Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 Berkunjung Ke Desa
Perjalanan dari metropolis ke Desa Harapan dilakukan dengan SUV hitam yang lebih sederhana, sebuah upaya Nicholas untuk tidak menarik perhatian berlebihan, meskipun aura bahaya tetap menguar dari mobil itu Rania duduk di kursi belakang bersama Nicholas. Nicholas tampak lelah, tetapi matanya penuh kewaspadaan. Marco menyetir, dan Gio duduk di depan
Rania merasa gelisah, tetapi bahagia. Ini adalah jalan yang ia rindukan.
"Terima kasih, Nicholas". bisik Rania.
"Jangan buang kata kata itu," balas Nicholas, suaranya dingin.
"Aku melakukan ini karena kau memintanya, dan kau milikku. Ini adalah ujian bagi cintamu"
Nicholas mendekat, meraih tangan Rania, dan memasangkan cincin berlian sederhana, tetapi mahal, di jari manisnya.
"Untuk semua orang di desa itu, kau adalah tunanganku, " perintah Nicholas.
"Kau harus mempertahankan kebohongan itu. Siapa pun yang mencoba mendekatimu, kau tunjukkan cincin ini. Jika ada yang meragukan
kepemilikanku, aku tidak akan segan segan menunjukkan siapa aku, di depan orang tuamu. kau mengerti?".
Rania mengangguk. Dia tahu, dia membawa bukan kekasih, melainkan seekor predator ke sarang lamanya.
Saat SUV hitam itu memasuki batas Desa Harapan, Rania merasakan udara segar dan aroma tanah basah, kontras dengan udara steril di mansion.
Mereka berhenti di depan rumah kayu sederhana orang tuanya.
Rania melompat keluar, berlari mendahului Nicholas.
"Ayah! Ibu!". Teriak Rania
Kedua orang tuanya muncul di ambang pintu. Mereka terkejut melihat Rania yang kini bertransformasi gaun mahal, rambut terpoles, dan perhiasan berkilauan. Rania terlihat seperti orang asing, tetapi mata ibu Rania berlinang air mata.
"Rania! Kau baik baik saja? Kami sangat khawatir!" ibu Rania memeluknya erat erat.
Ayah Rania menatap dingin ke arah Nicholas Alistair yang keluar dari mobil.
Nicholas, meskipun berpakaian kasual mahal, tetap memancarkan dominasi yang mengancam.
"Selamat siang, " sapa Nicholas sopan.
"Saya Nicholas Alistair.Saya tunangan Rania."
Ayah Rania mengepalkan tangan.
"Tunangan? Apa maksudnya ini, Rania?"
Rania memegang tangan Nicholas, terpaksa tersenyum.
"Ayah, Ibu. Nicholas... dia menyelamatkanku. Kami datang untuk memastikan kalian baik baik saja."
Tepat saat ketegangan mencapai puncaknya, dari balik pohon kelapa di ujung jalan, muncul seorang pemuda. Arif.
Arif, pemuda desa yang sederhana, kuat, dan lugu, membawa tas berisi hasil panen. Dia berhenti melihat Rania. Rania yang berubah, berdiri di samping pria asing yang terlihat berbahaya.
"Rania?" panggil Arif, suaranya penuh kerinduan. Dia menjatuhkan tasnya dan berlari menghampiri.
"Arif!" seru Rania, naluriah merasa bersalah
Arif tidak peduli pada Nicholas. Dia hanya melihat Rania. Dia segera meraih tangan Rania (yang tidak dipegang Nicholas) dan memegangnya erat.
"Kau kembali! Aku sudah mencarimu! Aku sudah bilang pada Ayahmu, aku akan menikahimu, Rania! Kau baik-baik saja, kan? Aku sangat khawatir!".
Arif memegang tangan Rania dengan kehangatan dan ketulusan yang murni, menatap matanya dengan cinta polos tanpa pamrih. Cinta yang datang tanpa tuntutan atau ancaman.
Melihat pemandangan itu, Nicholas Alistair, Sang Don yang selalu tenang, kini terbakar api cemburu yang belum pernah ia rasakan. Dia bisa
menembak musuh mafia, tapi dia tidak bisa melawan cinta tulus seorang pemuda. Arif mewakili kehidupan yang seharusnya dimilki Rania, dan itu memicu kemarahan Nicholas
Arif akhirnya mendongak, merasakan aura dingin yang menusuk.
"Siapa kau?" tanya Arif, protektif.
Nicholas tidak menjawab Arif. Dia menarik tangan Rania dari genggaman Arif dengan kekuatan yang tersembunyi. Dia mendekatkan Rania ke tubuhnya.
"Dia wanitaku, " bisik Nicholas, suaranya rendah dan penuh ancaman, tidak hanya untuk Arif, tetapi juga untuk Rania.
Arif tidak gentar.
"Kau bukan orang sini. Aku yang mencintai Rania sejak dulu!"
Nicholas menunduk, berbisik di telinga Rania, penuh ancaman dingin:
"Pilih kata katamu, Rania. Atau aku akan pastikan dia menghilang sebelum
matahari terbenam."
Rania merasakan cengkeraman Nicholas yang kuat. Dia harus memilih: menenangkan cemburu Sang Don, atau melindungi Arif dan melanggar perintah. Rania tahu, dia harus menyelamatkan Arif dan membuktikan kesetiaannya pada Nicholas.
"Arif, " kata Rania, suaranya lembut tapi tegas.
"Aku menghargai perasaanmu. Tapi aku sudah menjadi tunangan Nicholas". Dia mengangkat tangan kirinya, menunjukkan cincin berlian yang
berkilauan.
Arif menatap cincin itu, lalu menatap Nicholas. Hatinya hancur.
"Rania...". Ayah Rania melangkah maju, meraih bahu Arif.
"Sudah Arif. Itu urusan Rania." Ayah Rania menatap Nicholas dengan penuh curiga.
"Apa yang kau inginkan dari desa kami, Tuan Alistair? Kau mendapatkan Rania. Cukup "
Pertanyaan Ayah Rania, yang mengarah pada sengketa tanah lama, seger mengalihkan fokus Nicholas dari kemarahan cemburunya ke bisnis yang sebenarnya. Matanya menjadi dingin dan fokus.
"Saya di sini untuk memastikan tunangan saya bahagia, Pak,".kata Nicholas, menggunakan kata tunangan untuk pertama kalinya.
"Dan untuk mengurus beberapa detail properti lama yang dulu menjadi target saya."
Ayah Rania mengerutkan kening.
"Desa kami tidak akan pindah "
Nicholas tersenyum tipis, senyum yang mengerikan. Dia menatap Ayah Rania, lalu melirik ke sekitar desa yang asri.
"Ya, saya tahu, Pak. Tapi Operasi Shadow Harvest sedang menunggu, " kata Nicholas.
"Dan tunangan saya harus memastikan dia kembali ke saya dengan selamat."
Nicholas berbalik, melepaskan Rania, dan memberi isyarat kepada Marco dan Gio.
"Marco, Gio. Tinggalkan mobil. Kita akan melihat lihat desa ini.
Aku ingin tahu persis apa yang aku tukar dengan Rania."
Nicholas sengaja meninggalkan Rania sendirian. Dia ingin Rania menghadapi konsekuensi keputusannya.
Rania ditinggalkan dalam dilema: Dia mencintai Nicholas yang posesif tetapi dia tahu pria itu baru saja mengancam masa lalu dan desanya dengan kata kata dingin: "Shadow Harvest sedang menunggu."