Terjerat Cinta CEO Berondong

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Untuk memberitahu siapa namaku." ucap pria tampan dengan tingkat rasa percaya diri luar biasa.

"Memang siapa namamu, Tuan?"

"Aku Zico" jawabnya dengan senyum yang begitu manis semanis rayuannya.

"Hem, baiklah. Aku sudah tahu namamu, dan kamu pun sudah tahu namaku. Terimakasih, aku permisi dulu, Tuan"

"Eh, tunggu" cegah Zico dengan cepat sambil menarik pergelangan tangan Aluna yang langsunh di tepis, tatapannya begit tajam menyiratkan ketidaksukaan.

"Maaf, aku... "

"Pulanglah, jangan menggangguku" pinta Aluna yang kembali meneruskan langkahnya.

Zico yang sudah terlanjur di buat penasaran dengan gadis itu tentu tak akan menyetujui keinginan Aluna. Mereka yang hanya tahu nama masing masing mana bisa langsung di minta menyerah begitu saja.

Lo pikir gue akan mundur? gak segampang itu cantik... lo harus tanggung jawab karna udah bikin hati gue berantakan.

Aluna yang sudah masuk kedalam rumahnya benar-benar tak keluar lagi meski Zico sudah mencoba menunggu selama kurang lebih lima belas menit berharap mungkin saja gadis itu berubah pikiran tapi hasilnya nihi.

Awas aja, gue pasti bisa dapetin lo!

Zico akhirnya memilih pergi, namun tujuannya kini adalah ke apartemen sahabatnya, sahabat yang sudah terjalin dari masa taman kanak-kanak.

.

.

"Naya... " teriak Zico, ia yang tahu kode pintu apartemen sahabatnya tentu langsung bisa masuk begitu saja.

"Hem, di dapur sini, Zee." sahut Naya, gadis berkulit sawo matang yang tahu baik buruknya Zico selama enam belas tahun mereka bersama.

"Masak lo?" tanya Zico sambil menarik kursi meja makan.

"Enggak, cuma abis cuci piring, hari ini gak masaklah aku cape banget" jawab Naya yang tak tinggal sendiri di apartemen tapi ada satu kakak laki-lakinya yang juga berteman baik dengan Zico meski tak begitu akrab.

Naya langsung membuka lemari pendingin nya, ia mengambil satu kaleng minuman bersoda dan kacang kulit untuk Zico, ia tahu jika pria tampan pewaris kekayaan Pradipta itu akan banyak bercerita padanya.

Tak ada yang di sembunyikan Zico pada Naya, rasa nyaman dan aman saat ia berkeluh kesah nyatanya membuat Naya jatuh hati pada sahabatnya itu, tapi Naya cukup tahu diri untuk tak berharap lebih.

"Cewek yang gue suka sedikit jutek, tapi kok malah bikin gue penasaran ya" ucap Zico mengawali ceritanya.

Naya tersenyum simpul untuk menutupi rasa sedihnya, ini bukan yang pertama kalianya Zico bercerita tentang Aluna, tapi ini justru yang pertama kalinya Zico mengatakan ia jatuh cinta pada seorang wanita.

"Kan emang biasanya begitu, kalo yang langsung nerima dan agresif bukannya kamu gak suka" balas Naya dengan suara tercekat.

"Iya, sih. Ada tantangannya sendiri gitu kalau sama Aluna. Besok gue ketemu dia lagi, menurut lo enakan ke resto atau ke rumahanya?" tanya Zico meminta saran pada gadis di hadapannya itu.

"Resto dulu mungkin, secara kalian baru kenal. Tapi kalau bisa jangan ganggu jam kerjanya ya"

"Bener juga, nanti dia dipecat bahaya" kekeh Zico yang lalu menegak setengah minuman sodanya yang disodorkan Naya.

Zico terus saja bercerita tentang semua hal yang terjadi selama tiga hari mereka tak berjumpa. Jika dulu Naya sangat antusias saat bertemu tapi entah mengapa kali ini ia bagai ingin tenggelam ke dasar bumi.

.

.

Katanya, cinta yang sebenarnya itu adalah saat dia bahagia dengan pilihannya sendiri. Tapi rasanya tetap saja aku tak rela, Zee...