Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Tamparan Ini Akan Ku catat!
"Kau lagi... Jangan bilang kalau Mau mengikuti Kami?"
Suara Huang Fu sangat dingin. Dia jelas menjadi kesal karena momen romantisnya bersama dengan Selir tercintanya jadi terganggu.
"Tidak, sungguh. Saya memang ingin berjalan-jalan, Saya tidak tahu jika Anda dan Selir Liu ada disini"
Tentu saja, Wanita ini hanya berpura-pura menjadi acuh. Padahal Dia masih mengikutinya seperti biasa.
Huang Fu hendak berjalan menghampiri Bao Jia.
Tapi Liu Qin-Mei segera menahannya.
"Kak Bao Jia, Saya mengerti jika Kakak saat ini sedang membutuhkan Uang Mulia Putra Mahkota karena kehamilan Kakak, pasti sangat sulit. Saya, Saya akan meminta Yang Mulia untuk lebih sering menemani Kakak dimasa mendatang"
Ucap Qin Mei dengan wajah yang sendu dan mata berkaca-kaca, siapapun yang melihatnya pasti mengira dia adalah wanita lembut yang malang.
"Haahhh, sungguh, Aku tidak menyangka"
Sahut Bao Jia tersenyum sinis, sejujurnya Ia mengagumi betapa pintarnya Liu Qin-Mei bersandiwara. Sepertinya Ia perlu belajar dari Selir kecintaan Yang Mulia Putra Mahkota ini.
"Kakak... Apa maksudmu?"
Qin Mei tertunduk dan mencengkeram kain jubah Huang Fu, penampilannya sangat lemah seperti baru saja dimarahi.
"Sungguh, Aku penasaran, Apa Kamu tidak lelah terus menerus bersandiwara seperti itu? Memangnya apa yang Aku katakan? Aku berkata jujur bahwa Aku tidak sengaja melihat kalian berciuman dengan penuh gairah. Aku datang kemari karena kebetulan, sama sekali tidak mengikuti Kalian. Lalu Kamu mengatakan sesuatu dengan penuh kesedihan seolah-olah Aku ini sedang cemburu? omong kosong apa itu?"
"Cukup!!!! Jangan bicara lagi!!"
Huang Fu berseru. Semua orang tertunduk kecuali Bao Jia, Ia menatap nyalang Pria di hadapannya ini.
"Kenapa? Kenapa Saya tidak boleh bicara??"
"Yang Mulia, sudahlah, jangan bertengkar karena Saya.. Kak Bao Jia, Saya sungguh meminta maaf jika selama ini Yang Mulia lebih perhatian kepada Saya, Dan... Saya juga tahu meski saya mencoba, Kakak tidak mau menjalin hubungan dekat dengan saya karena saya berasal dari kalangan rakyat jelata dan... hiks"
"Cukup Mei'er, jangan di teruskan. Percuma saja kamu berbaik hati padanya, Dia hanyalah perempuan licik yang menyalahgunakan kekuasaan leluhurnya untuk menjadi istriku!"
Bao Jia menggertakkan giginya. Sementara Qin Mei yang berdiri di belakang Huang Fu lagi-lagi tersenyum mengejek.
"Haha, Benarkah? Bukankah Aku dipilih langsung oleh Kaisar dan Permaisuri untuk menjadi Istrimu? Setidaknya statusku berasal dari keluarga terhormat, terhormat dan bermartabat yang tidak perlu bersandiwara. Cukup bagus karena wanitamu itu sadar diri. Berasal dari kalangan bawah, masuk ke dalam keluarga istana dengan melanggar aturan, menjadi istri kedua dari seorang pria yang baru saja menikah! Ya, Aku tidak heran, Ibunya bahkan berganti suami lebih dari 100 kali. Jadi, bukan hal yang aneh jika putrinya mengikuti jejaknya"
Liu Qin-Mei melotot tajam, tangannya terkepal erat. Kata-kata itu jelas menyinggungnya. Di wilayah kekaisaran ini tidak ada yang tidak mengenal Ibunya. Mantan wanita penghibur yang akhirnya dinikahi oleh pelanggannya sendiri yang merupakan seorang saudagar yang cukup sukses meskipun bukan termasuk golongan bangsawan. Kenyataan itulah yang membuat kepercayaan dirinya menciut, begitu juga sekarang, wajah Liu Qin-Mei merah padam karena marah bercampur malu.
Sementara Bao Jia tersenyum sinis.
Tiba-tiba,
PLAKKKK!!!
"Nyonya!!"
Liang Yi segera menghambur ke arah Bao Jia yang sudah jatuh terduduk seraya memegangi salah satu sisi wajahnya, sudut bibirnya berdarah.
"Yang Mulia... Bagiamana bisa Anda melakukan ini, Nyonya sedang mengandung"
"Suruh Dia untuk tidak bicara sembarangan tentang Istriku"
'Heh' Bao Jia tertawa dingin dalam hati, Ia segera berdiri dan menatap mata Huang Fu dengan sorot dingin.
Melihat bekas tamparan di pipi Bao Jia yang putih serta sudut bibir wanita itu yang berdarah. Hati Huang Fu sedikit tercubit. Ia terkejut dengan refleknya. Seumur hidup Dia tidak pernah memukul wanita. Saat ini, Dia malah memukul Bao Jia yang merupakan istrinya juga bahkan tengah mengandung anaknya. Huang Fu sedikit merasa bersalah, tapi teringat kata-kata Bao Jia sebelummya, amarahnya kembali naik.
"Yang Mulia Putra Mahkota Wang Huang-Fu, Tamparan ini akan ku catat. Aku akan membalasnya suatu saat nanti. Dan, satu lagi, Jauhkan istrimu dariku. Karena jika Dia kembali mencari masalah denganku, Aku tidak akan segan untuk mematahkan lidahnya"
"Kau!"
"Bibi Yi, Ayo kita kembali ke Paviliun"
Bao Jia berbalik, Diikuti oleh Liang Yi yang menatap Huang Fu dengan mata memerah. Huang Fu yang melihatnya kemudian membuang muka.
"Dan satu lagi, Kalian berdua memang sangat cocok, perempuan munafik yang pandai bersandiwara dan bajingan brengsek yang mudah di bodohi sungguh sangat serasi. Aku doakan dengan tulus agar kalian terikat seumur hidup"
Bao Jia segera berjalan dengan cepat meninggalkan gazebo itu seraya mengelap darah di sudut bibirnya dengan punggung tangannya.
Sementara Huang Fu yang belum sempat bereaksi hanya menatapnya dengan tatapan suram.
"Suamiku..."
"Ayo, Kita kembali ke Paviliun Mawar"
Ucap Huang Fu dengan singkat. Namun, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Qin Mei segera meraih lengan Huang Fu dan menyandarkan kepalanya.
"Maafkan Aku, semua ini salahku..."
"Omong kosong, Ini sama sekali bukan salahmu, jangan merasa seperti itu..."
"Suamiku..."
"Sudahlah, Ayo Kita pulang dan beristirahat"
Ucap Huang Fu. Qin Mei pun mengangguk patuh. Kemudian Ia teringat kejadian beberapa saat lalu yang penuh gairah. Wajahnya kembali merona, dengan malu-malu, Qin Mei beritanya..
"Suamiku, Apa malam ini Kamu..."
"Aku harus membicarakan beberapa pekerjaan dengan Feng Yi, Jadi setelah mengantarmu, Kau akan ke ruang kerjaku"
Mendengar itu, senyum di wajah Qin Mei sontak membeku.
Namun dengan cepat Ia mengembalikan ekspresi lemah lembutnya, dan berkata,
"Baiklah, Aku mengerti"
Melihat sikap Liu Qin-Mei yang begitu patuh, Huang Fu semakin tidak tega. Ia pun tersenyum kemudian mengecup kening Liu Qin-Mei dengan lembut.
Hati Liu Qin-Mei kembali berbunga-bunga, rasa puas menyelimuti dadanya. Hanya Dia yang bisa membuat Huang Fu yang kejam bertekuk lutut dan tergila-gila padanya. Hanya Dia yang bisa membuat Huang Fu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya. Liu Qin-Mei pun diam-diam tersenyum puas.
Bersambung
