Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Pertemuan
Hari ini Lidya mendatangi rumah sakit untuk mengambil ASI untuk Leticia. Secara tak sengaja Belcia juga ada di sana, sehingga mereka bertemu di lobi utama.
"Nyonya Belcia, Anda di sini juga?" sapa Lidya lebih dulu. Saat persetujuan donor ASI, Belcia memang hanya bertemu dengan wanita ini, karena saat itu Leticia sedang rewel dan tak mau turun dari mobil.
"Saya habis mengantar ASI sekaligus ada jadwal pemeriksaan, Nyonya," balas Belcia sambil mengulum senyum. "Anda mau ambil ASI juga ya?"
Lidya langsung menganggukkan kepala.
"Benar, kebetulan hari ini saya membawa Leticia. Dia ada di mobil, Nyonya Belcia mau bertemu dengannya? Semenjak kembali minum ASI, dia tidak begitu rewel," papar Lidya terlihat antusias.
Mendengar itu, Belcia langsung terlihat sumringah. Tentu saja dia mau, siapa tahu dengan begitu rindunya terhadap sang anak bisa terobati. Dengan cepat Belcia menganggukkan kepala.
"Saya telepon pengasuhnya dulu ya, biar mereka yang ke sini," ujar Lidya seraya merogoh ponselnya yang ada di dalam tas. Dia menghubungi Maria yang menunggu di dalam mobil dengan Tuan Morgan yang turut mengantar.
Tak berapa lama kemudian Maria memasuki lobi rumah sakit, dia celingukan mencari keberadaan Lidya dan ibu susu Leticia. Hal tersebut membuat Belcia terperangah, semakin dekat Maria, rasa shocknya bertambah, karena ternyata bayi itu juga yang digendong oleh Jasper.
Leticia Smith, seharusnya dari namanya saja Belcia sudah bisa menebak bahwa bayi itu masih memiliki hubungan dengan orang yang mengalami kecelakaan dengannya. Tubuh Belcia mendadak lemas, mengingat kejadian kemarin saat Jasper yang menolak ucapan belasungkawanya. Bahkan Belcia langsung diusir karena dicap sebagai orang yang menyebabkan Maureen meninggal.
"Karena kau, anakku kehilangan ibunya!" seru Jasper sore itu, sampai membuat dada Belcia sesak.
"Nyonya Belcia, ini cucuku Leticia," ucap Lidya memperkenalkan bayi yang pernah memanggil Belcia dengan sebutan mama. Hah, takdir macam apa ini? Sungguh Belcia belum bisa mencernanya.
"Nyonya," panggil Lidya lagi sambil menatap wajah Belcia dengan lekat karena wanita itu malah melamun. Seketika Belcia tersadar.
"Oh iya, Nyonya, dia sangat cantik," balas Belcia dengan wajah yang tak seceria tadi. Malah terkesan pias. Dia tak bisa menebak, bagaimana jadinya jika Jasper tahu kalau dia telah menjadi ibu susu dari anaknya.
Mendengar suara Belcia, Leticia yang sibuk menarik bando di kepalanya, langsung menatap ke depan, tiba-tiba bayi itu tersenyum hingga menunjukkan dua gigi bawah.
"Mamma," panggilnya dengan jelas, seketika membuat semua orang terkejut. Begitu juga dengan Belcia yang tak mengerti kenapa Leticia selalu memanggilnya seperti itu saat bertemu.
"Leticia memanggilmu Mama, pasti karena dia merindukan ibunya," ujar Lidya menyimpulkan. Belcia tersenyum canggung, sedangkan Leticia mulai mengulurkan tangan meminta untuk digendong.
Lidya mendekat untuk mengambil alih, tapi sayangnya tangan Lidya justru ditepis, tatapan mata Leticia selalu tertuju pada satu arah, yakni wanita yang memiliki rambut bergelombang seperti ibunya.
"Mama!" panggilnya lagi sambil berjingkrak girang. Seketika Lidya dan Maria pun saling pandang, mereka seakan bicara melalui isyarat mata.
"Bolehkah saya menggendongnya sebentar?" ucap Belcia meminta izin, selain karena Leticia terus merengek, dia juga memimpikan untuk bisa menimang bayi.
"Tentu saja, Nyonya. Sepertinya karena rambutmu mirip dengan menantuku, Leticia jadi berpikir bahwa kamu adalah ibunya," ujar Lidya menjelaskan alasan yang paling sederhana yang bisa dia tangkap.
Akhirnya sebelum Leticia menangis, bayi itu sudah ada dalam gendongan Belcia, dia langsung terlihat anteng dan menatap Belcia dengan senyum cerah. Hal tersebut membuat perasaan Belcia berkecamuk, hingga matanya berkaca-kaca meski bibirnya terus mengulum senyum.
****
"Di mana Leticia? Hari ini aku pulang cepat karena aku akan pergi ke luar kota, aku ingin membawanya ke rumah Maureen terlebih dahulu," ucap Jasper yang sudah tiba di rumah kepada seorang pelayan.
"Tadi Nyonya Lidya dan Tuan Morgan datang setelah Anda pergi, Tuan, mereka menjemput Nona kecil dan Maria, katanya mereka mau ke rumah sakit untuk mengambil ASI," jelas Duni apa adanya. Dia pikir Jasper sudah tahu tentang itu, jadi tidak mungkin menjadi masalah.
Namun, ternyata tiba-tiba Jasper membalik badan dan langsung memasang wajah seram. Matanya pun menajam, hingga membuat Duni menelan ludahnya susah payah.
"Apa? ASI? Maksudmu ASI siapa?!" Nada bicaranya naik, menahan amarah.
Sementara Duni langsung terlonjak mendengar pertanyaan yang lebih mengarah ke bentakan. Dia menundukkan kepala, mengutuk dirinya karena sudah salah bicara.
Jasper bertambah kesal karena tak mendapat jawaban, dia menggeram dan menyugar rambutnya dengan kasar. Bersamaan dengan itu Lidya dan yang lainnya pulang, Jasper langsung menghunuskan tatatapannya ke arah pintu, lalu melangkah cepat.
Duni yang merasa cemas sekaligus takut akhirnya memilih mundur ke dapur. Karena sepertinya pertengkaran hebat akan segera terjadi.
"Ke mana kalian membawa ...." Ucapan Jasper belum selesai, karena kini dia malah dikejutkan oleh Leticia yang digendong oleh wanita yang dia benci.
"Siapa yang mengizinkannya menggendong anakku dan membiarkan dia masuk?!" seru Jasper sambil menunjuk Belcia yang berada di barisan paling belakang. Sejak di rumah sakit, Leticia benar-benar tak mau lepas dari Belcia, untuk itu Lidya membujuk Belcia untuk ikut meski wanita itu terus menolak.
"Jasper, bicaralah pelan-pelan, anakmu pasti terkejut!" tandas Tuan Morgan memperingati putranya. Namun, Jasper tak mengindahkan, dia justru menatap ke arah sang pengasuh.
"Maria, ambil Leticia dan bawa masuk ke kamar!" titahnya, tak sudi jika sang anak digendong oleh Belcia.
Maria bergerak ragu, dia berusaha menggendong Leticia meski bayi itu menangis dan memeluk Belcia dengan erat.
"Jasper, biarkan Nyonya Belcia yang mengantar anakmu ke kamarnya. Dia benar-benar tidak mau lepas," ujar Lidya membujuk, meski dia belum tahu penyebab Jasper bersikap seperti ini.
"Tante tidak perlu ikut campur!" balas Jasper dengan wajah tak ramah. Ya, selama ini dia selalu memanggil Lidya dengan sebutan Tante.
Belcia yang merasa serba salah, akhirnya melepas paksa Leticia yang memeluknya. Leticia menangis kencang hingga seluruh wajahnya memerah, tapi hal tersebut tak membuat ego Japser menurun sedikitpun.
"Mamma," rengek Leticia sambil meronta dalam gendongan Maria. Belcia merasa sedih, tapi tak punya kekuatan.
"Berani sekali kamu datang lagi ke sini. Untuk apa? Mencari muka?" tanya Jasper sambil bertolak pinggang.
"Jasper, Nyonya Belcia adalah ibu susu Leticia. Tolong jangan marahi dia," timpal Lidya dengan raut memohon. Akan tetapi hal tersebut malah membuat api kemarahan Jasper makin berkobar.
"Apa? Siapa yang mengizinkan dia memberi ASI kepada putriku? Dia ini penjahat, dia yang sudah membuat Maureen meninggalkanku!" pekik Jasper dengan mata yang menungkik.
Plak!
"Siapa yang mengajarimu tidak sopan begitu?!" sambar Tuan Morgan setelah menampar pipi putranya. Semua orang yang melihat itu tersentak, termasuk Belcia yang langsung melangkah mundur.
"Kau tahu, ibumu hanya berusaha meringankan bebanmu di saat kamu berduka. Memangnya kamu peduli apa? Sejak Maureen meninggal, kamu hanya fokus pada sakitmu sendiri. Kamu tidak peduli pada Leticia, bahkan kamu tidak tahu kan bagaimana putrimu tidak bisa tidur karena belum minum susu?! Kamu mana tahu, Jasper!" sambung Tuan Morgan, membela Lidya sekaligus menyadarkan putranya, bahwa yang menderita bukan hanya dia seorang. Seketika Jasper hanya bisa bergeming di tempatnya, menahan perih di pipi juga pada hatinya.
lagian kamu tuh kok kagak punya malu? kamu tuh tinggal di rumah siapa? meskipun kamu kakak dari almarhum maureen, bukankah maureen sudah tiada. terus kenapa kamu masih bertahan di rumah jasjus, dengan alasan ingin mengawasi leticia 😒 jelas2 leticia ogahh sama kamu? kok yaa masih betah bertahan di rumah iparr...memuakkan 😒