NovelToon NovelToon
Suamiku Posesif

Suamiku Posesif

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:10.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: LaSheira

Sebuah novel tentang kebucinan suami bernama Ren pada istrinya Ayana, Ini kisah tentang cinta suami berbeda usia. Ini tentang suami yang jauh lebih muda.

Ayana : Tokoh aku, istri yang bekerja sebagai guru SMU. Dia dipanggil kakak oleh suaminya karena perbedaan usia mereka.
Yang gak suka dan ngerasa aneh dengan panggilan Ren pada istrinya, sepertinya ini novel bukan selera kamu kayaknya ya. Karena keuwunan, keimutan dan kegemasan Ren saat memanggil istrinya kakak menjadi titik poinku dalam menceritakan kebucinan Ren. Kalau kalian gak ngerasa fell imut dan mengemaskannya maka fix kita tidak satu aliran. Aku suka cerita ala noona korea soalnya. Hehe.

Renan : Dia biasa di panggil Ren( cuma aya yang panggil begitu) kenapa? suka-suka kak Aya ya. Biar lebih keliatan imutnya. hehe.

Hanya cerita kebucinan suami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada konflik menegangkan atau apalah. Apalagi pelakor agresif, jauh-jauh dari mereka. Silahkan di baca dan nikmati alurnya ya ^_^

Terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Ren Memasak

Masih di dalam kamar dan masih duduk di atas tempat tidur. Panggilan masuk muncul di layar hp yang baru kunyalakan. Ibu memanggil.

“Hallo Ibu, Assalamualaikum.”

Aku mendelik melihat layar ponsel. Ibu setengah berteriak di sana. Kenapa susah sekali dihubungi kamu. Bla,bla, bla.

“Hp baru hidup Bu, telfon hpnya Ren kalau hpku gak aktif kan.” Aku mendengarkan. “ Nanti, ia bisa agak sore ya kita ke sana.” Diam mendengarkan. “Ia nanti kita nginap. Ibu buat tekwan sama mpek-mpek. Asik. Ia siap, siap nanti pasti ke sana.” Mendengarkan. “Aturan menantu kesayangan Ibu itu nggak boleh pegang hp kalau malam kan, protes sama dia.” aku mengadukan hal yang sudah ibu ketahui. Ya semua orang sudah tahu, keluargaku ataupun keluarga Ren. Tapi kenapa mereka tidak  protes pada Ren. Kalau kalian protes aku akan mendukung dari belakang.

Awal-awal aku masih sering kena marah karena hp non aktif, tapi ketika tahu Ren yang membuat aturan, ibu cuma bilang. “Ya gak papa biar kalian lebih romantis, biar cepet punya anak juga.” Haha, apaan ibu. Bucin sama menantunya sendiri.

Saat keluar dari kamar aku melihat pemandangan bagus, yang rugi kalau tidak diabadikan. Posisi Ren tiduran di karpet, ia bersandar pada bantal besar. Memegang boneka sambil mengayun-ayunkan pada Safina, mengajaknya bermain, sementara Safina bersandar di perutnya. Cekrek, cekrek momen ini harus diabadikan. Aku mengambil foto banyak sekali. “Sayang mau foto bertiga juga.” Kataku berbaur dengan keasikan mereka.

Cekrek-cekrek. Imutnya, siapa? Dua-duanya Safina dan suamiku juga. “Sayang fotoin kita berdua donk.”

“Nggak mau.” Balasnya cepat.

“Hemmm.” Kugelitiki dia sampai terbahak-bahak. Dia berguling ke sana kemari. Safina sampai ikut tertawa juga.

“Ampun Kak.” Difotoin juga akhirnya. “Imutnya istriku.” Katanya sambil menyerahkan hp, setelah beberapa lama melihat hasil jepretannya.

“Kalo Safina?”

“Hemm bolehlah  imut juga.” Terpaksa menjawab daripada membuatku marah.

“Ren mau punya anak laki-laki apa perempuan?” Aku duduk, kemudian ikut bersandar di tubuhnya. Kugoyangkan kepalaku menggelitik perutnya.

“Kakak mau makan apa? Biar aku yang masak.” Idih cari topik lain, aku manyun sambil menunjukan seringai di depannya. Dia malah tergelak lalu mencubit pipiku. “Ada ayam gak?”

“Ada di kulkas. Coba liat, imut ya.” Kusodorkan hp, foto kami bertiga muncul.

“Ia kakak yang imut. Aku masak ayam panggang aja mau?” diraihnya hp, yang tadi diletakannya di dekat kaki. Lalu rebahan lagi. “Cari resep dulu ah.”

Sementara aku asik dengan Safina. “Fina liat Tante sini.” cekrek-cekrek. Ih lucu banget si. Kucium keningnya dua kali, dia juga tertawa, memamerkan gigi-gigi kecilnya. Dia lalu mengambil satu set mainan masak-masakan. Haha, aku memang punya banyak mainan anak-anak. Walaupun aku sendiri belum punya anak. Ini kadang terjadi kalau sudah iseng belanja. Tapi akhirnya terpakai juga kalau keponakan sedang pada main, atau kalau aku main dengan anak-anak kompleks.

“Kak mau ini nggak?  kayaknya enak.” Ren menarik lenganku agar menempel di dadanya. Dia menunjukan foto-foto ayam panggang yang terlihat menggoda. Sepertinya enak semua.

“Mau,  mau, mau, kayaknya enak.” Aku antusias.

“Ya udah masak sana.” Ekor matanya menunjuk dapur sambil tertawa.

“Nggak mau, aku nggak mau masak.” Protes dengan nggak kalah cepatnya. Aku kan sudah bilang tadi pagi.

“Haha imutnya.” Lagi-lagi dia mencubit pipiku. “Ia aku yang masak, Kakak main aja sama Safina. Cium dulu tapi.” Dia menghitung setiap bagian di wajahnya dengan jemari. Seperti anak-anak yang ingin minta cium dengan ibu mereka.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tuju, delapan, sembilan, sepuluh.” Licik, kenapa bibirnya tiga kali. “Ayo cepat, aku butuh suplai tenaga untuk memasak.”

Baiklah, kulakukan apa yang ia mau. Biar dia cepat pergi ke dapur.

“Kakak!” Baru juga sampai ke dapur sudah teriak memanggil.

“Hemmm.” Aku sibuk posting foto di sosmed pribadiku. Sambil duduk menemani Safina. “Mau masak berapa?”

“Satu aja sayang.” Memang mau masak berapa? Heboh kalau sudah masak, berporsi-porsi.

“Kakak!”

Aku dengar dia memanggil, tapi aku masih terlalu asik dengan hp hingga tidak menjawabnya. Melihat foto kami bertiga mengalihkan duniaku.

“Kakak!” suaranya meninggi, membuatku refleks menjawab dan menoleh ke arah dapur.

“Kenapa?” kenapa lagi, kenapa lagi!

“Kalau dalam tiga detik tidak menjawab, simpan lagi hpmu.” Membuatku tersedak. Walaupun aku tidak sedang makan sekali pun.

“Haha sayang.” Aku bangun dan berlari ke dapur. “Ngambek ya.” Memeluknya yang sudah bersiap memasak, dia sudah memakai celemek. “Ia sayang tadi lagi ngedit foto. Mau tanya apa lagi?” Kalau begini sama aja aku ikut masak. Masih memeluknya, dia belum luluh hatinya. Wajahnya masih cemberut.

“Sana duduk main sama Safina biar aku yang masak.” Akhirnya, dia mencium pipiku.

“Bener?” Belum kulepas pelukanku.

“Ia sana.”

Aku tertawa senang sambil berjalan meninggalkan dapur, belum juga duduk, Ren sudah memanggil.

“Kakak!”

“Apa?” Menoleh dan tidak lupa memasang senyum sejuta watt.

“Hanya ingin manggil aja.” Grrrrrrr. Wajahnya terlihat tidak berdosa sama sekali.

Sejenak tenang, sepertinya dia masih menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang akan dia pakai.

“Fina lihat ini. Lucu kan. Foto lagi yuk berdua.” Cekrek-cekrek.

“Kakak!” Mulai lagi.

“Apa!”

“Bumbu dapur ada di mana?”

“Di kulkas sayang, kunyit, jahe, sere, laos semuanya di kulkas.” Kataku penuh kesabaran. Suaraku dibuat selembut mungkin.

“Kakak!”

“Apa”

“Bawang di mana?”

“Ada di pojokan sayang.”

Aku mendengar dia  sudah bersenandung kecil, kulihat dari ruang tv, dia sedang asik di dapur. Syukurlah. Nggak sekalian nanya gula sama garam batinku.

“Kakak!”

“Apa lagi sayang?”

“Gula sama garam di mana?”

“Ada di depan kamu sayang. Nah sudah lihat?” Aku hanya menebak posisi Ren berdiri. Sambil memejamkan mata juga bakal tahu garam dan gula ada di mana.

“Ia sudah.”  Jawabnya ringan. Grrrrr, ingin aku pergi ke dapur dan menyuruhnya menyingkir.

“Kakak!”

“Apa sayang.”

“Lada bubuk di mana?”

“Ada di toples kecil dekat garam sayang, ladanya bungkusan kecil.”

Kalau dia diam artinya ketemu.

“Kakak!”

“Apa sayang.”

“Nggak papa, ingin manggil aja.”

“Hahaha.” Tertawa saja aku menanggapinya. Terserah kamu Ren.

Aku beralih pada Safina saat dia sudah berhenti bertanya. “Fina sini ini apa?”

“Pel, pel.”

“ Pinter, ini apel. Pintar ya, sini ttante sayang anak pintar. Kalo ini apa?” tanyaku meraih buah plastik lainnya.

“Ambu.”

“Jambu, pinter, ih lucunya.”

Aku jadi ingin punya anak sendiri, hehe. Beberapa kali hal ini jadi bahan obrolan kami, tapi Ren sepertinya belum terlalu berfikir ke sana. Dia ingin punya anak, tapi nanti. Sekarang biarkan aku memeluk kakak dulu. Kalaupun kakak belum punya anak sekarang, aku tidak keberatan. Mama sama papa juga tidak terlalu memaksa. Ya aku tahu, sebagai anak terakhir yang tiga kakak perempuannya sudah menikah keluarganya memang sudah memiliki banyak cucu. Sehingga tidak terlalu memburu-buru. Ahhhh, tapi aku sendiri ingin punya anak. Kalau di keluargaku sendiri ibu baru punya dua cucu dari Mas Gilang.

Lamunanku buyar saat terdengar salam dari luar. Sahut-sahutan, suara anak-anak.

“Biar aku yang keluar.” Ren sudah ada di ruang tv.

“Eh, biar aku aja sayang. Kamu kan lagi masak.”  Aku keluar lewat ruang tamu. Pintu ruang tamu memang tertutup, hanya pintu samping yang terbuka.

“Wahhh ada si kembar ya, bawa apa ini.” Tanyaku bersemangat melihat dua bocah kembar dengan rambut dikucir dua.

“Donat Tante, bunda yang buat.” Kiran yang bertindak sebagai kakak menyodorkan piring berisi donat padaku.

“Tadi aku bantuin bunda kasih coklatnya tante, yang ini, yang ini.” Kikan yang menjadi adik semangat menjelaskan. Sebenarnya mereka hanya terpaut beberapa detik, tapi selalu ada yang menjadi kakak dan adik kalau kembar ya. Melihat mereka berjejer begini rasanya lucu sekali kalau punya anak kembar. Tapi jangan tanyakan pada bunda mereka bagaimana perjuangannya merawat dua bayi sekaligus, nanti auto mundur teratur. Hehe.

“Wahhh, cantiknya. Makasih ya. Siapa yang mau es cream, Tante punya es cream lho.”

“Aku mau.”

“Aku mau.”

Ahhh, lucunya mereka berdua.

“Ayo masuk dulu, ada Safina di dalam.”

Mereka mengekor di belakangku masuk. “Tunggu ya Tante ambil es cream dulu.”

“Ia Tante,” jawab mereka bersamaan.

Mereka sudah bermain bertiga. Akrab, tanpa saling menyapa, langsung aja nimbrung. Safina juga memberikan boneka pada Kikan.

“Ren mau donat? dikasih bundanya si kembar.” Aku meletakan donat di atas meja.

“Hemm, nanti.” Masih sibuk dengan pekerjaannya.

“Kiran, Kikan mau es cream rasa apa? sini!” aku memanggil mereka agar mendekat ke dapur.

Saat mereka sudah di dapur dan melihat Ren memasak. “Ada Om Renan sedang masak ya?” Kikan menyapa Ren, dia memang jauh lebih cerewet dan mudah akrab.

“Ia, bantuin sini.” Ren menjawab.

“Nggak mau, mau es cream aja.”

“Hahaha.” Aku tertawa saat Ren mendelik sebal “Mau rasa mangga atau coklat?”

“Coklat.” Kompak keduanya menjawab.

“Bisa samaan ya, kalau begitu ini es cream coklatnya.” kuserahkan satu-satu pada mereka.

“Makasih Tante kami pulang dulu ya.”

“Lho nggak main dulu?” kataku.

“Nggak Tante, kata bunda kalau ada Om Renan nggak boleh main, soalnya Tante kan main sama Om.”

“Hah!” Antara bingung, malu dan kaget. Anak-anak ini bilang apa coba.

“Hahaha, pinter kalian, pulang sana.” Ren menimpali, dia tertawa, sementara aku tertimpa malu. Ada-ada saja bunda mereka menjelaskan. Tidak tahu pakai bahasa apa kok sampai anak-anak juga paham.

“Bilang makasih sama bunda ya donatnya.” Kuantar mereka keluar rumah.

“Sama-sama Tante, makasih juga es creamnya.” Mereka berdua pulang, aku masih bisa mendengar sisa tawa mereka dari kejauhan.

Aku masih tertawa geli mengingat jawaban si kembar tadi.

“Ren kamu terkenal banget di kompleks ya.”

“Kenapa?” Dia masih mengaduk ayam yang diungkep dengan bumbu-bumbu. Setelahnya dia memotong terong dan timun. Merebus terongnya, aku tidak terlalu suka terong mentah soalnya.

“Pantas kalo ada kamu anak-anak nggak mau main, katanya ada Om Renan, ternyata mamanya bilang begitu. Ini pasti gara-gara kamu sering nyusul kalau aku nggak ada di rumah pas kamu pulang.”

“Terserah mereka mau berfikir apa.” Jawabannya sudah bisa kuprediksi.

“Idih.” Balasku sambil mengambil donat bertabur gula. Hemm, enak, ada selai nanas di didalamnya.

“Kakak, kamu  sering keluyuran kalau aku sedang nggak di rumah ya?” pertanyaannya mencekik tenggorokanku.

“Hahaha, sayang, nggak sumpah.” Aku menghambur memeluknya, kenapa juga aku memancing di air keruh. “Haaa!” kulepaskan pelukan. Menahan terkejut sendiri.

“Apa?”

“Bude lagi menyetrika baju ya.” Berbisik sambil mencubit pinggang Ren.

“Awww, kenapa?” Ren tidak merasa ada yang aneh, kenapa kalau ada bude lagi menyetrika baju memangnya begitu isi pikirannya..

“Ihhh, jadi bude denger semua tadi donk.” Aku panik sendiri.

“Dengar apa.” Cubitanku semakin keras di pinggang Ren. “Awwww, awww.” Aku ingin tenggelam ke dasar samudra, malu. Bagaimana aku bisa lupa kalau bude sedang menyetrika di ruangan belakang. Ya Tuhan, sekilas kejadian pagi ini berulang. Wajahku merah padam. Apalagi saat aku bersikap amit-amit ingin minta hp darinya. Aaaaa.

“Haha, Kakak malu ya.”

“Sudah diam.”

Aku mengambil donat dan sebotol jus di kulkas, dan juga air mineral. Ku letakan  di nampan. Membawanya ke ruang belakang, tempat bude menyelesaikan setrikaan. Kugigit bibirku sebelum berdiri di depannya.

“Bude, istirahat dulu, makan kue sama minum.” Kuletakan nampan di meja dekat dia duduk sambil menyetrika.

“Ia Mbak makasih.” Jawabnya, tapi tidak menghentikan pekerjaannya. Dia tersenyum, kenapa aku jadi semakin malu karena dia tersenyum ya. Sepertinya senyuman bude syarat akan makna.

“Ke depan dulu ya Bude, dimakan ya Bude, istirahat ya kalo capek.” Salah tingkah dan ingin segera kabur.

“Ia Mbak.”

Aku benar-benar ingin tenggelam ke dasar lautan sekarang.

Bersambung...

“ Hallo aku LaSheira, sejauh ini siapa yang kalian suka dalam cerita Suamiku Posesif. Kalau aku, aku bucinnya Ren. Hehe, dia cute apalagi kalau lagi ngambek.”

1
𝖌𝖆𝖉𝖎𝖘
. aaaaaaaa /Facepalm//Facepalm//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Dwi Cahyaningsih
aku mampir ya kak
Tamao Mirai
andrian kan ibunya udh gak ada. ayahnya nikah lagi. dia gak mau ikut orangtuanya. andrian tinggal sama keluarga ibunya. sepertinya andrian mengagumi ayana sebagai sosok ibu.
Tamao Mirai
masih ada stok gak? laki laki begini.. 🤣🤣🤣
Tamao Mirai
haha.. lucunya pasangan ini..
Tamao Mirai
wkwkw... aku mau lah jd adiknya.. supaya dpt uang jajan.. wkwkw..
Tamao Mirai
gemees..
Tamao Mirai
gemes sama ren.. asli pengen nampol.. 🤣
Tamao Mirai
pengen nabok ren.. 🤣🤣🤣
ummi rama
aku sdh menebak nya pasti Bagas salah ngk mkin lah Andrian main pukul aja..
Ida Miswanti
Janji ku pada mu Thor selalu membaca karya mu lebih dari 3x
Aryan Khan
aku gak mau punya suami posesif kaya ren, maunya posesif nya tuan saga 😅
Wahyu Kasep
cerita nya biasa aja 😏 garing banget tidak rame " nya


membaggongkan
❤️⃟WᵃfᏞιͣҽᷠαͥnᷝαͣ🌻͜͡ᴀs💋👻ᴸᴷ
seneng yahh ren lihat kak Aya cemburu gitu , kalian pasangan unik ihh
❤️⃟WᵃfᏞιͣҽᷠαͥnᷝαͣ🌻͜͡ᴀs💋👻ᴸᴷ
sumpah renan hidup mu tertata banget sampai masalah baju sedetail itu
❤️⃟WᵃfᏞιͣҽᷠαͥnᷝαͣ🌻͜͡ᴀs💋👻ᴸᴷ
wkwkwkw maulah kayak Haikal punya kakak ipar macam ren yang paket lengkap gini walaupun bucinnya minta ampun /Joyful//Joyful/
✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾
wkwkwkw nah renan ngaku kalo dia ngerepotin, lagian emang sudah siap punya anak gitu/Facepalm/
✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾
ren ya ampun kak Aya ketawa ada tukang roti disitu aja kamu cemburu sampai kayak gitu /Joyful//Joyful/
✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾
kasian Bu ayu angannya udah tinggi taunya cuma semangkok mie instan yang disediakan pak Wahyu mana pakai bumbu nya ketinggalan
✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾
makin bucin sama Ren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!