NovelToon NovelToon
Berondongku Suamiku

Berondongku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Ibu Tiri
Popularitas:60.5k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Kirana harus menerima kenyataan bahwa calon suaminya meninggalkannya dua minggu sebelum pernikahan dan memilih menikah dengan adik tirinya.

Kalut dengan semua rencana pernikahan yang telah rampung, Kirana nekat menjadikan, Samudera, pembalap jalanan yang ternyata mahasiswanya sebagai suami pengganti.

Pernikahan dilakukan dengan syarat tak ada kontak fisik dan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Bagaimana jadinya jika pada akhirnya mereka memiliki perasaan, apakah akan tetap berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Enam Belas

Suasana ruang tamu yang tadi masih hangat seketika berubah tegang. Samudera berdiri mematung di depan kedua orang tuanya, helm masih di tangan, napasnya terdengar jelas karena ia baru saja masuk rumah. Papi Dipta masih menatapnya penuh tanda tanya, sementara Mami Vania menyipitkan mata, menunggu jawaban sang putra.

“Siapa perempuan itu?” ulang Papi dengan nada lebih pelan, tapi justru terasa semakin serius.

Samudera akhirnya menghembuskan napas keras. “Namanya Kirana.”

Papi dan Mami saling lirik. Nama itu terdengar akrab.

“Dia kerja di administrasi kampus,” sambung Samudera lagi.

Papi mengangkat alis. “Administrasi kampus kita?” Sam mengangguk.

“Hmm .…” Papi berdeham. “Papi rasa kenal. Anak itu sangat rajin bekerja. Yang sering bantu revisi laporan-laporan dosen itu'kan?”

Samudera mengangkat bahu. “Nggak tahu juga. Aku baru kenal dia, Pi.”

Mami mencondongkan tubuh. “Kamu masih sangat muda, Sam. Apa kamu yakin bisa tanggung jawab kalau menikah? Kamu ini kadang pulang jam dua pagi, kadang hilang tiga hari, kadang motor kamu diseret pulang polisi! Mami takut kamu nanti mempermainkan wanita.”

Samudera memutar bola mata sedikit. “Mi … walau aku masih muda, aku nggak main-main.”

“Tapi kamu mau menikah diam-diam?” sergah Mami.

“Nggak diam-diam. Papi dan Mami sudah tau sekarang.” Samudera menunjuk mereka dua-duanya dengan helm. “Dan lagi pula, ini cuma nikah kontrak.”

Ruangan langsung hening sepersekian detik sebelum Mami dan Papi hampir bersamaan berkata, “Apa?!”

Samudera mengangguk sekali dengan tenang. “Kontrak. Enam bulan. Nggak pakai sentuhan. Habis itu selesai.”

Papi menegakkan badan. “Samudera! Kamu pikir menikah itu apa? Sewa kos?”

Samudera menghela napas panjang. Ia tahu dua hal, pertama, orang tuanya akan marah. Kedua, ia harus tetap bercerita biar semuanya jelas.

“Aku hampir nabrak dia,” ujar Samudera perlahan. “Hari itu aku buru-buru, terus dia nyebrang tanpa lihat kanan-kiri.” Mami dan Papi terdiam. Mencoba mendengar penjelasan dari sang putra.

“Aku berhenti pas jarak tinggal sekian centimeter.” Samudera menunjukkan jarinya. “Dia panik, aku panik. Dia minta SIM. Ya aku nggak bisa kasih karena ya, Mami tahan SIM-ku.”

Mami Vania langsung refleks mengangkat tangan. “Itu salah kamu sendiri! Kamu balapan! Kamu di panggil polisi ke rumah! Kamu bikin malu keluarga! Makanya Mami tahan!”

Samudera melanjutkan, tak peduli. “Karena aku nggak bisa nunjukin SIM, dia bilang mau laporin ke polisi. Aku bilang jangan karena aku mau balap. Lalu ia tiba-tiba bilang … kalau aku mau jadi pengantin pengganti dia, laporannya dibatalin.”

Papi menatap Samudera lama. “Pengantin pengganti?”

Sam mengingat scene itu dan mengangguk pelan. “Iya. Dia butuh calon suami. Secara cepat. Buat nutupin aib yang sebenarnya bukan salah dia.”

Mami masih bengong. “Dan kamu setuju begitu saja?”

“Dia mau menikah dengan syarat tanpa kontak fisik.” Sam mengangkat tangan seakan menyerah. “Dan cuma enam bulan. Setelah itu cerai baik-baik. Urusannya selesai.”

Papi dan Mami kembali saling pandang. Keduanya tidak bicara hampir satu menit penuh. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar.

Sam mulai melangkah mundur, hendak naik ke kamar. “Udah ya. Aku capek. Aku ke atas dulu.”

Ia pun pergi menaiki tangga tanpa menunggu izin. Lalu suara pintu kamarnya terdengar tertutup.

Ruang tamu hening. Papi Dipta duduk di sofa besar, mengusap wajah dengan tangan. Mami Vania berdiri diam di tempat, menatap tangga dengan tatapan sulit ditebak.

Papi akhirnya bersuara pertama. “Gimana kalau kita batalkan saja pernikahan ini?”

Mami langsung menoleh cepat. “Hah? Batalkan?”

Papi mengangguk mantap. “Iya. Kasihan gadis itu nanti kalau menikah dengan Samudera. Anak kita itu .…” Ia menghela napas dalam, “Belum dewasa. Masih anak-anak. Suasana hatinya suka berubah. Kalau ada masalah sedikit, dia kabur. Kalau lagi bosan, dia hilang. Kamu yakin dia bisa tanggung jawab?”

Mami tak langsung membantah. Ia memikirkan kata-kata suaminya. Tapi beberapa detik kemudian, ia menarik napas pelan.

“Justru itu, Pi.”

Papi melotot. “Justru itu apanya?”

“Justru karena Sam seperti itu, dia butuh perempuan seperti Kirana.”

Papi mengerutkan dahi. “Loh, kok kebalik? Gadis itu yang perlu kasihan!”

Mami duduk di samping Papi lalu berkata dengan nada tenang namun tegas. “Pi, selama ini kita yang selalu memaklumi Sam. Kita selalu bilang ‘dia masih muda,’ ‘dia masih labil,’ ‘dia akan berubah nanti.’ Tapi kapan? Sam itu butuh sesuatu atau seseorang yang membuat dia berhenti seenaknya sendiri.”

“Kirana itu gadis baik,” lanjut Mami. “Tidak neko-neko, sopan, pintar. Cara jalannya saja halus. Papi ingat dia waktu acara wisuda tahun lalu? Yang bantu koordinasi tamu undangan? Orangnya teratur. Santun. Papi sendiri bilang suka lihat dia.”

Papi memalingkan muka ke arah lain. “Ya suka karena pekerjaannya rapi, bukan suka untuk jadi menantu.”

Mami mencondongkan tubuh, suaranya sedikit lebih lembut. “Sam itu keras kepala, Pi. Tapi kalau sama perempuan, dia justru … lumayan jinak.”

Papi hampir tersedak. “Jinak??”

“Ya maksud Mami, dia lumayan nurut,” jelas Mami sambil memutar mata. “Dan Mami lihat dari cerita Sam tadi, dia benar-benar menghargai Kirana. Lihat saja dia ke toko perhiasan. Anak itu kalau sama kita suka bilang ‘mahal, gak usah,’ tapi sama Kirana, dia nggak ragu beli cincin.”

Papi berpikir. Mami sebenarnya punya poin. Tapi wajahnya tetap penuh keraguan.

“Kita nggak tahu latar belakang gadis itu,” gumam Papi lagi.

Mami menggeleng. “Kita tahu cukup. Dan sisanya bisa kita cari tahu pelan-pelan.”

Papi masih belum yakin. “Tapi, kalau pernikahannya cuma enam bulan, buat apa didorong-dorong?”

Mami tersenyum kecil. “Sekarang cuma enam bulan. Tapi kita lihat nanti.”

“Vania, kamu ini .…”

“Pi,” potong Mami dengan nada serius, “kalau Sam menikah, dia akan sadar kalau tanggung jawab itu nyata. Dia tak bisa hilang seenaknya. Dia tak bisa mabuk atau balapan sampai pagi. Ada perempuan yang dia harus jaga.”

Papi diam. Merenungi ucapan sang istri.

“Dan siapa tahu,” sambung Mami lagi, “Kirana bisa membuat Sam berubah jadi lebih baik.”

Beberapa detik berlalu. Papi akhirnya menghela napas panjang. “Aku tetap takut dia akan melukai hati gadis itu.”

Mami menepuk tangan Papi. “Makanya kita bantu dari belakang. Kita pastikan mereka menikah dengan baik, dengan restu. Tidak dibiarkan begitu saja.”

Papi memandang istrinya lama. “Bantu bagaimana?”

Mami tersenyum, kini matanya berbinar dengan ide-ide yang sedang tumbuh. “Kita buat pesta.”

Papi hampir meloncat dari sofa. “Pesta?!”

“Ya, pesta pernikahan. Yang layak. Yang pantas. Biar keluarga Kirana tahu kalau anak mereka tidak menikah dengan sembarang orang. Biar gadis itu merasa dihargai.”

“Samudera pasti ngamuk.”

“Nah,” Mami menaikkan satu alis, “makanya pesta ini jangan sampai dia tahu.”

Papi menatap Mami lama sekali, seolah ingin memastikan istrinya masih waras.

Akhirnya ia menghembuskan napas. “Vania … kamu serius?”

“Serius, Pi.”

“Kita bikin pesta diam-diam?”

“Ya.”

“Tanpa Sam tahu?”

“Ya.”

“Dan dia baru tahu pas hari H?”

“Betul.”

Papi menggenggam kepalanya. “Ini … ide paling gila yang pernah aku dengar.”

Mami tersenyum puas. “Tapi biasanya Papi suka ide gila Mami.”

Papi menatap istrinya, bibirnya akhirnya terangkat sedikit. “Iya sih.”

Mami bangkit berdiri, semangatnya langsung bangun seperti lampu tiba-tiba menyala. “Besok kita mulai cari vendor. Dekorasi. Catering. Pelaminan. Undangan keluarga dekat. Semua harus rapi.”

Papi menatap Mami yang sudah mondar-mandir seperti komandan perang. “Vania, kita belum kenal dekat gadisnya.”

Mami menoleh sambil menunjuk Papi dengan telunjuk. “Pi, kalau kita tidak bantu arahkan Sam, anak itu akan menikah seperti dia hidup sembarangan. Sekarang dia ketemu gadis baik. Kita harus jaga.”

Papi menghela napas, lalu berkata setengah menggerutu, “Yah, kalau kamu sudah sampai fase ‘kita harus jaga,’ tandanya aku nggak bisa menang dari kamu.”

Mami tertawa kecil. “Dari dulu memang nggak pernah menang.”

Papi ikut tersenyum, meski lelah. “Baik. Kita coba jalankan. Tapi pelan-pelan, ya. Jangan terlalu heboh.”

“Hehe … lihat saja nanti.”

Papi langsung mencurigai nada itu. “Van. Jangan terlalu besar pestanya.”

Mami memejam mata, menangkup tangan seolah berdoa. “Tentu, Pi.” Namun, dalam hatinya mami Vania berpikir pesta harus mewah, meriah dan megah.

Pokoknya pesta yang membuat Kirana merasa dihargai sebagai menantu dan membuat Samudera malu sendiri karena dia pikir pernikahannya cuma formalitas enam bulan.

Papi Dipta berdiri sambil merapikan kemeja. “Aku mau tidur.”

Mami memeluk lengannya sambil berjalan beriringan. “Besok kita cari wedding organizer ya.”

"Terserah kamu saja, Vania." Papi nampak pasrah, karena membantah kata Mami sama saja cari perkara.

1
Taslim Rustanto
astagaaa... bakalan seru nih penganten baru.. kira"ada adegan selanjutnya ga ya..😄😄😄
shenina
ekhem..🤭🤭
Linfaurais
Disangka mama vania si sam mau bikin cucu
Eka ELissa
perkara drama kepleset....jadi ke gep deh ...🤣🤣🤣🤣🤣🤭
Faiz Pendar
ternyata ada untung nya juga notif nya telat jadi bisa sekalian nabung bab🤭

ditunggu lanjutannya
Fitria Syafei
Wow mereka mama semoga ya mereka selalu bersama dan bersatu 🤲 mama cantik kereeen 😍😍
vj'z tri
author ngelawak 🤣🤣🤣🤣 semut say hi🤣🤣🤣🤣🤣
Rahma
maaam aq nunggu2 tisa sm Irfan shock tau pesta pernikahan Kirana mewah dan pernikahan mereka sepi ko blm muncul lg Irfan sm Tissa
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
🤣🤣🤣🤣🤣
Alona Luna
🤣🤣🤣 ngakak bangettt
Tiara Bella
Kirana hobi bngt sh jatoh....wkwkkwkw ..tp lucu
Radya Arynda
ya alloh ikut bahagia melihat mereka....mama reni memang the best🫶🫶🫶🫶🫶
Teh Euis Tea
hahaha ketahuan sm mami vania di kira mau enyak enyak tuh si sam sm kiran
mami pikirannya udah menjurus kesana🤭
Dew666
💎🍭🍎
partini
❤️❤️❤️❤️👍👍👍👍
Fitra Sari
makasih KK doubel up nya ..ditunggu next nya
Arw
kalian berdua ...tanda2 jodoh kuat banget...😍
Teh Euis Tea
kirana sm samudra beda berapa tahun thor?
Radya Arynda
semangaaaat, semogah cepet pada bucin kalian🫶🫶🫶🫶🫶
Yessi Kalila
ciiee... cieee.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!