NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Bertemu dengan keluarga.

.

.

Ketika matahari telah tenggelam, Ojek online yang membawa Arhan berhenti di depan hunian minimalis berlantai dua yang terletak di kawasan perumahan kelas menengah ke atas di tengah kota Surabaya. Di sini lah ibunya dan Rina tinggal. Arhan turun lalu mengucapkan terima kasih. Ojek pun berlalu karena telah mendapatkan pembayaran melalui aplikasi.

Arhan melangkah menuju pintu pagar, berdiri di depan rumah itu seraya mengambil napas dalam sebelum menekan bel. Dadanya berdetak dengan kencang membayangkan bagaimana reaksi ibunya.

Arhan memang sengaja tidak mengabari kakak maupun ibunya agar menjadi kejutan. Ia juga tidak meminta adik iparnya menjemputnya, karena tidak ingin merepotkan.

Tak lama kemudian, tampak pintu terbuka dan seorang wanita berjalan ke arah pagar, di mana dirinya berdiri.

"Assalamualaikum," sapa Arhan begitu pintu pagar terbuka.

"Wa'alaikumsalam. Ya Allah, Arhan...!" Sang ibu langsung membekap mulutnya, tak percaya bahwa anak sulungnya kini berada di hadapannya.

"Ibuuu...!" Arhan menjatuhkan diri dan berjongkok, lalu memeluk kedua kaki ibunya. "Maafkan Arhan, Bu! Arhan pasti membuat ibu kecewa," ucap Arhan dengan berlinang air mata.

Tidak ada kata yang terucap. Ibu Astutik mengusap kepala anaknya itu, lalu membantunya berdiri dan memeluknya dengan erat. Rasa rindu membuncah di dalam dadanya, meskipun baru bulan lalu mereka bertemu kala Arhan masih di penjara.

“Kamu sudah bebas, Nak…?” Bu Astutik membelai wajah sang anak yang tampak tirus, lalu menciumi kedua pipi dan kening Arhan. Meskipun sudah dewasa, Arhan tetap menjadi anak kecil di mata sang ibu.

"Ayo, masuk! Kakak, dan adikmu pasti sangat senang kamu datang," kata Bu Astutik sambil menarik tangan Arhan, membawanya masuk ke dalam rumah.

"Rum, Rina...! Lihat siapa yang datang!" seru Bu Astutik pada anak-anaknya.

Rina, yang sedang menggoreng ayam untuk makan malam, tampak terkejut melihat kehadiran kakaknya. Spatuka yang ada di tangannya jatuh ke lantai. Ia mematikan kompor dan menghambur memeluk sang kakak.

Suasana malam itu terasa begitu mengharukan, pertemuan kembali setelah apa yang baru saja menimpa Arhan membuat mereka menangis.

Setelah Arum yang kemarin tidak ikut berkunjung ke penjara, langsung mencerca Arhan dengan pertanyaan tajam seputar kehidupannya selama dua tahun terakhir.

"Jadi, benar yang dibilang ibu, dan Rina, kalau kamu dan istrimu telah bercerai?" tanya Arum penasaran.

"Iya, Mbak. Aku sudah bercerai dengan Nurmala," jawab Arhan dengan wajah datar, tanpa ekspresi.

Arhan pun menceritakan kisah pernikahannya dengan Nurmala tanpa ada yang ditutupinya, termasuk Nurmala datang ke penjara bersama Fadil dan mengantarkan surat cerai. Walaupun sebelumnya telah mendengar itu dari ibunya dan Rina, tetap saja mendengar secara langsung dari Arhan membuatnya kembali menangis.

Bu Astutik merengkuh Arhan dan merebahkan kepala anak bungsunya itu di bahunya sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Hatinya teriris perih membayangkan betapa hancur hati sang anak.

"Kurang ajar itu si jalang. Sudah menipu, merampok pula. Coba kalau mbak ada di sana, sudah habis tak bejek-bejek itu orang!" ucap Arum dengan geram.

Namun, hal selanjutnya yang terjadi di luar prediksi, Arum justru menangis sambil memukuli Arhan bertubi-tubi.

"Kenapa kamu tidak memberitahu kami? Kenapa malah kami mendengarnya dari orang lain? Kalau Budi tidak datang ke sini waktu itu apa kamu akan tetap diam saja? Kenapa kamu menanggungnya sendiri? Kamu anggap apa kami ini, hahhh!"

"Ada apa sih? Kenapa ada tangis-nangisan?” Fahri, suami Arum, yang baru saja pulang dari masjid bingung melihat istrinya menangis. Sesaat kemudian…

“Ya Allah… Arhan…?” Pria itu meletakkan begitu saja sejadahnya di atas sofa lalu mendekat ke arah Arhan.

Rina yang mengetahui kakak iparnya juga rindu dengan kakaknya beringsut minggir, hingga Fahri dan Arhan bisa berpelukan.

“Kapan kamu datang tanda tanya kenapa tidak menelpon untuk dijemput?" Fahri masih memeluk sambil menepuk-nepuk punggung Arhan.

“Aku sengaja, Mas, tidak ingin bikin Mas repot." Arah berbicara sambil menghapus air matanya. Iya begitu terharu, di tengah prahara yang menimpa rumah tangganya, ia masih dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya.

“Kamu ini bicara apa sih? Kita ini satu keluarga. Seharusnya kalau ada sesuatu, kamu bicara dengan kami. Setidaknya bicaralah lewat telepon!"

"Maaf, Mas.” hanya satu kata yang terucap. Ia bahkan tak tahu harus berbicara apa lagi.

“Sudah, sudah. Ayo kita makan malam dulu. Kamu pasti lapar kan Han?" Arum raih tangan adiknya itu dan menggandengnya untuk dibawa ke ruang makan.

*

*

*

Sementara itu di tempat lain. Nurmala masih betah duduk diam di ruang kerja restorannya. Wanita itu meratapi nasibnya yang kini tidak memiliki hunian lagi.

Sudah sejak tadi Fadil mengajaknya pulang, tetapi dia merasa enggan. Baru dua hari tinggal di rumah Fadil, ibunya Fadil selalu menyuruh dia untuk mengerjakan pekerjaan rumah ini dan itu. Mau pulang ke rumah orangtuanya sendiri, dia juga malas, karena ibu dan adik-adiknya selalu saja merengek meminta uang.

"Bagaimana nasib kita sekarang, Mas?" Nurmala bertanya dengan air mata yang terus mengalir.

“Lalu maumu bagaimana? Apa iya kita akan tidur di restoran. Setidaknya tidur di rumah lebih baik." Fadil pun tak kalah frustasi, bukan ini yang dia inginkan. Dia ingin melihat Arhan merasa hancur.

"Aku malas tinggal di sana. Ibumu memperlakukan aku seperti pembantu, Mas! " Nurmala langsung menolak.

"Daripada kita tidur di restoran! Ini hanya sementara sampai kita punya tempat tinggal baru." Fadil mencoba membujuknya.

Namun, Nurmala tetap menolak, "Kamu tahu kan, aku sedang hamil. Ibumu kalau sudah menyuruh orang tidak pakai perasaan! Aku takut terjadi apa-apa pada anak kita." Nurma bersikeras menolak.

"Ya terus bagaimana, Nurma? Apa kita akan tidur di pos ronda? Kamu mau?" tanya Fadil dengan sedikit kesal.

Air mata Nurmala kembali berlinang. Tidak mau diperbudak, tapi dia bisa apa. Dengan berat hati, akhirnya Nurmala mengikuti Fadil pulang ke rumah orangtuanya.

*

*

*

Malam telah larut, tapi Arhan masih juga belum bisa tertidur. Di kamarnya yang telah disiapkan oleh Arum, pria itu berbaring berbantalkan dua telapak tangan dengan mata menatap lurus ke arah langit-langit kamar.

Ingatannya berkelana ke masa gimana untuk pertama kali ia bertemu dengan Nurmala. Ia baru saja pulang kerja ketika melihat seorang gadis sedang menangis di pinggir jalan. Gadis itu mengaku baru saja kecopetan, dan tidak memiliki uang untuk memesan taksi. Arhan pun dengan sukarela menolongnya dengan memberikan dua lembar uang berwarna merah.

Pertemuan-pertemuan berikutnya pun berlanjut seolah tanpa sengaja. Sikap Nurmala yang begitu santun membuat perlahan Arhan terpesona. Sebulan kemudian hubungan keduanya semakin akrab hingga Arhan mengutarakan perasaannya.

Nurmala langsung menerima dan memperkenalkan Arhan pada kedua orangtuanya. Bulan berikutnya, Arhan langsung melamar dan mengutarakan keinginannya untuk menikahi Nurmala. Tidak peduli meskipun mahar yang diminta keluarga Nurmala terasa tidak masuk akal.

Hati yang tertutup kabut cinta membuat Arhan mengabaikan nasehat ibu dan kakaknya yang kala itu tidak setuju Arhan menikah dengan Nurmala.

Namun apa yang ia dapatkan pada akhirnya. Setelah semua pengorbanan, dirinya justru dibalas pengkhianatan.

“Dua hari lagi jatuh tempo tanggal pembayaran angsuran mobil. Ingin sekali aku melihat bagaimana wajahmu ketika mobil itu ditarik oleh dealer." Bibir yang tersungging senyum, dengan mata yang perlahan menyipit.

“Menikmati hasil kerja kerasku setelah mengkhianatiku. Apa kalian berpikir aku akan diam saja?"

Hingga akhirnya kedua mata itu tertutup sempurna. Pulas dalam buaian mimpi.

1
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!