NovelToon NovelToon
Takdir Kedua Nainara

Takdir Kedua Nainara

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: HaluBerkarya

Cewek naif itu sudah mati!

Pernah mencintai orang yang salah? Nainara tahu betul rasanya.
Kematian membuka matanya, cinta bisa berwajah iblis.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua, kembali ke sepuluh tahun lalu.
Kali ini, ia tak akan menjadi gadis polos lagi. Ia akan menjadi Naina yang kuat, cerdas, dan mampu menulis ulang akhir hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 7

Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam ketika Julian akhirnya meninggalkan ruang kerjanya. Namun alih-alih menuju kamar tidur, langkah kakinya membawanya ke ruang bawah tanah, ruangan yang tidak seorang pun, selain James, pernah masuki.

Dindingnya dipenuhi simbol-simbol kuno, cahaya biru redup berpendar dari lingkaran sihir di lantai marmer hitam. Di tengah ruangan itu, berdiri sebuah cermin besar dengan bingkai besi tua yang penuh ukiran aneh.

Julian berdiri di hadapan cermin itu. Bayangannya sendiri menatap balik, namun tak sama persis, mata di dalam pantulan itu memancarkan cahaya keperakan, seperti mengingatkan siapa dirinya sebenarnya.

Suara langkah masuk, James datang membawa secangkir kopi hitam, "Tuan, sebaiknya Anda tidak perlu terlalu lama di sini!"

Julian hanya melirik, lalu menerima kopi itu. Satu tegukan ia hirup, pahitnya menusuk, tapi tak membuat wajahnya berubah.

"Masih satu kesempatan lagi kan?" Gumamnya lirih nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri.

James menghela napas panjang, matanya menghindar sedikit, seolah tak tega mengucapkan beberapa kalimat, “Lebih tepatnya ini kesempatan terakhir, Tuan. Anda harus berhati-hati. Peluang untuk kembali seutuhnya hanya satu koma lima persen. Sembilan puluh delapan koma lima persen lainnya… tidak memungkinkan.”

Julian hanya terdiam. James melanjutkan ragu-ragu, "Sebenarnya sembari menunggu kesempatan itu, tuan boleh-boleh saja menjaga Nona Nainara, tapi.." kalimat James terjeda, dia menatap lekat Julian yang menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Tapi apa?" Julian mendongak, tatapannya tajam.

"Tapi tolong untuk tidak lagi mengorbankan dirimu jika terjadi sesuatu padanya. Cukup dua kali Anda berkorban, untuk kali berikutnya biarkan itu menjadi jalan takdir, dan saya harap tidak akan terjadi apa-apa lagi padanya,"

“Kamu tahu sendiri dia ceroboh, mudah dimanfaatkan, dan nasibnya kemarin saja sudah tragis. Bagaimana bisa aku tidak berkorban untuknya?” suara Julian terdengar menahan emosi, meski masih tetap tenang di permukaan.

James menghela napas, mencoba menahan diri. “Iya juga, Tuan. Tapi kalau dilihat dari perubahannya hari ini, dia sudah mulai menyadari kesalahannya sendiri. Mungkin saja kali ini dia benar-benar akan memperbaikinya.”

Julian terdiam sesaat, ingatannya kembali ke sekolah, dimana dia menyaksikan langsung tingkah Naina yang memang sudah sangat berani hari ini. Setiap kalimat serta perbuatan yang dia lakukan begitu hati-hati dan penuh perhitungan.

Senyum tipis terukir di bibirnya, namun cepat dia tepus dengan gelengan kepala pelan.

'Hanya menjaganya. Ya... hanya itu. Tidak lebih dari itu!'

“Ingat, Tuan. Jangan pernah libatkan perasaan,” tegas James, meski suaranya terdengar seperti peringatan terakhir.

Julian hanya menanggapi dengan gumaman pendek. “Hm.”

Ia berbalik, langkahnya mantap menuju pintu keluar. Namun sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, ia menambahkan, “Besok siapkan aku sepeda.”

James sontak melongo, nyaris tak percaya dengan permintaan konyol itu. “Sepeda… Tuan?” tanyanya dengan nada bingung, setengah ingin protes.

Tapi Julian sudah keburu melangkah pergi, meninggalkan asistennya yang hanya bisa menghela napas panjang.

.

.

“Zora, temenin aku ke rumah sakit, ya!”

Siang itu, saat bel pulang baru saja berbunyi, Naina tiba-tiba menarik lengan sahabatnya.

Zora berhenti seketika, menatapnya dengan alis terangkat. “Hayo loh… baru kemarin aku muji sifat cuekmu, Naina. Katanya kamu mau jaga jarak sama spesies kayak Aaron. Lah ini? Baru dia sakit sebentar, kamu langsung mau jenguk?” nada suaranya ketus, tapi jelas-jelas ada guratan cemas juga di wajahnya.

“Haisss, yang bilang mau jenguk dia siapa? Aku aja baru tau kalau Aaron di rumah sakit,” sahut Naina cepat, berusaha menyangkal.

Zora mengerling, tatapannya penuh selidik. “Hmm, masa sih? Kok aku nggak percaya ya… ee si bucin!” godanya sambil sengaja mendekatkan wajah.

“Serius, Zoraaaa! Aku ke rumah sakit bukan untuk jenguk hewan itu!” Naina mendengus, bibirnya manyun.

“Mulutnya! Tapi ya… emang dia seperti hewan sih.” Zora ngakak, tawanya pecah begitu saja.

“Iming dii sipirti hiwin sih," Naina langsung menirukan dengan nada penuh ledekan, membuat Zora tambah ngakak.

“Udahlah, gimana? Mau nggak temenin aku?”

“Tapi jawab dulu deh, kamu ke rumah sakit buat apaan?” Zora tiba-tiba menatap Naina penuh tanya, alisnya terangkat. “Jangan bilang kamu lagi sembunyiin sakit serius, ya?”

Naina langsung melotot. “Astaga, Zor… mulutmu!”

“Eh, atau… oh aku tau sekarang.” Zora menepuk keningnya pelan, ekspresinya berubah seolah baru ingat sesuatu. “Hari ini jadwal kontrolnya ibu Aaron, ya? Iya, iya, aku inget.” Dia mengangguk-angguk cepat.

Naina terdiam, bibirnya terkatup rapat.

“Eh tapi…” Zora mendekat, suaranya menurun, “emang biayanya masih kamu yang nanggung sampai sekarang?”

“Masih, dan itu poinnya!” Naina menjawab sambil mencondongkan tubuh, suaranya penuh rencana licik. “Tujuan aku ke rumah sakit tuh buat bikin drama seru. Jadi… kalau kamu nggak mau ketinggalan nonton drama live, ikut, ya, Zora.” Ia langsung memasang wajah dengan puppy eyes yang menggemaskan.

Zora mendengus, matanya membulat. “Si bego… mata bisa nggak sih biasa aja?!”

“Hehehe, nggak bisa lah. Ayolah, kuy, kita berangkat!” Naina terkekeh sambil menarik lengan sahabatnya.

Kedua sahabat itu melangkah ke parkiran, menuju mobil Naina yang sudah menunggu. Begitu masuk, Zora langsung selonjor santai di jok penumpang sambil memainkan ponselnya.

"Jalan pak!" titah Naina. Kemudian mobil itu melaju, bertolak ke rumah sakit.

...----------------...

Setelah mobil Naina melaju meninggalkan parkiran sekolah, sebuah siluet lain tampak dari arah belakang. Julian berdiri di bawah rindang pohon flamboyan, menatap mobil itu dengan sorot mata tajam namun penuh perhitungan.

Begitu kendaraan itu benar-benar hilang dari pandangan, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Jemarinya hanya mengetik satu kata singkat,

“Jemput.”

Tak sampai lima menit, sebuah mobil mewah berhenti persis di depannya. James turun dengan ekspresi bingung, tapi tetap membukakan pintu untuk tuannya.

Julian masuk tanpa banyak bicara. Hanya satu instruksi keluar dari bibirnya, dingin dan padat makna,

“Ke rumah sakit.”

James sempat menoleh sekilas, "Bagaimana dengan sepedanya?" tanya James dan berhasil menerima tatapan maut dari Julian.

"Apa itu penting? bahkan uangku lebih dari cukup jika hanya sekedar membeli sepeda baru lagi!" jawabnya, kemudian duduk tegak.

"Oke-oke. Anda kaya, Tuan!" James menjalankan mobilnya menuju arah rumah sakit.

...----------------...

Rumah sakit sore itu cukup ramai. Aroma antiseptik menyengat memenuhi lorong utama, bercampur dengan riuh langkah para pengunjung.

“Aku ke toilet dulu. Kamu mau nunggu di sini atau langsung ke ruangan mamanya Aaron?” tanya Zora.

“Aku tunggu di sini,” sahut Naina. Ia membiarkan Zora pergi, lalu kembali menunduk, fokus pada layar ponselnya.

Lama berdiri, Naina akhirnya melangkah pelan, sekadar mencari tempat duduk. Fokusnya masih terpaku pada layar ponsel, hingga—

Bughhh!

Tubuhnya menabrak dada bidang seseorang. Seketika, tumpukan buku yang dibawa orang itu jatuh berhamburan ke lantai.

“Maaf… maaf…” Naina langsung menunduk, meminta maaf berkali-kali sambil buru-buru memunguti buku-buku yang tercecer. Jari-jarinya gemetar karena panik.

“It’s okay,” suara tenang itu menyahut, ikut jongkok dan meraih buku yang sama. Sentuhan tangannya tanpa sengaja bertemu dengan tangan Naina.

Naina terdiam. Suara itu… begitu familiar. Perlahan, ia mendongak, dan matanya langsung terkunci pada sepasang mata indah di balik kacamata tebal.

“Kamu.... Julian, kok kamu di sini?”

"Aku..." Belum sempat menjawab, sebuah suara terdengar, memotong kalimat Julian.

“Kayaknya kamu nggak bisa tenang kalau aku sakit, Naina. Buktinya, sekarang kamu sampai nyusul ke rumah sakit. Tapi tenang aja, aku udah baik-baik saja. Nggak butuh kamu juga buat jenguk.”

Bukan jawaban Julian yang ia dapat. Justru suara percaya diri itu milik Aaron.

Naina terdiam, muak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
uni_riva
ada sekolah apa thoorr 😁
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: jiakhhhhh typo yang melenceng🤣🤣
total 1 replies
uni_riva
perjanjian apa yg sdh di sepakati mereka yaaa/Slight/
uni_riva
aku juga tak paham maksud nya bijimana /Shy/
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Aku pun/Proud/
total 1 replies
uni_riva
mna nih lanjutin nya thoorr /Cry/
uni_riva
si jae ini lawan atau kawan yaw
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Siapa lagi tuh si jaevan
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: Masa calon pacar zora liatin na airin mulu 😅
total 2 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kalo sama julian dia udah tue trus kan bukan manusia 🤔 kalo sama si kalron dia benalu parasit
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: Sama yg pasti2 aja lah 😂
total 2 replies
uni_riva
jgn sampe nih Zora sama Nathan jadian jga ya /Facepalm//Slight//Facepalm/
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Julian sama Naina saja belum😂
total 1 replies
uni_riva
modus mu Julian /Facepalm//Facepalm/
⧗⃟ᷢʷ Ñåñā💜: Akal-akalan barat🤣
total 1 replies
uni_riva
naina gak bsa tegas apa sama si gorong2 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Naina: nge-tes hts🫦😂
total 1 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kebanyakan mikir ah julian mah /Proud/
uni_riva
knp gak saling mengungkapkan Klo kalian saling jatuh cinta /Shy/
uni_riva
jgn sampe naina kepincut lagi sama si gorong2 yaaa thoorr 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: Aaron: Naina hanya boleh untukku🫦
total 3 replies
uni_riva
knp blm up jga thoorr /Cry/
uni_riva: gak bisa saballllll aku lagi thoorr /Angry//Angry//Angry/
total 2 replies
uni_riva
dalam mimpi mu 😤
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Kalungna othor noh yg simpen 😅
uni_riva
turunkan tanganmu, bukan thoorr 😁
uni_riva
cih ternyata nih org gak pinter2 amat 😏
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: itu pintarnya secuil, di urutan 25 dari bawah, berarti masih ada 25 orang di bawahnya🤣
total 3 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Waduh siapa tuh yg datang /Determined//Determined/
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂: 😁😄 iya
total 5 replies
🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana §𝆺𝅥⃝© 🦂
Bagus ceritana mantull 🤗🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!