciptaan othor TOP dah
sherly
mulai pasang spanduk, umbul2 don... hehehehhe
sherly
sang playboy seketika berubah menjadi satria bijaksana... hahahah
sherly
perjuangan bapak2 saat istri ngidam ..
sherly
Dewi oh Dewi temanmu pada awet ya somplaknya.... hahahhahw
sherly
penghulunya senang bener gangguin pengantin baru...
sherly
sampai detail ya Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!