Menikahi Nona Arogan

Sevina sudah selesai dengan mata kuliahnya pada hari itu. Dia dan Selly baru saja keluar dari kelasnya. "Se, kita jalan dulu yuk," ajak Selly.

"Ayo," sahut Sevina dengan penuh semangat.

Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, dering Hp Sevina terdengar. Sevina merogo tasnya dan mengambil Hpnya. Dilayar Hp tersebut tertulis Introvert memanggil. "Sell, aku angkat telepon dulu ya," ucap Sevina.

Selly mengangguk. "Aku tunggu ditaman ya," ucap Selly yang kemudian berjalan menuju taman kampus mereka.

Sevina pergi ke dalam kelas yang kosong dan mengangkat teleponnya. "Halo," jawabnya.

"Mau kemana kau?" tanya David.

"Pergi dengan Selly." jawab Sevina.

"Kemana?" tanya David.

"Ke mall," jawab Sevina dengan kesal. Dia ingin sekali menjawab itu bukan urusanmu. Tapi masalah pasti akan menjadi panjang.

"Tidak boleh," cegah David.

"Apa? Kenapa tidak boleh? Ini masih siang," ucap Sevina.

"Pulanglah, jika kau tidak berada dirumah saat aku pulang, aku akan menelepon Papa Sean," ancam David. Tentu saja dia tau jika Sean mendapat kuasa penuh untuk melarang Sevina pergi jika itu bukan saat yang tepat.

Sevina mematikan panggilan itu dengan perasaan kesal. Dia berjalan menghampiri Selly yang sudah lama menunggunya. "Sell, aku minta maaf. Tiba-tiba Papaku menelepon dan menyuruh pulang karena ada hal penting yang mau dibicarakan," ucap Sevina.

Tampak raut wajah kecewa Selly. Tapi dia berusaha menutupinya dengan senyuman. "Ya sudah tidak apa-apa, kita bisa pergi lain kali," ucapnya.

Mereka pun berpisah. Sevina menaiki mobilnya dan segera pulang ke rumah. Dia sangat kesal dengan David karena sudah seenaknya mengatur dirinya.

Sesampainya di rumah, Sevina pergi ke kamar dan merebahkan dirinya ke sofa kamar itu. Tak berselang lama, David pun pulang.

Pintu terbuka dan David dapat melihat dengan jelas bahwa seorang gadis sedang memandanginya dengan tatapan kesal.

"Kita baru menikah sehari dan kau sudah memasang wajah seperti itu kepadaku." ucap David sambil mendudukkan dirinya ke atas ranjang yang berhadapan dengan posisi duduk Sevina.

"Tiga hari yang lalu, aku masih bebas hang out bersama temanku tanpa ada yang melarang. Bahkan papaku pun tidak pernah melarangku. Kau pikir siapa dirimu? Apa kau kira aku orang yang bisa kau atur seenaknya?"

Sevina menatap penuh kekesalan. Dia terlihat sangat marah.

"Orang tuamu sudah mempercayakan dirimu kepadaku. Kau adalah tanggung jawabku. Jika sedikit saja kau terluka, apa yang akan dikatakan keluargamu? Namaku yang akan jelek karena ulahmu!" ucap David sambil menatap tajam.

"Jika kau hanya memikirkan dirimu, tidak perlu merenggut kebebasan orang lain. Aku hanya pergi dengan Selly, bukan dengan orang lain apalagi seorang pria," ucap Sevina.

"Jika kau berani jalan dengan pria lain, maka kau akan ku buat menyesal," ucap David sambil menunjuk wajah Sevina.

"Turunkan jarimu!" Sevina berdiri dengan emosi yang siap diledakkan.

"Kau mau apa? Jika kau tidak suka itu urusanmu," ucap David.

"Aku tidak pernah bertemu orang yang paling menyebalkan selain dirimu. Dasar introvert stadium akhir!" ucap Sevina.

Savid berdiri. "Dasar extrovert akut!" balas David.

"Jadi apa maumu?" tanya Sevina semakin menantang.

"Kau tetap dirumah dan jangan sering keluar," ucap David.

"Itu tidak adil."

"Apa yang membuat semuanya terasa adil?" tanya David.

"Bagaimana kalau kita saling bertukar," ucap Sevina.

"Bertukar bagaimana?" tanya David.

"Jadwalkan kapan aku bisa pergi dan dirumah. Begitu juga denganmu," ucap Sevina.

"Apa maksudmu?" tanya David.

"Dua hari. Selama dua hari dalam seminggu, kau juga harus keluar dari rumah ini," ucap Sevina.

"Apa?"

"Kau menyuruhku dirumah saja, itu bagiku sudah menjadi hukuman. Nah, kau juga harus merasakan apa yang aku rasakan," ucap Sevina.

"Jadi kau mau balas dendam?" tanya David.

"Tidak, biar adil saja. Kau juga harus tau bagaimana rasanya melakukan hal yang tidak kau suka," ucap Sevina.

"Kalau aku tidak mau?"

"Berarti kau takut," ucap Sevina.

"Aku tidak takut," ucap David.

"Kalau begitu terimalah. Aku juga hanya akan keluar dua kali dalam seminggu. Begitu juga denganmu. Tentukan harinya dan aku anggap itu impas," tutur Sevina.

"Ya sudah, aku hanya akan keluar sabtu dan minggu saja," ucap David.

"Kalau begitu aku akan keluar dihari senin dan kamis saja," ucap Sevina.

"Kenapa tidak dihari libur saja?" tanya David.

"Kalau hari libur kau juga akan keluar. Sedangkan aku ingin dirumah saat kau tidak ada dirumah," jawab Sevina.

"Kau terlihat seperti menghindariku," ucap David.

"Kau memang pintar. Aku memang sangat ingin menghindarimu. Ya dalam artian tidak melakukan kontak mata denganmu," sahut Sevina.

"Kau benar-benar sangat membenciku rupanya ya," ucap David.

"Tidak, hanya saja kau sangat menyebalkan," ucap Sevina sambil tersenyum. Dia pun berlalu meninggalkan David.

David hanya memasang tatapan dingin saat melihat kepergian Sevina. Entah apa yang dia pikirkan hanya dia lah yang tau.

Sevina pergi ke taman dan memainkan ponselnya. Sebuah dentingan pesan dari Selly. "Se, jangan lupa ada tugas dari Pak Jhon. Jangan sampai lupa lagi." Selly.

"Astaga aku hampir lupa. Terima kasih ya sudah mengingatkan." Sevina.

"Dasar kau ini selalu saja lupa." Selly.

"Selly, Selly. Kau itu sangat baik ya. Selalu saja mengingatkanku," ucap Sevina.

Dia memeriksa isi sosmednya. Entah kenapa tiba-tiba dia ingin melihat somed David. Ketemu! Tapi isinya hanya artikel ataupun video hasil share. Dan profil David hanya gambar putih saja. Tanpa umur ataupun informasi lain. Dia bisa mengetahui itu David karena postingan Papanya yang sering menandai dia.

"Kenapa ada orang yang hidupnya membosankan seperti ini. Apa dia mempunyai masalah hidup?" Sevina berbicara sendirian.

"Dan kenapa aku malah memikirkan orang menyebalkan itu. Bikin kotor isi kepalaku saja."

Sevina bergegas kedalam dan pergi ke ruang kerja lalu mengerjakan tugasnya. Dan tak lama kemudian, David masuk ke dalam dan mengerjakan tugasnya. Mereka tampak saling diam. Hanya fokus pada laptop mereka. Tapi sesekali David melirik Sevina yang tengah serius dan dia terlihat semakin cantik hingga David sedikit menarik sudut bibirnya.

Memang inilah yang David inginkan hingga harus membuat Sevina pulang dengan cara memaksa dan melihat Sevina mengerjakan tugasnya. Dan sebenarnya tugas yang diberikan pada Beni, pemilik percetakan adalah hasil kerja David sehingga dia bisa lolos dari Pak Albert. David sendiri mengetahui bahwa Sevina tidak mengerjakan tugas setelah dia menanyakan pada teman sekelas Sevina melalui Edo pada malam sebelumnya. David langsung mengerjakan tugas itu untuk berjaga-jaga bila Sevina lupa karena mereka mempersiapkan pernikahan kala itu dan kemungkinan besar Sevina tidak akan mengingat kalau dia punya tugas. Kenapa David melakukan itu? Hanya David lah yang tau.