NovelToon NovelToon
Rahasia Jiwa Puber Kedua

Rahasia Jiwa Puber Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan di Kantor / Cinta Murni
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nikodemus Yudho Sulistyo

Perselingkuhan adalah sebuah dosa terbesar di dalam pernikahan. Namun, apakah semua perselingkuhan selalu dilandasi nafsu belaka? Atau, adakah drama perselingkuhan yang didasari oleh rasa cinta yang tulus? Bila ada, apakah perselingkuhan kemudian dapat diterima dan diwajarkan?
Sang Rakyan, memiliki sebuah keluarga sempurna. Istri yang cantik dan setia; tiga orang anak yang manis-manis, cerdas dan sehat; serta pekerjaan mapan yang membuat taraf hidupnya semakin membaik, tidak pernah menyangka bahwa ia akan kembali jatuh cinta pada seorang gadis. Awalnya ia berpikir bahwa ini semua hanyalah nafsu belaka serta puber kedua. Mana tahu ia ternyata bahwa perasaannya semakin dalam, tidak peduli sudah bertahun-tahun ia melawannya dengan gigih. Seberapa jauh Sang Rakyan harus bergulat dalam rasa ini yang perlahan-lahan mengikatnya erat dan tak mampu ia lepaskan lagi.
Kisah ini akan memeras emosi secara berlebihan, memberikan pandangan yang berbeda tentang cinta dan kehidupan pernikahan. Cerita p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikodemus Yudho Sulistyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sang: Laki-Laki Tidak Bercerita

Sang sudah bekerja selama 2 tahun di salah satu dari sedikit kantor media terbesar di negeri ini.

Ada ungkapan bahwa laki-laki tidak bercerita. Sebuah semi-mitos yang berkembang di masyarakat. Padahal laki-laki juga sering bercerita dan berbagi kisah dengan orang lain, entah sahabat, keluarga, maupun pasangannya. Hanya kadang, budaya maskulinitas dan patriarki yang menentang dan menantang kaum pria untuk bersifat lembek. Dengan berbagi kisah dan cerita serta berkeluh kesah, laki-laki dianggap tidak mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan dunia kepadanya.

Dari satu sisi, pola pandang nilai-nilai maskulinitas dan budaya patriarki ini membawa dunia pada keajaiban dimana laki-laki menembus dasar samudra, terbang ke langit, menggali bumi untuk kemajuan umat manusia. Laki-laki mati untuk mendapatkan pengetahuan, berekspresimen dan melaksanakan misi-misi berbahaya. Di sisi lain, laki-laki juga adalah gender yang rentan rasa sakit. Mereka lebih cepat sakit dan mati dan ketika depresi pun tidak memungkinkan untuk berbagi.

Sang?

Dia awalnya sudah beranggapan bahwa hidupnya baik-baik saja. Dan seharusnya memang seperti itu. Ia merasa cukup bercerita dengan istrinya. Hampir tak ada yang ditutup-tutupi dari hidupnya di depan Florentina. Apalagi, kalau dirpikir-pikir, mereka sudah berpacaran sejak dari bangku sekolah. Ibaratnya, keduanya sudah saling tahu luar dalamnya, permukaan dan isinya.

Lalu, mengapa Sang beberapa hari ini merasa semua yang dikerjakannya begitu berat? Tulisan demi tulisan, artikel demi artikel, serasa sulit untuk dituntaskan. Kecepatan kerjanya menurun drastis.

“Mungkin perlu ngopi?” ujar Aditya, melihat Sang gontai duduk di depan mejanya, menyerahkan tulisan untuk segera masuk ke editorial.

“Mungkin juga, sih, Pak. Tapi, saya belum lama kerja hari ini. Biasanya juga kuat-kuat aja.”

“Mana tahu nggak ada urusan dengan fisik. Lagi mikir sesuatu, apa?” selidik Adijaya.

“Nggak tahu juga, Pak Adi. Hmm … ngopi mungkin bukan ide yang buruk.”

Adijaya dan Sang akhirnya menyempatkan diri untuk pergi keluar kantor sejenak siang itu, melepaskan sementara pekerjaan mereka yang selalu menumpuk, tak putus-putus.

Adijaya, merokok. Sang, tidak pernah dan tidak mau merokok seumur hidupnya, menandaskan secangkir kopi panas dalam waktu yang tidak terlalu lama. Cairan kental nan gelap kopi menyirami raga dan jiwanya, membalutnya dengan ketenangan.

Perlahan ia mencoba terbuka pada diri sendiri, apa yang membuatnya selelah ini, exhausted.

Adijaya menatap Sang. “Bapak lebih tua dari saya, jadi jujur saya ragu untuk memberikan wejangan atau nasihat. Lagian, saya juga nggak tahu Bapak ada masalah apa,” ujar Adijaya.

Sang terkekeh kikuk. “Kalau soal masalah, sih, mau tua mau muda sama aja, kan Pak Adi. Masalahnya, jangankan Bapak, saya saja bingung sebenarnya ada masalah apa. Atau jangan-jangan cuma jenuh saja di pekerjaan.”

Adijaya mengangguk-angguk. Memang laki-laki memiliki halangan alami yang menahan agar impuls dan dorongan bercerita untuk lepas begitu saja, tidak seperti perempuan yang dengan mudah membaginya ke dunia.

Sesi ngopi pun berakhir begitu saja. Memang ada beberapa persen beban yang terangkat sehingga paling tidak Sang dapat melanjutkan pekerjaannya hari ini.

Sang duduk di kursi kerjanya, kemudian meletakkan kepala di sandaran. Kursinya ia putar, kini menghadap keluar. Kantornya memang tidak terlalu besar dan berdinding kaca. Bukan kantor privasi seperti kantor Editor in Chief, karena bagaimanapun, divisinya termasuk yang paling sibuk didatangi oleh staf dan klien.

Sang menatap keluar.

Divisi Video dan Multimedia juga termasuk sangat sibuk. Hanya saja mereka tak bisa dibatasi ruangan. Meja-meja kerja bersekat-sekat, masing-masing sibuk bekerja sendiri tetapi terus-menerus saling berkomunikasi dan memberikan informasi untuk menyelelaraskan persepsi.

Florencia terlihat duduk di depan komputernya. Tidak terlalu sibuk. Ia mengunyah snack dan menggunakan earphone di satu telinga saja. Rambut hitamnya dikuncir dua seperti anak sekolahan, sedangkan poninya dipotong rapi lurus di atas alis, bergoyang-goyang bagai tirai.

Hari ini Florencia mengenakan busana serba hitam. Bajunya berlengan pendek, jatuh lembut di tubuhnya, bermotif bunga-bunga. Pasangannya adalah rok lebar sampai di bawah lutut. Harusnya sampai disini cukup normal, tetapi di bagian bawah, ia mengenakan sepatu ballet yang kaus kakinya bermotif zebra. Itupun dengan tambahan warna kuning yang mencolok.

Sang terkekeh melihat gaya unik rekannya itu.

Sang berdiri, kemudian keluar kantornya – pintunya hampir pasti selalu terbuka – menuju ke arah Florencia. Ia merebahkan dirinya begitu saja di kursi di samping Florencia yang kosong.

“Dina kemana?” tanya Sang.

“Hah? Eh, Pak Sang,” Florencia melepaskan earphonenya. “Kenapa, Pak?”

“Dina kemana?”

Florencia memutar kepalanya kesana kemari. “Nggak ada, Pak.”

Sang terkekeh. “Ya memang. Makanya saya tanya dia kemana. Ya udah, nggak usah dijawab. Ini kan meja kerjanya, karena Dina nggak ada di kursinya jadi saya duduk di sini.”

Florencia ikut terkekeh. “Bapak ada perlu sama aku?”

“Hmm … nggak juga, sih. Mau ganggu aja. Kelihatannya kamu nggak terlalu sibuk.”

“Ah, iya, Dina makan keluar katanya.”

“Kok mendadak ingat?” tanya Sang.

“Soalnya Bapak bilang tadi kalau aku nggak terlalu sibuk. Kami memang nggak terlalu sibuk sekarang, Pak, makanya Dina makan keluar. Bapak mau?” Florencia menawarkan bungkus snack. Sang merogohkan tangannya dan mengambil beberapa buah camilan tersebut.

“Thanks,” ucap Sang pendek. “Kamu nggak keluar makan?”

“Nggak laper, Pak. Bapak jadi mau gangguin aku?”

“Eh, gimana?” tanya Sang bingung.

“Tadi katanya mau ganggu aku. Udah siap diganggu, nih, Pak.”

Sang hampir tersedak makanan. Ia tergelak. Florencia juga.

“Mana ada orang diganggu pake persiapan.”

“Ada lah, Pak. Aku,” sang gadis menunjuk dadanya sendiri.

Sang menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan orang yang satu ini.

“Itu kaus kaki beli dimana?” tanya Sang, mulai terikut gaya percakapan Florencia yang acak.

Florencia terkekeh, “Lucu ya, Pak. Mamaku bilang kayak orang gila, ‘Sia Sia, Sia Sia …, capek-capek Mama sekolahkan biar pinter, malah pakai pakaian kayak orang gila gitu,’ gitu katanya,” Florencia terkekeh kembali dengan suara rendahnya yang mendengung itu.

“Kamu dipanggil Sia Sia?”

“Iya, di rumah. Mamaku tuh yang aneh. Siapa suruh anaknya dipanggil Sia Sia. tahu nggak, Pak, bahasa Tio Ciu untuk kata gila kan sia sia … kalau nggak salah, sih. Eh, tapi aku orang Hakka sih. Ngiong ngiong kalau di bahasa Hakka.”

Sang tertawa kembali. “Kayaknya nggak ada yang menyangkal kamu sia sia, deh, ya kan Sia Sia? Makanya cocok-cocok aja.”

Florencia melototkan matanya dan menggembungkan kedua pipinya, bergaya marah. Ia bahkan berpura-pura menggulung lengan pakaiannya seperti ingin menunjukkan bisepnya, bahasa tubuh yang mengancam.

Namun, pada akhirnya, keduanya sama-sama tertawa, berpilin-pilin, saling timpa.

Dalam 15 menit waktu senggang untuk ‘mengganggu’ Florencia itu, Sang merasa penat di kepalanya menguar dan menguap, hampir hilang seluruhnya. Yang jelas, beban di dadanya yang seakan menutupi rongga, hilang, plong. Sang tak tahu kenapa, mungkin karena terlalu banyak tertawa dan membicarakan hal-hal yang receh, yang tiada beban, yang tidak memerlukan apapun untuk dicerna oleh otak dan hati. Berbicara dengan Florencia memang kadang-kadang terasa seperti makan kerupuk, ringan, tetapi tetap berjalan, meski tidak bergizi. Yang penting nikmat.

Dasar si Sia Sia, ujar Sang di dalam hati.

1
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
cukuplah saling tau udah yaak.

kelainan kek Flo ini, misal nggak minum obat atw apa ya... ke psikiater mungkin, bisa "terganggu" nggak?
kasian sbnrnya kek ribet kna pemikirannya sendiri
Nikodemus Yudho Sulistyo: Iya. sebenarnya ini termasuk masalah mental. cuma banyak yg nggak merhatikan. bahkan ada sisi suicidal tendency-nya juga. salah satu isu penting yang saya angkat di novel ini. hehe
total 1 replies
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
mungkin kudunya mereka dipisahkan.... jngn terus ketemu gitu. wkwkwk
Nikodemus Yudho Sulistyo: harusnya sih.tp y gitu deh, namanya rekan kerja.
total 1 replies
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
Mancing wae nih Sang... Knpa nggak diem udah, cukuplah tau klo Flo melukis visualnya ya kna spesial 😂
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
Tak ada yang salah dengan cinta, yang salah itu kenapa cinta itu harus berlabuh bkn ke orang yang tepat? wkwkwkwk

Awalnya sekedar nyaman, sering ketemu, sering pke istilah saling mengganggu akhirnya?

tapi semoga hanya sebatas dan sekedar itu aja yak mereka. maksudnya jngn sampe kek di sinetron ikan terbang itu😂
biarkan mereka menderita dan tersiksa sendiri wkwkwkwk.
Nikodemus Yudho Sulistyo: soalnya flo sendiri jg bukan cewek normal. pengidap komorbid ini jg minum obat lho, buat bikin tenang.otaknya rumit bgt.
total 3 replies
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
tapi mengingat sampai kematiannya anak-anaknya masih menganggap Sang superhero tak tergantikan berarti Sang bisa mengendalikan diri. tapi apa Florwntina mengetahui hal tsb kira2?
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
tapi kao melihat seseorang mengalami puber kedua itu lucu juga sih rasanya 😅😅
Nikodemus Yudho Sulistyo: lucu tapi jg bisa bermasalah.mngkin karena bnyak org anggap sepele sih.hehe..
total 1 replies
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
berbunga-bunga gak kak? 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
gegana si bapak gelisah galau merana 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
kalo dia juga merasakan yang sama apa malah gak bahaya pak? 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
dan acuannya Florencia.... wkwkwk mumet.. mumet.. 😅😅😅
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
oke... penasaran sih akan sampai mana hubungan mereka
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
ciieee... sejalan ya pak 😅😅
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
buaha.. ha.. ha... larinya ke Indah Sulastri 🤣🤣🤣
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
dengan cara bagaimana Flo?
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
Ahh benar ternyata....itu lukisan ftonya Sang.

Setdahhh aduhhh ternyata Florencia???

Jangan dong Flooo, jangan jadi musuh dari perempuan lain.

Itu bkn cinta, kamu ke Sang cuma nyaman. Florentina selain cantik baik kok, anaknya tiga loh... klopun ada rasa cinta yaudah simpan aja. cinta itu fitrah manusia, nggak salah. tapi klo sampe kamu ngrebut dari istri Sang. Jangan deh yaa Flo. wkwkwkwk
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
Mungkin nggak sih Sang Ngrasa jenuh sama kehidupannya dengan Florentina? Tak ada yg berubah dari Florentina baik itu sikapnya atw kecantikannya. Tapi mungkin dari tekanan ortu Florentina?
Keknya Florentina biarpun sama introvert kek Flo, tipe yg kaku ya... berbeda sama Flo. intinya Sang menemukan sesuatu yg lain dari Flo, sesuatu yg baru... ditambah dia lagi masa puber kedua. yang tak dia temukan sama istrinya. Apalagi setelah punya tiga anak. mungkin yaaa
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩: 1 2 3 4 konon katanya bolehhhh asal jangan ada slot ke 5😂
total 4 replies
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
Gambar apakah yang ada dilayar gawai Flo? hemm... tebak tebakan deh, keknya klo reaksi Flo yg kaget spt itu, bisaa jadi gambar Sang yang dibuat Flo diam-diam.😁
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩
Jangan over reaksi kali ya pak Sang...
Flo dengan segala kerumitannya mungkin hanya ngrasa nyaman, karena nggak semua orang dikantor bisa memahami spt Sang memahami Flo. sekedar nyaman bkn ❤️😂

Flo berpendidikan kan? perempuan terhormat. masa iya mau jadi pelakorr sihh? ini yg bermasalah Sang nya. udah titik. wkwkwkwk
LᴀSᴇɴᴏʀɪTᴀ_❷❶ℓ🇮🇩: Ini kna puber kedua sih pak Sang...
Flo nggak ada ngapain, cuma soal kerjaan sama "mengganggu" Sang udah GR😂
total 3 replies
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
sampai sini dulu nanti aku lanjut bang.. makin menarik interaksi Sang & Flo
Nikodemus Yudho Sulistyo: Siap. Selamat menikmati hubungan mereka, ya. he
total 1 replies
🏡s⃝ᴿ 𝕸y💞🅰️nny 🇮🇩🍁❣️
yaaa anak sekarang kalo suruh berkutat dengan buku pasti enggan.. tp jangan salah mereka editor handal.. suruh bikin materi presentasi misalnya... bagus dan menarik mereka buat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!