LIORA

"Bi, Apakah kamu dulu pernah melihat Harimau juga?" Tanya Liora penasaran, dia tak sabar untuk menunggu jawaban dari sang adik, dia berharap jika sang adik dulu pernah melihatnya juga dan semua teka teki tentang mimpinya dan kejadian tadi sore itu bisa terungkap.

"Pernah kak, hampir tiap bulan malahan!" jawab Bian dengan semangatnya, Liora yang mendengarnya pun seperti mendapat angin segar, dan dengan tak sabar dia memberondong pertanyaan pada sang adik.

"Apakah Harimau itu ada yang berwarna putih juga? dan di mana kamu melihat Harimau itu, apakah di rumah ini?" Pertanyaan Liora ditanggapi dengan gelak tawa oleh sang adik.

"Astaga kak, emang Harimau di rumah kita mau ngapain, mau ngajak ngopi?, Kita kan waktu masih kecil sering diajak papa ke kebun binatang kak, jadi ya Bian lihat Harimau nya di Kebun Binatang itu, bukan di rumah ini."

Liora yang mendengar ucapan sang adik pun merasa geram, dia sudah berharap jika sang adik bisa membantunya, tapi Bian tetaplah Bian, remaja tengil yang sering bikin Liora tepok jidat karena tingkahnya.

Bian yang menyadari wajah singut sang kakak akhirnya menghentikan tawanya.

"Jangan marah kak, Bian kan cuma becanda biar kakak nggak tegang, sekarang Bian bakal ngomong serius deh, kalau untuk Harimau yang seperti kakak bilang itu Bian nggak pernah lihat, hanya saja Bian dulu pernah beberapa kali mendengar mama memanggil dengan sebutan si Putih, entah itu angsa putih atau Harimau putih Bian nggak tau, karena Bian nggak melihat siapapun di sana, ingatan Bian terbatas kak, kan waktu itu Bian masih kecil, hanya potongan-potongan kecil saja yang Bian masih bisa ingat!" lanjut Bian dengan kening berkerut mencoba mengingat-ingat masa lalunya.

"Ya sudahlah Bi kalau kamu memang nggak ingat, semoga aja ini hanyalah sebuah mimpi, dan yang sudah terjadi hanyalah sebuah kebetulan, ini sudah malam, lebih baik kamu istirahat saja!" Liora mencoba menghibur dirinya sendiri, meskipun dia kini malah sedang memikirkan ucapan sang adik barusan.

.

.

.

Pagi harinya di Minimarket, Liora tampak termenung, dia mengingat tentang mimpinya semalam, mimpi yang sulit dia artikan karena kebanyakan disana dia sering mendapat pitutur (nasehat) dalam Bahasa Jawa, dia hanya bisa faham sedikit-sedikit, selebihnya dia masih bingung untuk mencerna arti dari semua mimpinya itu.

"Ra, kamu ada masalah, kok aku perhatiin beberapa hari ini kamu terlihat sering ngelamun?" tanya Shifa yang bingung dengan sikap sang sahabat.

"Nggak Cip, aku cuma lagi mikir karena sebentar lagi aku akan Wisuda, aku ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, dengan gaji yang lebih tinggi pastinya, aku ingin Bian berhenti bekerja dan fokus pada pendidikan nya." Liora tak ingin bercerita tentang masalah yang sebenarnya pada Shifa, karena semakin sedikit yang tau menurutnya itu semakin baik.

"Apakah kamu akan mengajukan lamaran kerja di tempat kamu magang dulu?" tanya Shifa pada Liora, Shifa pikir Liora seharusnya memang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, karena dia kasihan melihat Liora yang harus banting tulang seorang diri untuk mencukupi kebutuhan nya dan sang adik. Meskipun Shifa bukan anak orang kaya, tapi Shifa lebih beruntung karena masih memiliki kedua orang tua.

"Nggak kayaknya Cip, aku akan mencari perusahaan lain, karena di tempat magang yang kemarin itu aku merasa kurang nyaman." jawab Liora sambil menghela nafas panjang.

Saat mereka sedang asyik mengobrol, Dika masuk dan menyapa mereka, karena keadaan Minimarket yang sedang sepi akhirnya Dika ikut bergabung dengan obrolan dua gadis cantik itu.

"Kalian lagi ngobrolin apa sih, kok kayaknya serius banget?" tanya Dika.

"Itu loh mas, Liora kan sebentar lagi akan Wisuda, jadi dia berfikir untuk mencari pekerjaan lain, barangkali mas Dika punya kenalan orang kaya yang punya Perusahaan besar, kalau ada tolong bantu Liora masukin kesana dong mas," kali ini Shifa yang menjawab pertanyaan Dika.

"Aku sih ada teman yang bekerja di Perusahaan besar Ra, jabatannya juga sudah lumayan tinggi, kalau kamu mau, nanti biar aku coba meminta tolong sama dia, siapa tau dia bisa bantu cariin lowongan kerja buat kamu." ucapan Dika itu langsung mendapat sambutan senyum bahagia dari Liora.

"Bener mas Dika mau bantuin Liora?" Liora memastikannya kembali, takutnya Dika hanya bergurau padanya.

"Iya Ra, aku serius, apa sih yang nggak buat kamu!"

Senyum bahagia mengembang dari kedua bibir gadis cantik itu.

"Tapi ada syaratnya loh Ra," Ucapan Dika membuat Liora menghentikan senyumnya.