NovelToon NovelToon
TAWANAN RAHASIA SANG KAELITH

TAWANAN RAHASIA SANG KAELITH

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Obsesi / Identitas Tersembunyi / Sugar daddy
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: aufaerni

Nayara Elvendeen, mahasiswi pendiam yang selalu menyendiri di sudut kampus, menyimpan rahasia yang tak pernah diduga siapa pun. Di balik wajah tenangnya, tersembunyi masa lalu kelam dan perjanjian berduri yang mengikat hidupnya sejak SMA.

Saat bekerja paruh waktu di sebuah klub malam demi bertahan hidup, Nayara terjebak dalam perangkap yang tak bisa ia hindari jebakan video syur yang direkam diam-diam oleh seorang tamu misterius. Pria itu adalah Kaelith Arvendor Vemund, teman SMA yang nyaris tak pernah berbicara dengannya, tapi diam-diam memperhatikannya. Kini, Kaelith telah menjelma menjadi pemain sepak bola profesional sekaligus pewaris kerajaan bisnis ternama di Spanyol. Tampan, berbahaya, dan memiliki pesona dingin yang tak bisa ditolak.

Sejak malam itu, Nayara menjadi miliknya bukan karena cinta, tapi karena ancaman. Ia adalah sugar baby-nya, tersembunyi dalam bayang-bayang kekuasaan dan skandal. Namun seiring waktu, batas antara keterpaksaan dan perasaan mulai mengabur. Apakah Nayara hanya boneka di tangan Kaelith, atau ada luka lama yang membuat pria itu tak bisa melepaskannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufaerni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KECEWA TIDAK JADI LIBURAN

Caelisya sedang bersantai di apartemen mewah yang baru saja diberikan oleh pria berumur tiga puluh tahun yang menjadi kekasih rahasianya. Lelaki itu sosok sukses, mapan, dan sangat memanjakannya.

“Kau selalu tahu caranya membuatku merasa istimewa,” ucap Caelisya, menyandarkan kepala di bahu pria itu sambil tersenyum manja.

"Selama kau tahu cara membuatku puas, aku akan terus memberimu segalanya," ucap pria itu dingin, sebelum mencium Caelisya dengan penuh hasrat namun kendali.

"Yeah, Daddy," ucap Caelisya dengan senyum manja.

Suara getar ponselnya memecah keheningan sesaat. Caelisya menggeser tubuhnya, meraih ponsel yang tergeletak di meja kecil dekat ranjang, lalu mendapati nama Nayara tertera di layar. Ia mengangkat alis, sedikit terkejut.

"Nayara?" gumamnya pelan sebelum menggeser layar untuk menerima panggilan.

"Ada apa, Nayara?" tanya Caelisya, nada suaranya masih lembut meski terdengar sedikit terputus napasnya.

"Sepertinya aku tidak bisa ikut… pamanku tidak mengizinkan," ucap Nayara pelan, berbohong.

"Benarkah?" Caelisya terdiam sejenak, terdengar kecewa. "Padahal aku sangat berharap kita bisa pergi bersama. Tapi… kalau memang tidak bisa, semoga lain waktu pamanmu bisa melunak dan mengizinkan."

Di ujung sambungan telepon, Nayara menghela napas berat. Ada jeda sejenak sebelum ia bicara lagi.

Sebenarnya, ia sangat ingin ikut.

Sungguh.

Namun sialnya, Kaelith tidak mengizinkannya dan Nayara tahu, membantah pria itu hanya akan membuat segalanya semakin buruk.

"Nayara, kau masih di sana?" tanya Caelisya pelan setelah hening cukup lama di ujung telepon.

Tak ada suara, hanya tarikan napas pelan dari Nayara yang terdengar seperti menahan sesuatu di dada.

Caelisya mulai khawatir.

"Nay?" ulangnya lagi, kali ini dengan nada lebih lembut.

"Eh, maaf Cae… aku malah melamun," ucap Nayara, berusaha terdengar ringan meski suaranya sedikit berat.

Ia menatap kosong ke arah jendela kamarnya, pikiran masih dipenuhi keinginan yang terpaksa dikubur karena larangan Kaelith.

“Tidak apa-apa, Nayara. Mungkin lain waktu kita bisa pergi bersama,” ucap Caelisya, mencoba terdengar positif meski kecewa.

Nayara tersenyum tipis, meski hatinya berat. “Iya... makasih, Cae. Aku tutup dulu ya,” ucapnya pelan, nyaris berbisik.

Setengah hari Nayara mengurung diri di dalam kamar. Saat akhirnya ia mendengar suara pintu apartemen tertutup, ia menoleh ke arah jam dinding pukul sebelas siang.

Perlahan ia membuka pintu kamarnya, menengok ke luar untuk memastikan.

"Untung dia sudah pergi," gumam Nayara lega.

Nayara menyiapkan makan siangnya sendiri spageti bolognese lengkap dengan irisan daging sapi yang masih hangat mengepul.

Hidup bersama Kaelith membuatnya bisa menikmati makanan enak setiap hari, sesuatu yang dulu terasa begitu langka. Saat tinggal bersama ibunya, jangankan menyuguhkan makanan lezat, untuk sekadar memasak pun rasanya hampir tidak pernah. Ia tumbuh terbiasa dengan perut lapar dan harapan-harapan kecil yang seringkali diabaikan.

Selesai makan siang, Nayara kembali ke kamar. Ia duduk termenung di depan meja belajar, tatapannya kosong menembus lemari kecil di hadapannya. Sejak kecil, hidup seolah tak pernah memihak. Ia lahir dari seorang ibu yang bekerja sebagai PSK dan seorang ayah yang bahkan tak sudi mengakui keberadaannya.

"Hidup tidak pernah memihak kepadaku," gumamnya lirih.

Perlahan, tangannya meraih buku tahunan sekolah yang selalu ia simpan di dalam nakas. Ia membuka lembar demi lembar foto-foto masa SMA, tawa teman-temannya, coretan mimpi mereka, dan halaman yang berisi harapannya sendiri hidup bahagia dan berkecukupan.

Namun semuanya berubah.

Satu video menghancurkan segalanya video dirinya yang sedang berganti pakaian di klub malam tempat ia bekerja sebagai pelayan, tersebar begitu saja. Video itu berada di tangan Kaelith Arvendor Vemund, siswa populer berdarah dingin dengan aura angkuh yang menempel lekat pada namanya. Vemund keturunan dari pemilik perusahaan logistik terbesar di Spanyol dan Eropa daratan.

Sejak saat itu, mimpi Nayara tak lagi punya ruang untuk tumbuh. Yang tersisa hanya perasaan terjebak... dan terikat.

Air mata jatuh membasahi pipi Nayara. Ia memeluk buku tahunan itu erat, seolah berharap masa lalu yang bahagia bisa menghapus kenyataan pahit hari ini.

Ia telah berusaha keras menghapus semua salinan video itu. Memohon, membayar, bahkan mengancam. Tapi tetap saja entah dari mana dan bagaimana video itu selalu kembali. Selalu ada di tangan Kaelith.

"Aku lelah seperti ini, Tuhan…" isaknya lirih, tubuhnya mulai bergetar karena tangis yang tertahan terlalu lama.

Tak ada yang benar-benar bisa ia percayai. Bahkan langit pun terasa terlalu jauh untuk didoakan.

Ia menunduk, kedua telapak tangan menutupi wajah yang sembab. Ruangan sunyi itu menjadi saksi bisu betapa rapuhnya seorang Nayara, gadis muda yang hidup dalam belenggu masa lalu dan pria yang mengendalikannya.

Malam itu, usai latihan berakhir, Kaelith menyempatkan diri singgah di sebuah restoran Jepang langganan Nayara. Ia memesan beberapa makanan favorit gadis itu seperti sushi segar, sashimi pilihan, ramen hangat, dan tentu saja sebotol green tea dingin yang selalu Nayara minum setelah hari yang panjang.

Setelah membayar, ia membawa semuanya ke mobil dan melajukan kendaraan menuju apartemen.

Sesampainya di sana, Kaelith langsung meletakkan kantong-kantong makanan di meja makan, lalu berjalan ke depan kamar Nayara.

“Nayara, buka pintunya. Kalau kau tidak buka, akan kudobrak,” serunya dengan nada tegas.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka kasar. Nayara berdiri di ambang, wajahnya kesal dan mata masih sembab.

“Berhenti berteriak. Aku tidak tuli,” sahutnya ketus.

Alih-alih meminta maaf, Kaelith malah menarik tubuh Nayara mendekat. Tanpa berkata-kata, ia mengecup bibirnya lembut, lalu pipi, kening, dan terakhir puncak kepala Nayara.

"Aku membelikan makanan favoritmu," katanya seraya menatap mata Nayara. “Cepat makan, sebelum dingin.”

Nayara hanya menatapnya tanpa ekspresi, namun sorot matanya yang melembut pelan-pelan mengkhianati hatinya yang mulai mencair.

Nayara duduk di depan meja makan yang kini penuh dengan makanan favoritnya. Aroma harum ramen dan sushi memenuhi ruangan. Di sampingnya, Kaelith duduk santai sambil menatap layar TV, menonton film aksi yang baru saja dimulai.

Beberapa menit berlalu dalam diam, hanya terdengar suara sendok dan sumpit beradu dengan mangkuk serta dentuman suara dari film.

“Kau masih marah soal Lisboa?” tanya Kaelith akhirnya, tanpa menoleh.

Nayara tidak langsung menjawab. Ia menghirup kuah ramen miliknya perlahan, lalu berkata, “Tidak usah dibahas kalau kau memang tidak mengizinkan aku pergi.”

Kaelith melirik sekilas ke arah Nayara, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Baguslah,” sahutnya singkat, lalu kembali menatap layar.

Nayara menahan napas sejenak, merasa kesal dengan sikap dingin pria itu. Namun ia memilih menunduk, menyibukkan diri dengan potongan sashimi di piringnya.

Nayara menghabiskan suapan terakhir ramen miliknya dan menyeka mulut dengan tisu. Ia bersiap berdiri dan kembali ke kamar, tapi suara Kaelith menghentikannya.

“Buru-buru sekali mau kabur?” ucap Kaelith santai, tapi nada suaranya jelas memberi perintah. Tangan pria itu menepuk pahanya sendiri, memberi isyarat.

Nayara mendesah pelan, namun menurut karena lelah berdebat. Ia melangkah mendekat dan duduk di pangkuan Kaelith.

“Kita habiskan ini dulu, baru kau boleh tidur,” ucap Kaelith sembari mengambil remote dan mengganti saluran ke film lain kali ini bergenre romantis, dengan adegan yang cukup dewasa tersaji di layar.

Nayara hanya diam, tubuhnya kaku di pelukan pria itu. Kaelith, seolah tak terganggu, merangkul pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memutar rambut panjang Nayara dengan santai.

“Aku ingin malam ini kau tetap di sini,” bisiknya pelan di telinga Nayara.

1
Intan Marliah
Luar biasa
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!