NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Di tengah hutan lebat dan sunyi, dua sosok tengah duduk saling berhadapan tepat di depan mulut sebuah goa yang gelap. Salah satunya adalah seorang pemuda yang bernama Bayu Wirata, sementara satu sosoknya lagi adalah seorang laki laki tua bernama Ki Sundala dengan rambut dan jenggot yang sudah memutih, menandakan usia dan kebijaksanaan yang dalam.

Ki Sundala menaruh tangannya perlahan di dada Bayu. "Aku akan membuka segel elemen api yang ada di dalam tubuhmu. Mungkin ini akan terasa sakit, tapi kau harus kuat menahannya," ucapnya pelan, penuh ketegasan.

Bayu Wirata menarik napas dalam, menegakkan badan, lalu menganggukkan kepala. Wajahnya menampakkan tekad, meski alisnya berkerut samar menahan perih yang mungkin akan datang sebentar lagi.

Ki Sundala mulai mengalirkan tenaga dalam, sambil menyatukan elemen api dalam tangannya yang perlahan berubah merah menyala. Panas itu merambat ke udara di sekitar mereka, membuat keringat tipis membasahi dahi pemuda itu.

Matanya menutup sesaat, menahan panas yang mulai menjalar, tapi tetap teguh menerima proses yang harus dilaluinya demi kekuatan baru yang menantinya.

Perlahan namun pasti, Ki Sundala berkonsentrasi menembus segel element api dengan cara menyatukan elemen api miliknya dengan element api yang ada di balik segel tersebut.

Bayu Wirata sudah merasakan element api dari Ki Sundala yang sudah semakin membara. Hal itu membuatnya sangat kesakitan. Akan tetapi, ia tetap berusaha untuk  menahannya. Terlihat matanya terkadang terbuka lebar, lalu tertutup rapat secara bergantian.

Puncaknya adalah saat segel yang membuka element api hancur, hingga membuat tubuh Bayu Wirata langsung di kobari api yang sangat besar.

Arkkhh…

Teriakan menderu keluar dari dada Bayu Wirata, melumat tenggorokannya hingga habis. Api membara menempel erat di kulitnya, berkobar terasa menusuk tulang. Anehnya, tubuhnya sama sekali tidak ikut terbakar. hanya suhu sangat panas yang ia rasakan sebagai siksaan. Keringat membasahi wajahnya, napas terengah engah berusaha menahan perih.

“Alirkan tenaga dalam pada api yang keluar dari tubuhmu!” suara Ki Sundala menembus gegap gempita amukan api.

Bayu Wirata arahan dari Ki Sundala. namun setiap kali dia mencoba mengalirkan tenaga dalam, panasnya makin menggila, seolah membangkang. Tangannya bergetar, seolah dilemahkan oleh api yang membakar bukan hanya fisik, tapi juga kemampuannya.

Ki Sundala menggeleng pelan, lalu tanpa ragu melangkah menembus gumpalan api. Tangannya menyapu udara, mengendalikan elemen api miliknya yang menyala, berusaha melawan kobaran api dari tubuh Bayu Wirata. Di waktu yang bersamaan, ia mengalirkan hawa murni, dingin dan lembut, mengendorkan rasa sakit yang hampir melumpuhkan pemuda tersebut.

Bayu Wirata mengedip pelan, merasakan dingin itu seperti embun penyejuk di padang pasir membara. Meski api masih menggerogoti tubuhnya, sedikit rasa lega itu menjadi harapan yang mengikat hatinya.

"Dengarkan aku, kau adalah seorang tabib. Gunakan hawa murni seperti yang aku berikan kepadamu ini" kata Ki Sundala sedikit berteriak  berharap pemuda itu dapat mendengarnya.

Beruntung pada saat itu, Bayu Wirata sedikit tenang setelah merasakan hawa murni dari Ki Sundala. Lalu ia mendengar dengan jelas arahan dari gurunya itu.

Dalam gerak cepat. Ia langsung mengalirkan hawa murni ke seluruh tubuhnya dengan tujuan untuk meredam rasa sakit akibat suhu panas yang di deritanya.

Bayu Wirata duduk bersila, napasnya masih terengah setelah rasa sakit yang menyiksa tubuhnya perlahan mereda. Dengan hati hati, ia mulai mengalirkan tenaga dalam, membuat elemen api yang masih berkobar dalam tubuhnya mengecil dengan perlahan.

Api itu berkelip kelip, panasnya masih terasa menusuk kulit, tapi perlahan ukurannya mengecil, seperti bara yang mulai padam.

Bayu Wirata menahan dadanya, menahan rasa terbakar yang sulit dijelaskan. Matanya setengah terpejam, berkonsentrasi mengendalikan kobaran api itu.

Satu jam berlalu, dan akhirnya nyala api yang sejak tadi menari nari di tubuhnya benar benar padam. Napasnya tercekat, tubuhnya menunduk dan akhirnya ambruk terbaring ke tanah dengan tubuh basah oleh keringat.

"Huhhh..." Lenguhan napas lega keluar dari mulutnya, dada naik turun tak beraturan.

Ki Sundala tiba tiba mendekat, duduk di samping Bayu Wirata dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

"Bagaimana rasanya, Bayu?" Tanya Ki Sundala.

Bayu Wirata menatap guru yang berdiri di hadapannya, lalu memejamkan mata sejenak, berusaha mengumpulkan sisa tenaga dan menenangkan pikirannya yang masih kacau.

"Sakit... sangat menyakitkan. Aku tidak pernah menyangka, elemen yang dikurung oleh kakekku selama ini bisa begitu menyiksa saat dikeluarkan," jawabnya pelan, suaranya serak dan penuh luka.

Ki Sundala hanya mengangguk sambil tersenyum, memberi dukungan tanpa kata.ia tahu jika api yang sempat keluar dari tubuh pemuda itu bukanlah api biasa.

"Aku melihat element api yang keluar dari tubuhmu itu jauh lebih besar jika di bandingkan dengan elemenet api bagi pemula, biasanya seorang pemula hanya bisa mengeluarkan api seujung kukunya saja. Tapi sangat berbeda denganmu. entah kekuatan apa yang bersembunyi dalam tubuhmu itu" kata Ki Sundala yang merasa jika ada sesuatu yang tersembunyi pada Bayu Wirata.

"Akan tetapi, aku tidak terkejut akan hal itu. Kau adalah sosok pemuda yang ada dalam ramalan. Sudah pasti kau memiliki kekuatan yang di luar perkiraan orang orang" kata Ki Sundala lagi.

Bayu Wirata menghela napas panjang, dada terasa berat, lalu dengan susah payah ia mengangkat tubuhnya untuk duduk. Matanya menatap guru di sampingnya yang masih tenang.

"Apakah aku akan melanjutkan latihan?" suaranya lirih, menunggu jawaban.

Ki Sundala memandang tajam, lalu tangannya menyentuh pundak Bayu dengan lembut, seolah ingin menguatkan. "Kau akan melanjutkannya, tapi bukan sekarang. Tenaga dalammu habis, kau sudah terlalu banyak mengeluarkan tenaga hanya untuk memadamkan api yang keluar dari tubuhmu tadi," jawabnya pelan. Setelah itu, Ki Sundala berdiri pelan, melangkah menjauh, menembus rerimbunan hutan yang pekat, meninggalkan Bayu Wirata dalam kesunyian seorang diri.

Bayu Wirata hanya mengangguk pelan, matanya mengikuti langkah guru yang menghilang. Tubuhnya terasa lelah, pemuda itu sadar jika saat ini tenaga dalamnya benar benar sudah terkuras habis.

"Baiklah," gumamnya sambil mengepalkan tangan.

"Aku harus memulihkan tenaga dalam ini… baru kemudian aku bisa belajar mengendalikan api ini dengan benar." Lanjutnya dengan suara penuh keyakinan.

Pemuda itu berdiri, lalu berjalan dengan sempoyongan karena tenaganya benar benar habis di hari itu. Langkahnya pelan memasuki sebuah goa yang menjadi tempat tinggalnya bersama Ki Sundala.

Hingga beberapa saat kemudian, ia duduk di sebuah batu yang ada di dalam goa.

"Aku akan bermeditasi untuk memulihkan kekuatan" kata Bayu Wirata berbicara seorang diri.

Wushhh..

Tiba tiba satu bungkus muncul di tangannya dengan menggunakan jurus pemangg. Sudah pasti jika itu adalah bungkus ramuan untuk meningkatkan lingkar tenaga dalamnya yang ia konsumsi setiap hari.

Pemuda itu membuka bungkus tersebut, lalu mengambil sedikit ramuan. Yang kemudian di masukkan ke dalam mulutnya.

Glukk..

Suara pemuda itu menelan ramuan buatan dari sang kakek.

Beberapa saat kemudian, Bayu Wirata merasakan reaksi dari ramuan tersebut. Badannya terasa panas yang di mulai dari dalam perut. Lalu menyebar ke seluruh tubuh.

"Aku akan mulai" kata Bayu Wirata yang mengatur pola napasnya agar stabil.

Matanya mulai terpejam memasuki meditasi yang dalam. Hingga tanpa di sadari, ketika dirinya sudah hanyut dalam meditasinya. pemuda itu terlempar ke suatu tempat yang pernah ia kunjungi. Tempat itu adalah tempat para jiwa element dari renkarnasinya.

"Mengapa aku kesini lagi" gumam Bayu Wirata ketika melihat empat element yang ada di hadapannya. Api, angin air, dan es.

"Kau kembali lagi ke sini, apakah kau sudah membuka segel elemet pada tubuhmu?" Tanya salah satu dari mereka yang ternyata adalah jiwa element air.

Bayu Wirata mendengar pertanyaan tersebut. Lalu ia menjawab apa adanya.

"Ya.. aku memang sudah membuka satu segel element, yaitu element api. Lalu, apa yang akan kalian lakukan padaku?" Jawab Bayu Wirata, kemudian bertanya balik.

Empat jiwa element mendengarkan apa yang di katakan oleh  sosok manusia yang ada di hadapan mereka. Hingga membuat salah satu dari mereka terlihat senang.

"Benarkah?" Katanya yang ternyata adalah jiwa element api.

"Kalau begitu, pastikan setelah ini kau mencari sumber kekuatanku" kata jiwa element api sembari melesat masuk ke dalam tubuh Bayu Wirata.

Wushhh...

Bayu Wirata merasa kepanasan setelah Jiwa element api masuk ketubuhnya. Akan tetapi ia sudah mengantisipasinya dengan cara mengalirkan hawa murni agar rasa panas itu tidak terlalu membuatnya menderita. Walaupun pada saat itu, tubuhnya masih tetap saja memerah.

Perlahan namun pasti , suhu panas yang membara di dalam dada Bayu Wirata mulai mereda, menyisakan keheningan yang damai.

Matanya menatap dalam tiga jiwa elemen yang masih tersisa, tidak terucap sepatah kata pun dari bibirnya hingga membuat suasana sedikit hening.

Tiba tiba, suara lembut namun tegas dari jiwa elemen air memecah kesunyian, "Cepat kembali ke tempat asalmu dan buka segel elemen lainnya. Agar kami dapat masuk ke dalam tubuhmu."

Bayu Wirata yang sebenarnya enggan terjebak lama di situ segera menutup matanya, mengumpulkan kekuatan dalam bayangan tempat asalnya. Saat ia membuka mata, tubuhnya sudah berada di ruang goa yang sunyi dan hening.

Pada saat ini, ia merasa jika tubuhnya terasa lebih ringan, dan keyakinan tumbuh di hati bahwa tingkat kependekarannya telah naik satu tingkat  menjadi pendekar bumi tahap menengah.

"Akhirnya, aku lebih kuat dari sebelumnya," gumam Bayu dengan senyum tipis. Namun, tanpa diduga, suara di samping kanan tiba tiba memecah perhatian dan membuat tubuhnya tercekat.

"Kau sudah terbangun dari meditasi panjangmu, Bayu?" Kata suara tersebut menyapa. Sudah pasti jika suara itu adalah suara Ki Sundala.

Bayu Wirata menoleh ke arah suara. Lalu matanya melihat Ki Sundala yang sedang duduk bersila dengan beberapa makanan yang terdiri dari buah buatan yang ada di sampingnya.

"Meditasi panjang?, apa maksud kakek?" Tanya Bayu Wirata yang tidak tahu.

"Kau sudah dua hari bermeditasi di situ  bahkan aku sudah berusaha membangunkan, namun kau tetap tidak bangun. Bahkan pada saat itu tubuhmu menjadi merah menyala dengan suhu panas yang memenuhi ruangan goa ini" jawab Ki Sundala sedikit bercerita tentang apa yang ia lihat.

Memang pada saat Bayu Wirata di masuki oleh jiwa element api yang membuat tubuhnya merah menyala. Hal itu juga membuat tubuh didunia nyatanya ikut menyala. Hal itu lah yang diihat oleh Ki Sundala.

"Dua hari" gumam Bayu Wirata dalam hatinya penuh keheranan.

Ki Wirata mendekat ke arah Bayu Wirata lalu ia memberikan beberapa buahan untuk pemuda tersebut.

"Makan dulu. Aku tunggu kau di luar. Kita akan melanjutkan latihan kita" kata Ki Sundala yang langsung keluar goa, setelah memberikan beberapa buah buahan.

Bayu Wirata menerima buah tersebut. Lalu ia memakannya dengan lahan, karena pada saat itu ia juga memang benar benar lapar.

Setidaknya, pemuda itu berhenti makan setelah perutnya di rasa sudah kenyang.

"Baiklah. . Aku akan melanjutkan kembali latihanku" gumam Bayu Wirata sembari beranjak berdiri dari tempatnya duduk.

Bayu Wirata berjalan keluar goa, menyusul sang guru yang sudah terlebih dahulu berada di luar. Yang sudah di pastikan jika gurunya itu telah menunggunya.

Tidak berapa lama kemudian, ia sudah berada di luar goa. Matanya melihat sosok sang guru sudah berdiri menunggu kedatangannya.

"Apakah kau sudah siap, mempelajari jurus elemet api?" Tanya Ki Sundala kepada Bayu Wirata yang baru datang.

Bayu Wirata menganggukkan kepalanya dengan mantap, sebagai tanda mengatakan pertanyaan Ki Sundala.

"Baiklah kita akan memulainya. Perhatiakan dan dengarkan arahanku." kata Ki Sundala.

Ki Sundala memulai menjelaskan jurus jurus element api yang ia kuasai serta cara cara menggunakannya. Bukan hanya itu, Ki Sundala juga memberikan contoh dari jurus jurusnya. Salah satunya adalah tinju naga api.

Tinju Naga Api adalah tinju yang memusatkan elemet api pada tangan penggunanya, sehingga membuat sebuah gumpalan besar dengan wujud sosok kepala naga saat di lemparkan.

Bayu Wirata menganggukkan kepalanya setelah mendengarkan penjelasan dari sang guru.

Perlahan namun pasti, Bayu Wirata mengalirkan tenaga dalam dan element api miliknya yang sudah terbuka pada kepalan tangannya.

Kepalan tangan Bayu Wirata menjadi merah membara. Lalu berkobar secara perlahan. Api yang keluar masih terlihat kecil.

"Masih terlalu kecil" kata Ki Sundala berkomentar ketika melihat ukuran api di tangan Bayu Wirata.

Bayu Wirata mendengarkan apa yang di katakan oleh Ki Sundala. Kemudian ia berusaha memperbesar kobaran api pada kepalan tangannya itu. Akan tetapi, usahanya tetap sia sia. Api itu masih terlalu kecil.

Bayi Wirata menggelengkan kepalanya pelan. Ia merasa gagal di dalam percobaan pertamanya itu. Untuk membuang rasa kekecewaannya itu, ia melemparkan api tersebut ke arah depan.

Wushhhh...

Sebuah api berbentuk kepala naga kecil melesat ke depan. Namun tiba tiba menghilang dalam sekejap.

Ki Sundala menggelengkan kepalanya pelan, ketika melihat tinju naga api miliknya Bayi Wirata terlihat sangat kecil.

"Kau lihat tinju naga apimu masih sangat kecil, bahkan langsung menghilang dalam beberapa detik kemudian" kata Ki Sundala dengan pandangan ke depan dimana tinju naga api itu menghilang.

"Maaf ki, percobaan pertama gagal" kata Bayu Wirata sedikit menundukkan kepalanya.

Duarr...

Tiba tiba satu ledakan kuat terdengar di kejauhan. Ledakan itu menyebabkan kobaran api yang sangat besar. Hingga membakar beberapa pohon yang ada di sana.

"Ledakan api, ada yang menyerang" desis Ki Sundala yang melompat ke depan untuk memeriksanya lalu di ikuti oleh Bayu Wirata yang juga mendengar dan melihat Ledakan api itu.

Bayu Wirata dan Ki Sundala berniat mencari siapa sosok yang sudah membuat Ledakan api yang besar tersebut.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!