Rudi seorang anak muda berumur 23 tahun, dari kota Medan.
Berbekal ijazah Diploma bertitel Ahli Madya, Dia berhasrat menantang kerasnya kota Batam.
Di kota ini, akankah dia menggapai cita, cinta dan masa depannya?
Karya ini terinspirasi dari kisah nyata seorang teman. Ditambah bumbu-bumbu imajinasi penulis.
Cerita tanpa basa-basi dan tanpa ditutup-tutupi. Hitam putihnya kehidupan anak manusia menjadi Abu-abu.
Ini bukan kisah seorang pahlawan tanpa cela dan juga bukan sholeh tanpa dosa.
Inilah realita kesalahan manusia yang diiringi sedikit kebaikan.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Manik Hasnan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.7 Sekilas Masa Lalu Om Zen
Om Zen pun mulai bercerita tentang masa lalunya.
"Kamu bisa lihat keadaanku sekarang." dengan tatapan menerawang.
"Aku sudah kalah, tak ada yang bisa dibanggakan" ucapnya sedih. Sambil menyeruput kopinya dan menghisap dalam rokoknya. Om Zen meneruskan kisahnya.
Dia sudah pernah di puncak karirnya sebagi pekerja kantoran dia sudah pernah merasakan di posisi Manajer. Dan sebagai pekerja tanpa dasi dia juga pernah merasakan jadi Bos.
Pada waktu dia merantau ke Malaysia, selama lebih kurang 15 tahun bekerja di Kilang Sawit atau kalau di Indonesia Pabrik Pengolahan Sawit. Posisi terakhir dia adalah Manajer produksi.
Dan ketika Om Zen menjelajah ke Batam ini pada waktu itu Batam masih sepi awal tahun 90-an. Dia menjadi Tuan Takur dari bisnis tanah serta galian pasir. Setiap pembebasan lahan dari Developer dia minimal mendapat 100 juta . Belum lagi setoran galian pasir dari para pekerja galian.
Dan yang terakhir dia menutup ceritanya dengan pertanyaan.
"Kamu tau kenapa aku gagal?" tanpa menunggu jawaban om Zen menjawab sendiri. Sambil mengacungkan dua jarinya dia berkata, "ada dua sebab aku gagal. Yang pertama adalah manajerial keuangan dan yang kedua adalah.." Om Zen berhenti dan menengadah langit. Ada bayang kesedihan di matanya.
"Kemanapun kamu melangkah, restu orang tua adalah yang utama" ucapnya sambil menyeruput kopinya seakan menelan semua kepahitan hidupnya.
Dia lalu menceritakan bagaimana dia diusir dari kampung oleh orang tuanya yaitu Kakek Misdi. Dari muda sifatnya tak bisa diatur dan suka akan hal yang baru. Ketika dia merombak tanaman tua punya Kakek Misdi menjadi tanaman muda. Kakek Misdi sangat marah sehingga mengusir Om Zen dari kampung.
Sejak itulah dia merantau dan rasa benci tumbuh subur di hatinya terhadap orang tuanya.
Akhir kata dia berpesan ke Rudi, " jangan kau ikuti langkahku."
"Jagalah selalu Marwah orang tua, buatlah mereka bangga di mana pun kamu berada." pungkasnya.
"Owh ya. Ngomong-ngomong kamu tinggal di mana,Rud?" tanya Om zen.
"Sementara ini Aku tinggal di rumah Kakek Dahnil, Om.." jawab Rudi.
"Itu ada Nangka sama Ubi, nanti bawa ke rumah Om Dahnil." ujar Om Zen.
Setelah itu Om Zen pamit mau mengawasi penggalian pasir.
Setelah puas melihat-lihat kebun Om Zen, Rudi dan Doni segera pulang tanpa pamit lagi pada Om Zen. Karena Dia telah berpesan kalau mau pulang, langsung pulang saja.
Sekitar 15 menit berjalan kaki akhirnya Rudi dan Doni sampai ke rumah Kakek Dahnil.
Setelah bercengkrama sekitar setengah jam, Doni minta izin pulang. Karena menurut infonya, kemungkinan besok mereka sudah ada job.
Rudi mengantar Doni sampai ke simpang HPM, dan sebelum naik Carry Rudi menyelipkan uang ke kantong Doni.
"Apa ini, Bang?" tanya Doni dengan canggung.
"Kamu gunakan saja, itu buat ongkosmu" ucap Rudi sambil tersenyum.
"Aku pamit Bang, jaga diri baik-baik" Doni melambaikan tangan dengan wajah entah.
Rudi kembali ke Rumah Kakek Dahnil. Karena sudah dua hari tidak ganti pakaian, Rudi berniat mandi dan mengganti pakaian. Saat dia membuka tasnya, dia melihat sepasang sepatu bola.
Sesaat dia tercenung dan hampir lupa selama ini kalau dia adalah mantan bintang lapangan hijau di kampusnya.
Entah dari mana tiba-tiba dia bergairah. Dia teringat bahwa menurut info perusahaan di Batam sangat menghargai orang yang berbakat di bidang olahraga khususnya sepak bola.
"Nanti aku coba tanya Kakek Dahnil, mungkin dia ada kenal seorang pelatih Bola di perusahaan." gumamnya.
Seberkas cahaya kembali bersinar yang hampir saja redup.
Bersambung....
###
Met malam Readers..
Maaf masih sibuk, jadi updatenya telat.
Makasih buat yang masih setia mengikuti ceritaku.
🙏🙏🙏
😊😊😊
###