NovelToon NovelToon
Detektif Dunia Arwah

Detektif Dunia Arwah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.

Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.

Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?

Update setiap hari,jangan lupa like dan komen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 7 RAHASIA

"Emang ada manusia tidak bermoral kayak mereka berdua"Darren kesal melihat dua orang dewasa itu menghina anak kecil yang tidak berdosa.

Tiba tiba seseorang mendekat kearahnya menepuk pundaknya dengan pelan.

"Siapa lo"Darren terkejut.

"Haii,Gue pria yang bakal bantu lo"

Pria itu adalah pria berjubah putih,yang pernah Darren temui di mimpi komanya.

"Gue dimana,tiba tiba bisa ke tempat ini?"

"Lo tadi habis megang barang milik kesayangan hantu itu jadi lo bisa masuk ke kehidupan dia sebelum meninggal"

Darren mengangguk angguk kan kepalanya seolah paham maksut dari pria berjubah itu.

"Terus gue harus gimana selanjutnya?"

"Ya lo harus perhatiin dan catat hal hal penting yang ada di sini buat bantu lo nemuin pelakunya"

"Ya kan udah jelas pelakunya orang tua anak itu"

"Gue kasi saran lo harus perhatiin setiap detail kalau masuk ke dunia masa lalu ini"

"Oke pria berjubah"

"Nama gue Rei,jangan panggil pria berjubah"

Tiba tiba suasana berubah,Darren berada di ruangan gelap. Terlihat anak perempuan itu sedang duduk di dekat jendela memeluk boneka lusuhnya lalu datang perempuan muda.

"Haii Laksmi,tante beliin kamu boneka ini"

Perempuan kecil itu membalikkan badannya tersenyum melihat perempuan muda itu lalu berlari memeluknya.

"Te...tee..ri..makasih tan...te"

Perempuan muda itu menunduk, memeluk Laksmi erat.

"Pintar sekali kamu. Tante senang dengernya"

Air mata menetes di pipi Laksmi, bukan karena sedih, melainkan karena ia jarang sekali mendapat pelukan seperti itu. Boneka lusuh yang selalu menemaninya kini tergeletak di lantai, sementara ia menempelkan wajah mungilnya di dada sang tante.

"Tante percaya sama kamu, Laksmi. Kamu anak yang kuat"

Laksmi hanya mengangguk, suaranya lirih nyaris seperti bisikan.

"Jangan… tinggalkan aku, Tan…"

Perempuan itu tersenyum getir, mengusap rambutnya pelan.

"Selama tante bisa tante bakal selalu ada buat kamu"

Darren yang menatap itu tersentuh,ternyata masih ada seseorang yang peduli dengan anak kecil itu. Pria berjubah itu tiba tiba berkata.

"Jangan terlalu terharu,lo harus selalu siap buat tau siapa pelakunya"

Tiba tiba suasana gelap,Darren mendengar suara teman temannya yang khawatir dengan seorang bapak bapak.

"Darren lo kenapa lagi anjir"Gavin tampak khawatir.

"Mas bangun mass"bapak bapak itu menepuk nepuk pipi Darren.

"Darrennnnnn"

Darren segera membuka kelopak matanya melihat keempat temannya dan seorang pria paruh baya,mukanya tampak khawatir.

"Kenapa sih kalian wajahnya kayak gitu"Darren terkekeh.

"Apasih Ren buat khawatir doang"kata Jena sambil memukul lengan Darren.

"Iya tuh,lo becanda doang ya"Gavin melotot ke arah Darren.

Pria paruh baya yang tadi ikut menolong masih jongkok di sampingnya.

"Mas tadi kayak pingsan tiba-tiba. Saya sampe panik," ucapnya tulus.

Darren menyentuh pelipisnya, lalu menatap teman-temannya. Gavin masih melotot, Selina menatapnya dengan cemas, Jena menekan lengannya kuat-kuat seolah memastikan ia benar-benar sadar.

"Gue nggak apa-apa kok" Darren terkekeh pelan, berusaha menenangkan.

"Cuman kayak masuk ke dunia lain sebentar"

Selina mengernyit. "Maksud lo, vision lagi?"

"Iya gue kayak masuk ke kehidupan masa lalu Laksmi"

"Terus apa yang lo temuin?"tanya Selina.

"Ya kayak kehidupan Laksmi sebelum dia meninggal"

Selina,Gavin,Jena dan Pria paruh baya itu menatap Darren dan mendengarkan ucapannya.

"Pertama gue tau kalau ayah dari Laksmi namanya Andre,pemilik usaha Andre corp"

"Dia masi punya tante yang masi peduli,nenek nya lebih kejam dari kedua orang tuanya"

"Mas ngomongin pak Andre ya?"tanya pria paruh baya itu tiba tiba.

"Loh bapak kenal pak Andre?"tanya Jena.

"Saya kenal pak,dulu saya supir keluarga pak Andre khususnya non Laksmi"

"Bisa bapak ceritakan detailnya?tentang kematian Laksmi"tanya Darren sambil memberikan identitas polisinya.

Pria paruh baya itu terdiam sejenak, matanya menerawang ke arah rumah kosong yang sudah reyot. Nafasnya tertahan, lalu perlahan ia berkata,

"Kalau menurut dokumen resmi yang beredar, Non Laksmi itu meninggal karena kebakaran. Tapi…" ia menunduk, wajahnya tampak berat.

"Saya saksi mata, Mas. Malam itu bukan kebakaran biasa"

"Maksud bapak?" Selina menajamkan pandangannya.

Pria itu menghela napas panjang.

"Non Laksmi memang sering diperlakukan buruk sama Tuan dan nyonya. Tapi, ada satu hal yang aneh. Beberapa hari sebelum kabar ‘kebakaran’ itu, saya pernah dengar langsung percakapan Tuan Andre sama istrinya. Mereka ngomong kalau Laksmi bakal dikirim keluar negeri. Katanya, demi citra perusahaan"

"Keluar negeri?" Gavin melongo.

"Bukan meninggal?"

Pria itu mengangguk pelan.

"Iya. Malam kebakaran itu saya sempat lihat mobil hitam keluarga berangkat tergesa-gesa, Non Laksmi ada di dalam mobil itu, duduk diapit dua orang asing. Dia nangis, mukanya pucat, tapi jelas itu dia. Saya hapal banget"

Darren menajamkan tatapan.

"Kalau begitu, dokumen makam ini"

Ia menggenggam berkas di tangannya lebih erat.

"Dimanipulasi"

Pria itu mengangguk mantap.

"Betul, Mas. Saya curiga kabar kebakaran itu cuma kamuflase. Non Laksmi entah dibawa ke mana. Ada yang bilang ke luar negeri, ada juga yang bilang dijual ke keluarga asing untuk urusan bisnis. Tapi sampai sekarang saya pun nggak tahu kebenaran pastinya"

Selina menutup mulutnya, shock.

"Ya Tuhan"

Jena menatap Darren, matanya bergetar.

"Tapi kenapa arwahnya muncul, Ren? Kalau dia masih hidup"

Darren terdiam. Pertanyaan itu menusuk dalam. Ia menunduk, merasakan boneka lusuh di tangannya semakin berat seolah membawa beban rahasia besar.

"Kalau arwahnya gentayangan" Darren bergumam pelan, nyaris berbisik.

"Itu berarti kemungkinan besar dia sudah benar-benar mati. Atau bagaimana?gue pusing"

Angin sore bertiup kencang, membuat dedaunan pohon mangga bergetar keras.

Darren menatap anak itu seolah meminta penjelasan,anak kecil itu hanya tersenyum lalu menghilang.

"Dia malah ngilang"Darren kesal.

Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk pulang,lalu berpamitan kepada bapak itu dan memberikan nomor Darren.

"Baik pak,atas penjelasannya terimakasih"

"Oh iya pak,kalau ada hal yang belum bapak sampaikan bisa hubungi nomor ini ya"Darren menyodorkan kartu namanya.

"Baik mas,kalau saya ingat sesuatu saya bakal bantu masnya" Bapak itu menerima kartu nama Darren.

"Terimakasih sekali lagi pak,kami pamit"

Mereka berempat segera menaiki mobilnya,lalu melajukan mobil itu.

"Jadi gimana?sekarang kita kemana"

"Gatau gue vin,pusing banget kepala gue"

Darren bersandar di kursinya dengan wajah kusut, keningnya berkerut menahan emosi. Tangannya mengepal, lalu menghantam dashboard mobil pelan.

"Kenapa harus hilang gitu aja?" gumamnya kesal. Nafasnya terdengar berat.

"Ren, tenang dulu. Jangan kebawa emosi" kata Selina dari kursi belakang, mencoba menenangkan.

Darren menutup mata sejenak, lalu membuka tas kecilnya. Ia mengeluarkan buku catatan lusuh dan bolpen yang selalu ia bawa.

"Nggak. Gue harus tulis sekarang sebelum gue lupa"

Dengan cepat, ia menuliskan nama-nama dan detail yang masih segar di ingatannya.

"Pertama ada wanita paruh baya. Neneknya Laksmi. Gayanya angkuh, sombong, selalu bicara merendahkan. Dia benci banget sama Laksmi, bahkan nolak ngakuin dia sebagai cucunya"

Bolpen Darren menoreh cepat di kertas, suaranya berat.

"Kedua ayahnya Laksmi, Andre. Pemilik Andre Corp. Orangnya manipulatif, di depan publik sok peduli, tapi di belakang kejamnya minta ampun"

Jena mencondongkan tubuhnya, ikut memperhatikan catatan Darren.

"Ketiga, istrinya Andre, kelihatan elegan tapi dingin. Ikut nyiksa Laksmi. Mulutnya manis di pesta, tapi tajam kalau di rumah"

Darren menghela napas panjang, lalu menulis lagi.

"Keempat, Laksmi sendiri gadis kecil itu. Dia yang minta tolong sama gue. Selalu bawa boneka lusuh, selalu meringkuk sendiri. Kayak udah terbiasa disiksa"

Mobil mendadak sunyi, semua wajah muram membayangkan penderitaan anak kecil itu.

"Terakhir" suara Darren melembut, sedikit berbeda.

"Tante Laksmi. Perempuan muda, satu-satunya yang bener-bener sayang sama dia. Gue liat dia beliin boneka baru, peluk Laksmi kayak beneran keluarga. Dia beda dari yang lain"

Darren menutup buku catatannya, menatap kosong ke luar jendela.

"Semua orang itu kayaknya punya peran penting di kematian Laksmi. Tinggal gimana kita bisa buktiin"

Gavin menghela napas panjang, menatap Darren lewat spion.

"Oke, jadi langkah kita berikutnya apa? Cari orang-orang itu satu per satu?"

Darren mengangguk pelan, wajahnya penuh tekad meski lelah masih menyelimuti.

"Iya, Vin. Kita mulai dari Andre Corp. Semua jawabannya pasti berhubungan disana"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!