NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat 2

Pewaris Terhebat 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:23.6k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.

Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.

Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.

Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.

Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Edward memang tidak pernah lagi menghubungi Ruby setelah kekalahannya dari Lim sekitar dua bulan lalu. Sejujurnya, ia tidak memiliki perasaan apapun pada Ruby. Kedekatannya hanya sebatas pada rencana untuk mengalahkan Xander. Akan tetapi, entah mengapa selama sebulan terakhir ia seringkali mengingat wanita itu.

"Jadi, alasan kenapa aku selalu teringat Ruby akhir-akhir ini karena Ruby sedang mengandung anakku. Anakku menjadi penghubungku dan Ruby." Edward tersenyum.

"Kami ingin memberitahumu kalau Ruby sudah menikah dengan seorang pria dari keluarga Blair," ujar Dalton.

Edward seketika mematung. Amarahnya mendadak menguap. "Ruby sudah menikah? Siapa pria yang sudah berani menikahi Ruby? Aku tidak ingin anakku jatuh ke tangan pria itu dan keluarganya. Anakku harus berada dalam asuhanku."

Dalton dan Jasper terlihat saling menoleh di layar ponsel.

"Tenanglah, Edward." Dalton mengarahkan kamera ke arahnya. "Ruby menikah dengan Ezra Blair. Sebagian keluarganya berasal dari militer negara Vistoria. Sampai saat ini, dia belum mengetahui jika Ruby bukan mengandung anaknya."

"Tetap saja aku tidak menginginkan anakku berada dalam asuhannya." Edward bersikeras. "Aku akan menghabisi pria itu agar dia tidak menghalangiku untuk mendapatkan putraku."

Jasper mengarahkan layar ke arahnya. "Keluarga Blair merupakan keluarga dengan latar belakang militer. Mereka tidak akan mudah untuk kau kalahkan, terlebih aku mendengar jika keluarga mereka sedang berusaha menjalin hubungan baik dengan Alexander."

"Itu menjadi salah satu alasan kuat untuk aku menghabisi pria bernama Ezra." Edward tampak geram di mana wajahnya tampak memerah.

"Kami sudah membuat rencana," kata Jasper seraya melirik singkat Dalton. "Saat anakmu dan Ruby lahir, kami akan mengumumkan pada yang lain kalau anak itu meninggal dunia untuk mencegah keluarga Blair curiga. Ruby juga akan bercerai dengan Ezra dan pergi menjauh untuk merawat anak itu."

"Aku akan membesarkan anak itu bersamanya. Kalau perlu, aku akan menikahi Ruby."

Dalton dan Jasper saling menoleh satu sama lain.

"Kami akan membicarakan hal itu pada Ruby."

"Di mana kau sekarang, Edward?" tanya Dalton.

"Aku berada di kota LittleTown bersama Troy Lennox, dan Tyler Lennox. Kami sedang berada dalam pelatihan keras." Edward tersenyum ketika mengingat kembali bahwa dirinya akan memiliki putra.

"Edward, kirimkan orang-orang terlatihmu untuk melatihku, Jasper, dan beberapa anggota keluarga Ashcroft lain. Kami akan juga ikut berlatih."

"Baiklah, asistenku Jhon akan mengurus hal itu. Pastikan kalian terus mengabariku soal Ruby dan kehamilannya."

Sambungan telepon terputus.

Edward tertawa. "Aku benar-benar tidak menduga kalau Ruby sedang mengandung anakku. Ini kabar bagus yang harus segera sampaikan pada ayah."

Edward bergegas keluar dari kamar. "Ayah?"

Caesar tiba-tiba menampar Edward hingga terjengkang ke belakang. "Sialan! Kau membuatku sangat malu di hadapan Franklin. Dia sudah mengatakan tindakan bodohmu dalam ujian tadi. Aku sepertinya terlalu lembek mengajarimu selama ini."

Edward menyeka darah di sudut bibirnya, kembali berdiri. "Maafkan aku, Ayah.”

Caesar berdecak, menarik rambut Edward secara tiba-tiba. "Kau mengatakan kalau kau ingin membalaskan dendam pada Alexander, tapi kau justru bermalas-malasan selama berada di sini. Padahal kau diajari langsung oleh Franklin."

"Maafkan aku, Ayah." Edward pasrah tanpa melakukan perlawanan.

"Hasratmu belum kuat untuk menghabisi Alexander." Caesar mendorong Edward, menendang perutnya hingga kembali terjatuh.

Edward mengepalkan tangan erat-erat.

Caesar menatap remeh Edward. "Kau kembali mengecewakanku, Edward."

Edward kembali berdiri, membungkuk setengah badan. "Aku benar-benar minta maaf."

Caesar membelakangi Edward, mulai menyalakan cerutu, menghembuskan asap kuat-kuat.

"Ayah, aku memiliki kabar baik untukmu." Edward tersenyum tipis.

"Katakan." Caesar melirik Edward sekilas.

"Ruby Ashcroft sedang mengandung anakku sekarang.”

Caesar seketika berbalik, tersenyum. "Benarkah?"

"Dalton dan Jasper, dua sepupu Ruby Ashcroft, mengabarkan hal itu padaku, Ayah. Mereka mendengar langsung dari Ruby."

Caesar tertawa, menepuk-nepuk bahu Edward. "Aku seharusnya menghajarmu sampai sekarat, tapi kabar barusan membuatku mengurungkan niat. Kau melakukan hal yang benar."

Caesar meremas bahu Edward duduk di sofa. "Kapan anak itu lahir?”

"Sekitar tujuh bulan lagi, Ayah."

Caesar menghembuskan asap ke arah Edward. "Kau harus mendapatkan anak itu dan membesarkannya. Jika kau tidak mampu, aku yang akan langsung membesarkan dan mendidiknya sebagai pembunuh bayaran terhebat."

"Setelah Ruby melahirkan anakku, aku akan langsung membawanya. Hanya saja–"

"Hanya saja?" Caesar menatap Edward tajam.

"Hanya saja Ruby sudah menikah dengan seorang pria dari keluarga Blair. Keluarga Blair merupakan keluarga yang memiliki latar belakang militer."

"Apa itu jadi masalah untukmu, Edward?"

"Tidak. Setelah anak itu lahir, Ruby akan bercerai dengan pria itu dan aku akan membawa anak itu dan merawatnya."

"Dengan hadirnya anak itu, seharusnya kau memiliki alasan untuk semakin kuat. Jika anak itu sampai lahir dan Alexander mengetahuinya, dia pasti tidak akan tinggal diam. Pastikan kita bisa mendapatkan anak itu.”

"Aku mengerti, Ayah."

Caesar keluar dari kamar Edward, berjalan menuju ruangan Franklin. Ia melihat pria itu sedang bersama dua gadis muda di sofa. "Kau sudah selesai bersenang-senang?"

"Sialan! Kau dan anakmu sama-sama pengganggu kesenangan orang lain." Franklin memberi tanda pada dua gadis itu untuk pergi. Ia memakai kembali baju dan celana panjangnya.

"Aku datang bukan untuk melihatmu bersenang-senang dengan wanita." Caesar menginjak cerutunya, mencondongkan sedikit tubuh ke depan. "Aku datang menemuimu bukan untuk menjenguk Edward, tapi aku menemuimu untuk memberi tahu sesuatu yang penting."

Franklin menatap Caesar. "Katakan."

"Semalam, aku baru saja mendengar kabar mengenai pemerintah Havreland yang sedang mencari keberadaan seseorang. Mereka bahkan berani memberikan hadiah dalam jumlah sangat besar kepada siapa pun yang berhasil menemukannya. Untuk itu, aku membutuhkan bantuanmu."

"Apa kau bergurau?" Franklin menyalakan rokok. "Pasukanmu lebih kuat dari pasukanku. Kenapa kau justru meminta tolong padaku? Jika kau berniat untuk mendapat hadiah, kau seharusnya tidak memberitahuku dan meminta bantuan padaku."

"Target yang harus kuhabisi bukanlah orang sembarang. Dia adalah mantan prajurit rahasia negara Vistoria yang membawa kemenangan untuk negara Vistoria dalam peperangan empat puluh tahun lalu."

"Mantan prajurit rahasia? Lalu?"

"Dia adalah Evan Krest." Caesar menjeda sejenak. "Dia kemungkinan besar adalah orang yang sudah membunuh ayahmu dulu."

Franklin seketika menggebrak meja hingga botol minuman berjatuhan ke lantai. Wajahnya tampak memerah dengan urat leher. "Aku akan menghabisimu jika kau berani menipuku, Caesar."

"Apa kau melihatku sedang berbohong, Franklin?" tanya Caesar, "kau mengatakan padaku jika ayahmu adalah seorang prajurit negara Vistoria yang meninggal dalam perang empat puluh tahun lalu."

"Lihatlah bukti yang kubawa.” Caesar menyodorkan ponselnya yang menunjukkan daftar anggota militer yang terbunuh dalam peperangan empat puluh tahun lalu.

Franklin membaca data tersebut dengan teliti sampai akhirnya menemukan nama ayahnya di sana. Giginya bergemeletuk dengan cengkeraman tangan yang sangat kuat.

"Geserlah ke samping dan kau akan menemukan catatan dari mantan anggota militer yang memihak Evan Krest. Dalam catatan itu, Evan Krest masih hidup dan pergi ke suatu tempat untuk bersembunyi.”

1
Atang Priatna
thor kok belibet amat kaya mempetpanjang cerita naif sekali thor terus terang pada anak evan dilihatkan pisaunya beres takakan kelihatan didramatisir heheh koreksi thor lanjut.
Atang Priatna
sander udah ketemu omnya kok jadi anakmamah thor jiwa petarungnya ilang 1000%
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
y@y@
👍🏿💥👍🏼💥👍🏿
Siti Norina
untuk beberapa hari kedepan kayaknya gw harus ngepet ni thor buat beli kuota demi PT.
#✌️✌️✌️
y@y@
💥👍🏿🌟👍🏿💥
y@y@
⭐👍🏻👍🏼👍🏻⭐
Glastor Roy
up
Ablay Chablak
lamaaa
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
y@y@
🌟👍🏾👍🏿👍🏾🌟
Rocky
Kira2 apa ya 'sesuatu' yg di maksud Kakek Evan ?
Ablay Chablak
noh udh gw kasih hadiah thor...rajin2 ya updatenya
Rahmat BK
penderitaan di mulai
y@y@
🌟👍🏻👍🏼👍🏻🌟
y@y@
⭐👍🏿👍🏾👍🏿⭐
y@y@
💥👍🏼👍🏻👍🏼💥
Ablay Chablak
sehari 4bab lah thor
ikhsan
penasaran sama kelanjutannya gimna perjalanan xander
cepat² di up nya min
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!