NovelToon NovelToon
Not Everyday

Not Everyday

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Obsesi / Keluarga / Konflik etika
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gledekzz

Hidup Alya berubah total sejak orang tuanya menjodohkan dia dengan Darly, seorang CEO muda yang hobi pamer. Semua terasa kaku, sampai Adrian muncul dengan motor reotnya, bikin Alya tertawa di saat tidak terduga. Cinta terkadang tidak datang dari yang sempurna, tapi dari yang bikin hari lo tidak biasa.

Itulah Novel ini di judulkan "Not Everyday", karena tidak semua yang kita sangka itu sama yang kita inginkan, terkadang yang kita tidak pikirkan, hal itu yang menjadi pilihan terbaik untuk kita.

next bab👉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi yang gagal fokus

Gue berdiri di depan meja makan, nyodorin piring berisi lemper sama kroket yang udah di siapin Bik Eka. Mama sibuk ngikat kotak parcel berlapis merah muda.

"Alya, tolong antar ini kerumah Tante Rani, ya," katanya santai, kayak nggak sadar Gue udah meringis duluan.

"Ma..." Gue menyeret suara. "Suruh bibik ajalah. Aku lagi ada kerjaan." jangan-jangan ini alibi Mama lagi buat mempertemukan Gue dengan Darly. Males banget ketemu dia.

"Kerjaan apa? Kamu hari inikan libur. Pergi sebentar nggak akan buat kamu menghabiskan waktu. Bibik lagi kepasar, Mama suruh beli barang, banyak yang habis." oceh Mama.

"Kalau gitu, tunggu Bibik balik aja. Aku lagi males ketempat Tante Rani. Panas, Ma."

Mama menatap tajam. "Jangan manja. Lagian cuma nganterin makanan."

Sudah Gue duga, kalau kayak gini, pasti ada si Darly itu. Mau sebanyak alesan juga, Mama nggak pantang mundur buat menjodohkan Gue.

"Ma..."

"Jangan banyak alesan."

Ah, percuma.

"Iya-iya."

Akhirnya Gue berangkat, jalan kaki pelan sambil mikir ribuan cara biar nggak ketemu Darly.

Rumah Tante Rani nggak jauh, paling sepuluh menit sampe. Begitu sampai depan pagar, Gue malah kaget. Bukan Darly yang nongol duluan, tapi sosok lelaki dengan kaos abu-abu, celana dasar hitam, dan tangan sibuk ngelap mobil hitam mengkilap di halaman.

Adrian.

Dari kejauhan aja udah keliatan kalau dia nggak bener-bener serius kerja. Bahunya goyang, kayak lagi bersenandung.

Dan entah kenapa, otak Gue langsung nyeletuk ke momen malam itu lagi. Gue masih inget bayangan lelaki lain yang mirip Adrian. Rapi, dengan tatapan yang sama persis. Tapi mana mungkin? Mana mungkin lelaki yang sekarang berdiri di depan Gue dengan baju kayak begini masuk ke dalam lingkaran restoran bintang lima?

Gue kayaknya bener-bener berhalusinasi. Mungkin aja waktu itu Gue capek, makanya ngerasa liat yang nggak-nggak.

Tapi sekarang liat dia lagi di sini, ada yang nusuk pelan dada Gue lagi. Aneh, tapi bukan rasa suka, jelas bukanlah.

Ah, apaan sih? Kenapa juga Gue ngerasa aneh cuma gara-gara liat lelaki bersihin mobil?

Adrian angkat kepala, langsung senyum jahil. "Eh... Nona Lotion. Kita ketemu lagi. Jangan-jangan lo ngikutin Gue lagi ya?"

"Ngikutin apaan. Gue emang disuruh Mama kesini," Gue nyeletuk cepat, berusaha nggak keliatan kikuk sendiri.

Dia nyender ke mobil, pura-pura ngelus kaca kayak rawat bayi. "Wah, kebetulan banget. Berarti rezeki Gue hari ini ketemu lo lagi. Tuhan emang baik."

Gue males nanggepin, langsung buka pagar. "Minggir deh, Gue mau masuk."

"Eh, tunggu dulu," Adrian nyodorin tangan, kayak satpam jaga. "Tamu harus lapor dulu ke petugas cuci mobil."

Gue melotot. "Lo apaan sih?"

Dia ngakak. "Bercanda, bercanda. Sini Gue bawain." dia buru-buru ambil kotak makanan dari Gue.

"Eh jangan, berat—"

Terlambat. Kontak udah pindah ke tangannya. Dia angkat-angkat kayak lagi pamer dumbbell. "Wih, lumayan nih buat latihan otot. Nona Lotion bawa hantaran segede gaban."

Gue nggak tahan, ketawa kecil. "Dasar lebay."

Dia jalan bareng Gue menuju teras, tapi tiba-tiba berhenti. "Eh, tunggu dulu."

"Apa lagi?"

Dia jongkok di depan Gue. Gue kaget spontan mundur selangkah.

"Sepatu lo ada noda tanah. Gawat banget nih, bisa jadi aib nasional kalau ketahuan majalah fashion," katanya sok serius. Terus dia ambil kain lap bekas ngelap mobil, pura-pura ngebersihi ujung sepatu Gue.

"Adrian! Nggak perlu! Lagian itu untuk lap mobil!" Gue hampir teriak.

"Tenang-tenang. Mobilnya bersih kok. Gue udah uji lab pagi tadi." dia nyengir, matanya penuh nakal.

Gue nggak bisa nahan, ketawa lagi. "Lo tuh ya..."

"Akhirnya ketawa juga." dia berdiri lagi, nyodorin kotak ke Gue. "Tugas Gue selesai. Sekarang Nona Lotion boleh masuk."

Gue ambil kotak itu sambil geleng-geleng kepala. "Kenapa sih lo hobi banget buat drama?"

"Karena hidup tanpa drama tuh hambar," jawabannya santai. "Lo juga keliatan lebih cantik kalau ketawa. Jadi tugas Gue jelas, buat lo ketawa tiap hari."

Gue refleks nahan napas. Bukan karena baper, karena kalimatnya begitu ajaib diucapin dengan wajah super santai. Dia kayak nggak mikir panjang, padahal buat kuping Gue panas.

"Lo kok bisa jadi supir Tante Rani? Bukannya kemarin kayak... tukang bengkel, gitu?" untung sempet Gue alihi topik.

Dia cengar-cengir. "Sopir itu cuma sampingan. Profesi utama Gue kan tukang tambal sendal internasional."

Gue keinget sendal jepit Gue yang sempet dia betulin pake karet gelang. Gue langsung ngakak lagi. "Lo gila. Lo nyindir Gue?"

"Tapi lo suka, kan?" dia nyengir makin lebar.

Gue mau jawab, tapi suara Tante Rani tiba-tiba terdengar dari dalam rumah. "Alya! Itu kamu? Masuk sini, Nak!"

Gue langsung terdiam, kaget, sadar udah cukup lama ngobrol di luar. Gue liat jam di tangan Gue, ternyata udah hampir sepuluh menit Gue keasikan sama tingkah Adrian.

Adrian tiba-tiba batuk kecil, menunduk sopan. Tapi senyum nakalnya masih nongol di ujung bibir. "Nah, di panggil bos besar tuh. Nanti Gue di sangka ngerusak tamu kalau lo kelamaan di sini."

Gue buru-buru melangkah masuk sambil bawa kotak. Tapi sebelum ngelewatin pintu, dia nyeletuk lagi.

"Eh... Nona Lotion... jangan lupa ngomong sama Mama lo kalau sopirnya Tante Rani udah kasih layanan plus-plus, hiburan gratis."

Gue hampir kepeleset saking pengen ketawa tapi juga malu. "Lo tuh nggak ada kapoknya!"

Gue masuk rumah dengan pipi masih panas, sementara suara tawa tertahan Adrian ngikut sampai ke telinga Gue. Begitu Gue masuk ke ruang tamu, Tante Rani udah duduk manis sambil nyeruput teh. Dia tersenyum lebar, seolah-olah Gue kayak anak hilang yang akhirnya balik.

"Alya sayang! Aduh, tumben banget kamu datang. Mama kamu pasti nyuruh, ya?" Tante Rani menyambut, tangannya langsung narik Gue duduk di sebelahnya.

Gue naruh kotak makan di meja, berusaha menormalkan napas yang tadi sempet ngos-ngosan gara-gara ketawa kebanyakan sama Adrian. "Iya, Tante. Mama titip makanan, katanya buat cemilan."

Tante Rani langsung heboh buka kotaknya. "Waahh, lemper sama keroket! Mama kamu memang paling ngerti selera tante. Kamu ikut buat, ya?"

Gue geleng cepat. "Nggak, Tante. Aku cuma bagian ngangkati piring."

"Ah, masa sih? Kalau kamu masak, pasti enak banget." Tante Rani kedip-kedip manja, buat Gue harus senyum apa pura-pura batuk.

Gue cuma garuk kepala. "Heheh... iya, Tante."

Tapi tiba-tiba mata Tante Rani melirik ke arah jendela. "Tadi Tante liat kamu ngobrol sama Adrian di luar."

Gue refleks kaku. "Ha? Ng... ngobrol biasa kok, Tan. Dia kan kayaknya habis nyuci mobil."

Senyumnya makin lebar. "Oh, jadi kamu udah kenal Adrian? Baru beberapa hari kerja, lho, udah buat orang betah ngbrol. Atau... ini gara-gara dia bantuin kamu benerin sendal jepit waktu itu?"

"Nggak juga, Tan." Gue buru-buru ngomong. "Dia tuh orangnya banyak tingkah aja, ngomong juga suka nggak jelas."

Tante Rani ketawa. "Itu tandanya kamu itu cocok untuk di ajak ngobrol. Kalau nggak cocok, kamu pasti udah ilfil dari awal."

Gue nyaris keselek ludah sendiri.

Tante Rani menepuk tangan Gue pelan, nadanya kayak lagi godain. "Tante liat kok, tadi kamu ketawa lepas banget. Jarang-jarang loh ada cowok yang bisa buat kamu ketawa kayak gitu."

"Masa sih, Tan?" Gue berusaha santai, padahal kuping Gue udah panas. "Aku emang gampang ketawa aja, kok."

"Gampang ketawa?" Tante Rani ngakak kecil. "Ya tapi kalau sama Darly, kamu kan diem terus. Paling senyum sopan. Sama Adrian? Hahaha... lain banget."

Gue diem. Rasanya kayak di sorot lampu panggung, nggak bisa ngeles.

Tante Rani tiba-tiba merapati suaranya, kayak konspirasi. "Jujur aja, kamu lebih suka ngobrol sama Adrian daripada sama Darly, kan?"

"Tanteee... jangan gitu dong! Aku ke sini cuma nganter makanan, bukan buat diinterogasi."

Dia cengengesan. "Ya udah, ya udah. Tante bercanda." tapi jelas banget dia masih penasaran.

Untung ada Mbok Nah, asisten rumah Tante Rani, keluar bawa teh tambahan. Gue buru-buru ambil gelas, ngumpet di balik uap panas biar wajah Gue nggak keliatan merah, atau apalah.

1
Susi Andriani
awal baca aku suka
Siti Nur Rohmah
menarik
Siti Nur Rohmah
lucu ceritanya,,,🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!