NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:701
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Pertengkaran

   "Hei!" Pria itu memekik sampai berdiri.

   Dan ketika itulah tangan Humaira menampa® wajah pria itu hingga berpaling. Bukan sekali, tapi beberapa kali bunyi tampa®an itu terdengar keras sampai membuat penonton syok, termasuk Indira yang tak menduga.

   Nasnya pria itu menangkap tangan Humaira, membuat Humaira kembali sadar akan luapan emosinya sesaat.

   Wajah Farel mengeras, dan ia segera mendekat.

   "Sial@n!" Pria mengangkat tangan kanan tinggi-tinggi dan hendak membalas, tapi Humaira lebih dulu menampa®nya menggunakan tangan kiri, membuat tampa®an itu meleset.

   "Kurang ajar!" pekik pria itu dan ingin mencoba melakukan pukulan lagi, namun kali ini tangannya ditahan Farel.

   "Anda yang kurang ajar! Bagaimana bisa Anda menonton dan mengeraskan suara video di khalayak ramai, terlebih lagi di tempat ada anak-anaknya?" tanya Humaira dengan nada tinggi juga.

"Iya, enggak tau malu!" sahut pelanggan.

"Enggak ada otak!"

   "Aku tidak a-aw. Sakit, sakit," ringis pria itu.

   Farel meremukkan pergelangan tangan pria itu, dan pria itu pun mengaduh kesakitan. "Tolong gendong Rifqa, Maira."

   "Ah, iya." Humaira memutari badan Farel dan meraih Rifqa ke dalam gendongannya. Untunglah anak kecil ini tidak drama saat papa bersikap seperti tadi, dan mau menerima di gendong olehnya.

   Humaira menjaga jarak dari Farel.

   Farel memelintir tangan pria itu menjadi ke belakang punggung, dan pria itu memekik kesakitan. "Aku tidak percaya ada orang setidak tahu malunya seperti Anda. Menonton film po®no dan memberitahunya juga pada orang-orang? Anda benar-benar memalukan?"

   Anehnya, pria itu sempat-sempatnya tertawa. "Benarkah? Seberapa memalukan dengan orang yang menikahi perempuan lain, disaat orang itu telah merenggut kehidupan perempuan yang mencintainya?"

   Kening Farel mengkerut, kebingungan atas perkataan pria itu. Namun yang lebih mengejutkan datang dari balik punggungnya. Farel menoleh mendengar gebrakan meja dari seorang perempuan yang duduk di dekat jendela.

   Seolah sadar atas perbuatan sembrononya, wanita itu jadi berubah canggung. Apalagi semua mata yang menatapnya. "Eh, anu Aku. A-aku pergi dulu."

   Indira mengambil tas selempangnya dan melangkah keluar toko.

   Farel memicing mata. Bertanya-tanya bagaimana wanita itu terasa familiar dengan sosok yang di kenalnya.

   "Kalian silahkan gebukin dia." Farel menyentak tangan pria itu dan membuat pria itu terhempas di lantai.

   Farel mengejar wanita itu, sementara para pelanggan menuruti perkataan Farel. Humaira menutup mata Rifqa, walau matanya mengikuti pergerakan Farel lewat dinding kaca toko yang mengejar wanita tadi dan memegang lengannya.

   Mereka berdebat.

   Humaira menunduk, tapi pikirannya terlanjur menerka siapa sosok wanita tersebut. Maka dari itu, Humaira membawa Rifqa ke dapur agar tidak melihat pertengkaran orang tuanya, dan membiarkan pria tadi dipukul sepuas hati oleh pelanggan laki-laki dan perempuan.

   Farel berhasil meraih lengan perempuan itu, lalu menariknya agar tubuh itu berbalik. Seketika Farel tersenyum miring dan melepas tangannya.

   "Sudah kuduga itu Kamu. Kamu mematai-matai Humaira atau aku? Apa perbuatan pria tadi juga ulahmu?"

   "Rupanya maskerku tak mampu menutupi sebagian wajahku." Indira melepas masker dan mengibas rambutnya. "Memangnya kenapa? Kamu berselingkuh di belakangku, Farel!"

   "Apa maksudmu berselingkuh? Aku tidak melakukan hal lebih selain membayar kue dan percakapan sebentar antar teman yang saling menanyakan kabar?" sanggah Farel tidak terima. Sekalipun pernikahan mereka bukan atas dasar keinginannya, tak pernah sekalipun Farel berpikir untuk selingkuh, mencari tau tentang Humaira pun tidak.

   "Ya, percakapan hangat yang denganku sebagai istri kamu saja Kamu tidak pernah melakukannya!" pekik Indira.

   "Heh." Farel memalingkan wajahnya sesaat, tak habis pikir pada kecemburuan Indira. "Baiklah, kalau percakapan hangat itu Kamu anggap perselingkuhan. Bagaimanapun juga Kamu tau bahwa perempuan yang kucintai adalah Humaira."

   "Ka-kamu mengakuinya, Kamu me-mengakui Kamu mencintai perempuan lain." Indira syok dan menggepal kedua tangannya.

   "Jangan berlagak seperti baru mendengarnya, bukankah sudah Aku beritahukan hal itu saat masih SMA, bahkan saat kuliah Aku sering menyinggungnya? Dan Kamu tau...." Farel melangkah mendekat.

   Dan Indira yang ketakutan pada ekspresi Farel pun reflek mundur.

   "Perasaanku pada Humaira nggak pernah berubah sampai sekarang." Farel membalikkan badan dan kembali masuk ke dalam toko.

   Napas Indira terengah-engah dan dadanya naik turun, dan dalam sekejap tubuhnya ambruk di tanah. Hatinya sakit mendengar pengakuan Farel untuk kesekian kalinya.

Farel menelpon seseorang. "Fredrik, datang ke tempatku sekarang, dan bawa pria yang digebukin orang-orang."

Tanpa menunggu jawaban, Farel mematikan ponselnya. Farel membuka aplikasi hijau dan mengkirim alamat keberadaan pada asistennya lewat chat.

Farel mengambil ponsel yang dibanting Humaira, dan memasukkannya ke dalam saku celana.

Tidak ada lagi pukulan, karena pria itu telah pingsan. Farel berkata, "Terima kasih atas apresiasi kalian. Setelah ini, biar Saya yang urus."

Para pelanggan mengangguk, dan kembali ke meja masing-masing melanjutkan makan.

Farel pergi ke belakang untuk mengambil Rifqa, tapi kakinya berhenti di pintu dapur. Ia melihat Humaira berdiri dengan Rifqa di letakkan di atas meja bulat.

"Mama sama Papa bertengkar karena Papa ke sini?" tanya Rifqa setelah mendengar kata-kata Humaira. Gadis kecil itu menunduk dan tidak lagi nafsu memakan roti yang ada di tangannya.

"Iya, makanya Rifqa jangan ajak Papa ke sini lagi," tutur Humaira tersenyum sendu. Saat ini ia sedang melakukan perbuatan keji, yaitu mencuci otak Rifqa agar berjalan sesuai keinginannya.

Farel yang mendengar merasakan sakit di ulu hati. Farel mengerti Humaira tidak ingin bertemu dengannya, tapi mendengar dan merasakan penolakan beberapa kali tetap terasa menyakitkan.

"Tapi Papa udah dua hari jemput Rifqa dan ajak Rifqa ke sini, Papa kelihatan senang," ungkap Rifqa, dan itu membingungkan Humaira.

"Papa jarang ada di rumah, dan setiap pulang Papa selalu bertengkar sama Mama. Makanya kalau Papa, Papa langsung ke kamar dan nggak temuin Rifqa," aku Rifqa menatap pada roti yang dipegangnya.

Hati Humaira seketika ngilu mendengar perkataan Rifqa. Seperti inikah perasaan anak dari orang tuanya yang tidak akur.

Tapi kenapa seperti ini, bukankah Farel dan Indira menikah karena cinta? Apa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka?

Farel pun menunduk, dadanya tertohok mendengar pengakuan putrinya. Selama ini ia memang jarang pulang ke rumah, dan jarang menghabiskan waktu bersama anak perempuannya itu.

Bukan karena tidak perhatian, dia sayang pada Rifqa. Hanya saja ia tidak mampu memberikan kasih sayang seperti orang tua pada umumnya, mungkin disebabkan adanya Rifqa bukanlah keinginannya melainkan kesalahan yang diperbuatnya di masa lalu.

"Maafkan Papa, Rifqa." Ujung mata Farel berair, dan Farel segera menghapusnya.

Humaira memeluk Rifqa dan mengusap punggungnya. Menyesal mencoba melarang Farel mendatanginya melalui anak yang sedang bisa diajak jalan oleh papanya.

Dan saat itulah mata Humaira bersitatap dengan Farel.

...🌾🌾🌾🌾...

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!