Seberapa tega orang tua kamu?
Mereka tega bersikap tak adil padaku namun segala macam kepunyaan orang tuaku diberikan kepada adikku. Memang hidup terlalu berat dan kejam bagi anak yang diabaikan oleh orang tuanya, tapi Nou, tak menyerah begitu saja. Ia lebih baik pergi dari rumah untuk menjaga kewarasannya menghadapi adik yang problematik.
Bagaimana kisah perjuangan hidup Nou, ikuti kisahnya dalam cerita ini.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SADAR DIRI
Nou tak mau ambil pusing lagi, meski dia dilapori oleh sang ibu dan sepupunya tentang Iin, Nou hanya jawab ya udah, dia sudah dewasa. Dia sudah capek menasehati agar otak Iin terbuka. Bukan ranah Nou yang terus menasehati, ada ibu dan suaminya yang berhak menasehati daripada Nou.
Ternyata tak memikirkan kehidupan sang adik lebih bermanfaat pada kehidupan Nou. Pikirannya sekarang tertuju pada pekerjaan dan pengembangan life skill yang ia dapat saat mengikuti pelatihan maupun via ytb motivator. Ada satu kata bijak yang masuk logika Nou, bahwasannya tidak ada orang kaya dan sukses dengan jalur karyawan. Bahkan Nabi Muhammad saja berdagang. Nou pun berpikir untuk ikut jualan saja, hanya saja ia tak serta merta melepas pekerjaannya sekarang.
Nou mulai ikut ecourse tentang memanfaatkan media sosial sebagai media penghasil cuan. Ia mulai membiasakan video untuk review makanan ala budak corporate.
10 ribu di tangan budak corporate, dapat apa? begitu hook yang ia pakai untuk tiap videonya.
Nou menggunakan tripod dan meletakkannya di belakang kursi kerjanya, dia akan membangun akun faceless jadi cukup merekam uang 10 ribu dan jajanan yang ia makan tiap hari. Setiap hari ia akan upload minimal 3 video dengan sistem menabung konten. Setidaknya ia punya 21 video untuk satu minggu dengan latar belakang tempat kerjanya.
Awalnya para teman julid, ngapai. Sih pakai rekam segala, memang minggu pertama views dan interaksi belum begitu menyakinkan, namun Nou tak menyerah, namanya membangun branding tak semudah membalikkan telapak tangan bukan, harus sabar dan konsisten. Ia terus mengupload hingga pada minggu ke-4, ia di DM sebuah brand untuk review produk basreng jeruk purut. Kerja sama itu, Aluna diminta untuk review produk, dan dikirim 10 bungkus basreng dengan berbagai varian produk. Untuk awal Nou tidak memasang tarif, dikirim produk saja dia sudah bersyukur, tanpa meminta juga. Cuma dua kali upload saja tak masalah. Sebagai permulaan akunnya dilirik.
"Enak juga nih basreng," bukan hanya Nou yang kecipratan rezeki, tapi teman kantornya jadi suka nimbrung di meja kerja Nou, karena toples basreng selalu penuh. "Beli dong, No'!" satu customer mulai tertarik, Nou pun menghubungi pihak basreng, berniat reseller, maka Nou harus mengambil uang tabungan untuk menjadi reseller basreng, minimal orderan sejumlah 300ribu untuk mendapatkan harga reseller. Gas lah, Nou pun menjadi reseller basreng tersebut. Ia juga membeli rak kecil untuk dijadikan stok di kamar kosnya.
Penjualan pun tak langsung banyak, kadang sehari satu, kadang juga sama sekali gak ada yang beli, namun Nou tetap promosi dan tetap membuat konten seperti sebelumnya. Begitu akun Nou sudah mencapai 600 followers, sudah muncul keranjang kuning juga, Nou semakin gencar membuat konten. Ia sudah ketagihan, sudah terlanjut masuk dunia jualan online harus ditekuni. Ia tidak bisa mengandalkan gaji budak corporate, mulai sekarang harus ada side income, dengan kondisi perekonomian Indonesia yang begitu labil. Tak selamanya juga ia menjadi wanita kantoran, so persiapkan diri mulai dari sekarang.
"Mbak, Iin hamil!" lapor Ibu di sela-sela tukar kabar dengan si sulung.
"Alhamdulillah, punya cucu nih," jawab Nou seperti biasa, datar. Ia sudah tak mau berlebihan menanggapi kehidupan sang adik.
"Pasti ibu yang repot sih, Mbak. Iin mana mau susah."
"Ya Iin gak mau susah juga karena sikap ibu juga. Coba kalau Ibu menurut saran Nou, Iin pasti bisa mandiri."
"Kamu belum merasakan jadi ibu, Nou. Melihat anak yang belum dewasa pasti naluri ibu main untuk membantu."
"Nou nanti gak mau kayak gitu, Bu. Anak Nou, bakal Nou ajarkan mandiri sejak kecil. Kita tidak tahu menemani anak sampai kapan. Kalau anak-anak tidak mandiri, dia harus bergantung sama siapa." Beginilah Nou sebagai anak pertama perempuan, meski ucapannya nyelekit pada sang ibu, bukan untuk durhaka tapi memikirkan kebaikan semua.
Nyatanya benar kan, begitu ada acara 4 bulanan, Ibu bilang kalau biaya acara sepenuhnya ditanggung ibu, suami Iin hanya memberi 500ribu. Ibu laporan ke Nou, tapi Nou gak berniat menyumbang, ia hanya membelikan telor asin sebagai tambahan dalam berkat nasinya. 300ribu dibelikan telor asin dan minta diantar ke rumah. Nou juga harus tega, gak semua acara Iin wajib dia tanggung. Ia akan memberikan sepantasnya saja.
Begitu juga dengan acara 7 bulanan, kembali ibu telepon dan melapor soal rumah tangga sang adik. Ditambah sang suami disuruh keluar kerja oleh Iin karena mau dipindah ke minimarket luar kota. Ditambah sepeda motor si suami diminta Iin untuk menjual sebagai persiapan untuk lahiran. Suami Iin mencari kerja di toko bangunan dengan memakai sepeda motor milik Ibu.
Nou hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan sang adik dan suami yang tak malu hidup menumpang begitu sama ibu. Harga diri laki-laki di mana kok mau pakai harta ibu mertuanya. Ah sudahlah ibu juga mengizinkan. Sedangkan Nou jauh-jauh merantau dibarengi dengan menjadi konten kreator dan affiliator agar punya tabungan sebelum menikah.
Memang ya sekandung dan cara mendidiknya hampir sama out putnya bisa berbeda. Nou dipikir matang-matang dalam melangkah, sebisa mungkin tak merepotkan ibunya. Sampai rela menghemat sekali di rantauan, sadar diri kalau yang bisa memenuhi kebutuhan adalah dirinya sendiri.
"Gak pulang?" tanya Ardian saat mendengar Nou ditelepon sang ibu bahwa adiknya sudah lahiran.
"Enggak, kirim kado aja!"
"Kenapa?"
"Gak nyaman aja, serumah sama ipar."
"Emang adik kamu gak ada niatan kontrak?"
"Enggak kayaknya. Rumah itu sudah diberikan ke Iin kan sesuai luas tanahnya juga."
"Kalau lo?"
"Cuma tanah doang lah."
Ardian menepuk pundak rekan kerjanya itu. "Sabar ya. Lo pasti bangun rumah sendiri. Perintis pasti punya jalan."
"Siap, Tuan Ardian!"
"Sialan." Keduanya tertawa. "Doa aja biar Pak Wicaksono putus sama pacaranya." Nou mengerutkan dahi. Apa hubungannya dengan Pak Bos? Batin Nou.
"Maksudnya?"
"Dengar-dengar sih, orang tua Pak Wicaksono gak setuju dengan pacar beliau."
"Kenapa? Bukannya cantik banget."
"Cantik sih cantik, tapi pakaiannya sesuatu."
"Emang pakaiannya gimana?"
"Bagian atas ke atas, bagian ke bawah ke bawah," ucap Ardian menggambarkan style baju pacar Pak Bos. Nou cekikikan, wajar sih, laki-laki biasanya kan suka tipe perempuan sexi. "Padahal orang tua Pak Wicaksono tuh suka sama perempuan berjilbab, mamanya Pak Wicak kan ustadzah vibes banget. Kalau ada audisi mantu ikut aja, Nou."
"Bangun Ardian, ini bukan dunia novel dan drama Cina kali, gak ada ceritanya cewek miskin menikah sama pemilik kantor."
"Eits. Jangan salah, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin."
"Gue punya kaca, buat mengukur gue pantas gak jadi istri orang kaya," jawab Nou realistis.
persaingan pengusaha muda vs dokter anak semakin kocak 🤣🤣
weh Weh emang bosmu gendeng cembukur dia
stop udah jangan di kirim lagi keterusan ga mandiri