NovelToon NovelToon
Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Greta Ela

Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.

Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Pagi itu, suasana apartemen sudah sepi, para mahasiswi sudah berpulangan hingga meninggalkan Melina sendirian, Ia sebenarnya ingin pulang tapi Ia tau bahwa ada sesuatu masalah keluarga yang tak enak dihatinya, lalu Ia membuat alasan tidak pulang karena tiket pesawat mahal, padahal beasiswanya sudah cukup untuk menanggung tiket pesawatnya.

Tepat pukul 06.00 WIB, Bunga sudah siap dengan koper besarnya. Ia memeluk Melina erat sebelum melangkah keluar pintu.

Visual Bunga, sahabat Melina

"Benar ya kamu nggak apa-apa sendiri? Kalau ada apa-apa, atau kalau kamu merasa kesepian, langsung telepon aku ya, Mel," ujar Bunga dengan nada khawatir yang tulus.

Melina tersenyum meyakinkan, meski ada sedikit rasa berdebar di hatinya yang bukan disebabkan oleh rasa sepi.

"Iya, Bunga. Tenang saja. Selamat jalan, ya. Hati-hati di pesawat."

Setelah pintu tertutup, Melina menghela napas panjang. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini bukan sekadar hari pertama libur semester, tapi hari di mana ia harus memenuhi janji untuk bertemu dengan Pak Erick. Ada rasa takut, namun rasa penasaran yang selama ini dipendamnya jauh lebih mendominasi.

Visual Melina Lamthana

Pukul 08.45, Melina sudah berada di lingkungan kampus. Area yang biasanya padat oleh mahasiswa yang berlalu-lalang itu kini sunyi senyap. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sibuk menyapu daun kering. Melina melangkah menuju gedung fakultas, jantungnya berdegup seirama dengan langkah kakinya di atas lantai koridor yang bergema.

Ia tiba di depan pintu ruangan Pak Erick. Setelah mengatur napas, ia mengetuk pelan.

"Masuk," suara yang khas itu terdengar dari dalam.

Melina membuka pintu dan mendapati Pak Erick sedang duduk di balik meja kerjanya yang rapi. Lampu ruangan yang agak redup memberikan kesan intim. Di layar laptopnya, terlihat deretan angka nilai akhir mahasiswa. Pak Erick melepaskan kacamata bacanya, menatap Melina dengan binar mata yang sulit diartikan.

Visual Dosen Erick Frag

"Duduklah, Melina. Jangan di sana, di sini saja," Pak Erick menunjuk kursi kosong tepat di samping meja kerjanya, bukan kursi di depan meja seperti layaknya mahasiswa yang sedang bimbingan.

Melina menurut dengan ragu. Aroma parfum woody dan maskulin milik pria itu langsung menyeruak indranya.

"UAS-mu sangat memuaskan. Kamu memang mahasiswi terbaik saya," ujar Erick memulai percakapan sambil tetap menatap layar, namun tangannya perlahan berhenti mengetik. Ia memutar kursinya menghadap Melina sepenuhnya.

"Tapi, saya memintamu datang bukan untuk membahas nilai."

Suasana mendadak hening. Melina meremas jemarinya di atas pangkuan.

"Melina," panggil Erick lembut.

"Satu semester ini adalah waktu yang sangat panjang bagi saya untuk menahan diri. Sejak hari pertama saya menggantikan Bu Luna, mata saya tidak bisa berhenti mencarimu di kelas. Awalnya saya pikir ini hanya ketertarikan biasa, tapi ternyata lebih dalam."

Melina mendongak, matanya berbinar.

"Pak, tapi saya..."

"Saya tahu," Erick memotong dengan tegas

"Saya tahu jarak usia kita, posisi saya sebagai dosenmu, dan risiko yang ada. Tapi melihatmu setiap hari, memperhatikan bagaimana kamu berpikir, bagaimana kamu tersenyum tipis saat berhasil menjawab pertanyaan... itu membuat saya gila. Saya jatuh cinta padamu, Melina. Sangat dalam."

Dunia seolah berhenti berputar bagi Melina. Pengakuan itu terasa seperti ledakan di dalam dadanya. Rasa kagum yang selama ini ia sembunyikan, rasa penasaran saat ia diam-diam melihat profil Instagram Erick, semuanya seolah menemukan muaranya.

"Saya... saya tidak tahu harus bicara apa, Pak," bisik Melina.

"Jujur, saya juga merasakan sesuatu yang berbeda. Tapi saya takut. Jika orang kampus tahu, karier Bapak akan hancur, dan beasiswa saya..."

Erick mengulurkan tangannya, ragu sejenak, lalu dengan lembut menggenggam tangan Melina. Sentuhan itu hangat dan protektif.

"Tidak akan ada yang tahu. Saya akan melindungimu dengan cara apa pun. Saya tidak mau kehilanganmu, apalagi melihatmu diambil oleh orang lain. Libur dua bulan ini adalah kesempatan kita untuk saling mengenal lebih jauh tanpa gangguan."

Ketegasan dalam suara Erick perlahan meruntuhkan benteng pertahanan Melina. Ia melihat kejujuran di mata pria itu, sesuatu yang selama ini tersembunyi di balik topeng dosen yang galak dan kaku. Perlahan, Melina mengangguk kecil. Sebuah tanda bahwa hatinya telah terbuka.

Libur semester pun dimulai. Bagi mahasiswi lain, liburan berarti pulang kampung atau bermain bersama teman, namun bagi Melina, ini adalah awal dari kehidupan ganda yang mendebarkan. Apartemen tempatnya tinggal kini hampir kosong karena sebagian besar penghuninya adalah mahasiswa yang pulang ke luar kota.

Setiap malam, sekitar pukul tujuh, sebuah mobil sedan hitam mewah akan berhenti di sudut jalan yang agak gelap, tak jauh dari gerbang apartemen. Itu adalah Erick.

"Pak, ini terlalu berlebihan," ujar Melina suatu malam saat Erick membawanya ke sebuah restoran fine dining di lantai teratas sebuah hotel berbintang. Pemandangan lampu kota terhampar indah di bawah mereka.

"Panggil saya Erick jika kita sedang berdua, Melina," koreksinya sambil menuangkan air ke gelas Melina.

"Dan tidak ada yang berlebihan untukmu. Kamu layak mendapatkan yang terbaik."

Beberapa hari kemudian, saat mereka sedang dalam perjalanan pulang, Erick menghentikan mobilnya di depan sebuah butik ternama. Ia mengajak Melina masuk dan tanpa banyak bicara, ia memilihkan beberapa dress hitam elegan dengan potongan yang sangat pas untuk tubuh mungil Melina.

"Pak... maksud saya, Erick, ini terlalu mahal. Saya tidak bisa menerimanya," protes Melina dengan sopan saat melihat label harga yang tertera.

Erick menghentikan langkahnya, menatap Melina dengan intensitas yang membuat gadis itu terdiam.

"Melina, dengarkan saya. Saya memiliki kemampuan untuk memberimu ini semua. Jangan menolak pemberian dari orang yang mencintaimu. Saya ingin melihatmu memakai ini saat kita makan malam besok. Ini bukan permintaan, tapi sesuatu yang harus kamu patuhi."

Sifat dominan Erick mulai terlihat. Di balik sikapnya yang lembut, ia tetaplah pria yang terbiasa memegang kendali. Melina, dengan kepolosan dan rasa cintanya yang mulai tumbuh, akhirnya hanya bisa menurut. Ia menyadari bahwa mencintai Erick berarti harus siap masuk ke dalam dunianya yang penuh aturan dan kemewahan yang terkadang terasa menyesakkan.

Minggu-minggu berlalu. Kehidupan Melina berubah total. Siang hari ia tetap menjadi gadis sederhana yang memasak mie instan, tahu tempe dan beberapa masakan lainnya di apartemen sepi, namun malam hari ia bertransformasi menjadi wanita cantik dengan gaun mahal yang duduk di seberang meja seorang dosen yang sangat dihormati.

Hubungan mereka semakin dalam. Dalam obrolan-obrolan panjang di dalam mobil, Melina mulai mengenal sisi lain Erick. Pria itu ternyata sangat kesepian. Ia telah lama hidup dalam tuntutan profesionalisme yang kaku, dan kehadiran Melina adalah satu-satunya warna dalam hidupnya yang abu-abu.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, ada rasa bersalah yang terus menghantui Melina. Setiap kali Bunga menelepon dari kampung halaman, Melina harus berbohong. Ia merasa seperti pengkhianat.

"Kamu beneran cuma di kamar aja kan, Mel? Nggak bosen?" tanya Bunga di telepon suatu malam.

"Iya, Bunga. Aku cuma baca buku dan nonton film," jawab Melina.

"Mel, kok kamu jarang sih angkat telepon aku?" tanya Bunga khawatir

"Iya Bunga maaf ya, kadang aku ketiduran, kadang pas waktu aku mandi." alasannya

"Oh ya udah. Intinya kalau kamu kesepian, telepon aku aja ya."

Melina lalu membalas "Iya" dan mematikan telepon. Malam itu terasa aneh bagi Melina karena Ia baru saja pulang kencan dengan Pak Erick. Beliau membelikan gaun untuk Melina yang harus Ia simpan baik-baik supaya waktu Bunga datang, Ia tak melihatnya.

"Sudah sebulan aja libur." ujar Melina lalu Ia tidur.

1
Tina
Jangan macam² ya erick, gw sentil ginjal lo nanti 🙄
Tina
paham rasanya jadi melina, energi terkuras karena frekuensi mereka tak sama 😌
Tina
ckckck erick, bisaan milih gaun kyak gitu.. apa maksudmu??🙄
Greta Ela🦋🌺: Author juga ga tau kak🤭
total 1 replies
Tina
so sweet banget kamu pak 😄
Tina
aku penggemar cowok gepeng, dan ini asli guanteng 😊
Atelier
jangan Erick!
Alexander BoniSamudra
jadi penasaran perbandingan harga makanan kantin SMA sama kantin Kampus 🤔
Greta Ela🦋🌺: Namanya juga anak kuliahan🤭
total 3 replies
Alexander BoniSamudra
Dosen : diluar perkiraan BMKG 😑
Alexander BoniSamudra
jadi keingat pas ujian praktek SMA😭😭😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
keknya pak Erick bentar lagi khilap deh😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
saingan baru ahay 😂😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kasian aaaaa seneng kali ya🤣🤣🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh beneran pak Erick lebih ganteng dari devano😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤: balik lagi dukung pak Erick ah🤣
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
panas gak tuuhh😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
iyess satu kelompok 🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kira kira pilih devano atau lak Erick nihh pemirsa wkwkwk
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh siapa ya... penisirin
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
otaknya mulai traveling niih🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
Jan galak galak ah pak ntar cepet tua😭🤣
'*·舞~ł₲₦₳₴₮Ɽ₳ ~舞*
Giliran di tanya melina jawab tidak ada, takut aja tiba - tiba giliran pak erick melemparkan pertanyaan di luar nalar 😭.. biasanya guru suka kyk gitu.
Greta Ela🦋🌺: Hehe engga kok ka😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!